Laman

Saturday, March 2, 2013

Kemuliaan Di Balik Penderitaan

Pengembangan Bahan Khotbah Dari Buku Membangun Jemaat
Minggu, 3 Maret 2013

Bacaan Alkitab: 2 Korintus 1 : 3 - 11

Garis besar sejarah berdirinya Jemaat di Korintus dapat kita baca dalam Kisah Para Rasul 18. Para ahli memprediksi bahwa sekitar thn. 50 M, Paulus (seorang diri) bergerak dari Makedonia melalui daearh Atena lalu tiba di kota Korintus. Sebagai seorang asing di kota yang belum pernah ia singgahi sebelumnya, Paulus merasakan ketakutan dan kegentaran (1 Kor. 2:3), tetapi syukur bahwa ia berjumpa dengan satu keluarga Yahudi yang telah menjadi Kristen bernama Akwila dan isterinya Priskila. Mereka menetap di kota Korintus setelah Kaisar Klaudius memerintahkan supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Hubungan Paulus dengan keluarga Akwila semakin erat karena antara Paulus dan keluarga ini mempunyai talenta yang sama yakni pembuat kemah, sehingga mereka bekerjasama dalam memajukan usaha pembuatan kemah. Tapi Paulus tidak fokus pada pekerjaan itu, karena ia ada di kota Korintus karena panggilan pelayanan untuk memberitakan Injil. Jadi cikal bakal berdirinya Jemaat Korintus adalah dari Rumah Keluarga Akwila. Dan Paulus tinggal di kota ini selama 18 bulan (Kis. 18 : 11). Berkat kedatangan Silas dan Timotius, yang datang dari Makedonia (bdk. 1 Tes. 3:6) maka pekerjaan pekabaran Injil di kota Korintus semakin maju dan jemaat semakin bertambah banyak. Perkembangan jemaat yang begitu pesat ternyata menimbulkan konflik bukan hanya di antara kelompok Yahudi dengan warga jemaat, tetapi di dalam persekutuan jemaat itu sendiri mulai terjadi pengkotak-kotakan (1 Kor. 3:1-9).

Untuk beberapa waktu Paulus menyingkir ke Efesus bersama dengan Akwila dan Priskila (Kis. 18:18-19). Dari sinilah maka Paulus memulai perjalan PInya yang kedua. Namun pun demikian Paulus tetap memberi perhatian kepada Jemaat di Korintus dengan tetap menjalin kontak lewat surat menyurat dan ia menyatakan kerinduan untuk kembali ke kota Korintus. Ketika ada waktu untuk hal tersebut maka Paulus pun melakukan kunjungannya yang kedua ke kota Korintus, namun kunjungan ini di pandang sebagai kunjungan duka (2 Kor. 2:1-2), karena Paulus ditolak oleh sekelompok orang yang tidak menginginkan kehadirannya sehingga Paulus kembali ke Efesus. Itulah sebabnya Paulus menuliskan suratnya yang kedua ini dan suratnya ini bersifat "APOLOGETIKA" atau surat "Pembelaan Diri".

Siapa lawan-lawan Paulus dan berapa jumlah mereka sehingga Paulus harus mengalah dan menyingkir dari kota Korintus?
Paulus tidak menyebut satu nama pun dari lawan-lawannya dan ia tidak menyebut berapa banyak mereka itu. Paulus menganggap itu tidak perlu disebutkan dalam suaratnya, karena Jemaat Korintus yang setia mengenal identitas mereka. Bagi Paulus, menyebut nama mereka berarti memberi pengakuan atas kehadiran mereka. Paulus hanya menyebut mereka sebagai "Rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curan yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus (2 Kor. 11:13)". Setidak-tidaknya mereka adalah orang bodoh, dan bodohlah orang-orang yang mau percaya dan mengikuti mereka.

Apa dan bagaimana tuduhan mereka terhadap Paulus?
Para lawan-lawan Paulus menyebarkan berita yan tidak benar bahwa Paulus tidak tulus dalam memberitakan Injil (2 Kor. 1:12), bahwa perubahan-perubahan dalam rencana perjalanan PInya mencerminkan rasa takutnya untuk menghadapi orang-orang Korintus (2 Kor. 1:15-17). Paulus dicurigai tidak mempunyai surat-surat kepercayaan dan rekomendasi yang selayaknya sebagai seorang Rasul Kristus (2 Kor. 3:1 dan  2 Kor. 12:12) dan Paulus dituduh menjual Injil dengan motif-motif yang palsu (2 Kor. 4:2-5). Paulus dituduh sebagai seorang yang licik, dengan memakai wibawa kerasulan untuk memperkaya diri sendiri bahkan memakai bebarapa orang untuk mencari keuntungak dalam jemaat (2 Kor. 12:16-19). Paulus juga dituduh telah menyimpang dari ajaran kasih dengan bertindak kasar terhadap warga jemaat (2 Kor. 10:1-2).

Begitu hebatnya tuduhan-tuduhan merasuki pikiran-pikiran dan hati sebagian warga jemaat sehingga Paulus menganggap perlu untuk menulis surat ini agar jemaat tahu bahwa Paulus dalam pelayanannya tidak mempunyai maksud lain selain "agar Injil semakin bertumbuh dan jemaat Tuhan semakin diperkaya dengan rupa-rupa perbuatan yang baik". Suarat 2 Korintus adalah aplikasi yang indah dari "Teologia Salib Paulus" terhadap pelayanannya sendiri. Sekalipun menemui banyak kesulitan, namun Paulus terus menyemangati dirinya bahwa Allah berpihak kepadanya dan Allah memakai dia untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran Injil bagi semua orang, terlebih khusus bagi mereka yang berlatar-belakang non-Yahudi. Paulus tidak merasa minder dengan dirinya ketika orang lain menilai dirinya sebagai manusia yang bodoh (2 Kor. 11:16). Paulus justru bangga sebagai orang yang tak berarti (2 Kor. 12:11), ia bangga sebagai orang yang lemah (2 Kor. 11:30), ia adalah orang yang bodoh bagi Kristus, hanya sekedar bejana tanah liat yang rapuh (2 Kor. 4:7). Tetapi yang bodoh, yang lemah, yang tak berarti dan yang rapuh ini dipakai oleh Tuhan untuk menelanjangi semua orang yang menganggap dirinya pandai dan berhikmat.

Memang surat ini ditujukan kepada semua warga jemaat, namun Paulus hendak memberikan penghiburan secara khusus bagi mereka yang terpanggil untuk memberitakan Injil, bahwa mereka adalah agen-agen Kristus yang sekali pun dinilai oleh dunia sebagai kelompok orang-orang bodoh, namun di tangan Tuhan mereka adalah "Para Pelayan Pendamaian (2 Kor. 5:18)". Karena itu setiap pendeta yang ingin berhasil, termasuk para Penatua dan Diaken bahkan Pengurus Pelayanan Kategorial (OIG), perlu terus-menerus diingatkan akan rahasia pelayanan yang sejati bahwa: "Kekuatan Ilahi itu disempurnakan dalam kelemahan manusiawi". Segala tekanan dan penderitaan yang dialami oleh setiap pelayan atau hamba-hamba Tuhan justru menjadi kekuatan bagi mereka untuk memberi penghiburan dan penguatan iman bagi warga jemaat yang mengalami hal yang sama. Kristus telah mengalami penderitaan yang begitu berat, dan karena itu Ia tidak menginginkan satu pun dari pada kita hidup dalam tekanan dan penderitaan. Ia mau supaya kita mengalami hidup yang berkemenangan, hidup yang diwarnai dengan sukacita dan damai sejahtera. SabdaNya: "Aku datang, supaya mereka beroleh hidup bahkan memperolehnya dalam segala kelimpahan (Yoh. 10:10b)".

Gambaran hidup Paulus dalam menata pelayanannya, hendaknya menjadi perenungan bagi kita bahwa kesukaran dan kerumitan dalam menjalani hidup, tidak hanya dijumpai saat melakukan kesalahan tetapi juga ketika kita berusaha untuk menegakkan kebenaran-kebenaran Injil. Upaya Paulus dalam memperkenalkan kebenaran-kebenaran Injil, justru ditentang dan dihambat oleh sejumlah orang yang hanya memikirkan kepentingannya, atau kepentingan kelompok tertentu. Paulus telah memberi gambaran bahwa melalui penderitaan karena melakukan kebenaran maka setiap orang akan memperoleh kemuliaan dan keuntungan rohani di dalam Kristus.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love