Laman

Wednesday, May 7, 2014

Ibadah Yang Penuh Dengan Kemunafikan

Sebuah Refleksi Pribadi
Pembacaan Alkitab : Amos 4 : 4 - 5 & 5 : 21 - 27



Bangsa Israel Utara pada masa pemerintahan Yerobeam II mengalami masa-masa kejayaan. Asyur dan Babel belum menjadi kekuatan besar yang menakutkan pada waktu itu. Karena itu bangsa Israel baik yang ada di Utara maupun di Selatan dapat dengan leluasa mengerjakan aktivitas hidup mereka, mengerjakan ladang-ladang mereka tanpa perasaan takut karena ancaman musuh; panen mereka melimpah Namun demikian, kemakmuran yang dialami dengan hasil panen yang melimpah, dimanfaatkan oleh para pembesar kerajaan dan pemimpin agama untuk memperkaya diri sendiri. Pemerintah menetapkan pajak penghasilan yang tinggi sehingga rakyat tidak menikmati hasil jerih payah mereka secara penuh. Penegakan hukum menjadi timpang, sebab yang kaya mendapat keistimewaan dibandingkan mereka yang miskin. Kebenaran dan keadilan diperjual-belikan, karena uang maka yang salah dibenarkan dan yang benar dipersalahkan. Karena begitu bobroknya penegakan hukum sehingga perkara orang miskin tidak diperhatikan dan diperjuangkan karena sepasang kasut. Korupsi dan praktek suap merajalela, sehingga mereka yang memperjuangkan keadilan dan kebenaran dikucilkan (Amos 5:7-13). Demikian juga dengan praktek kehidupan beragama. Para pemimpin agama pun membebani umat dengan berbagai macam kewajiban, sehingga ibadah tidak membawa damai sejahtera melainkan sungut-sungut.

Di tengah-tengah kondisi hidup seperti itu, Allah mengutus nabi Amos untuk menyampaikan berita penghukuman khusus bagi bangsa Israel yang ada di Utara. Rasa aman dan tenteram yang dialami adalah palsu (Amos 6:1-14). Keadaan yang damai itu akan diubah oleh Tuhan menjadi kacau-balau. Tuhan akan mengubah keadaan yang damai itu menjadi kegentaran; Israel akan mengalami masa-masa yang suram di mana IA akan membangkitkan bangsa Asyur untuk melaksanakan penghukuman atas Israel. Mereka akan menderita dan akan dibawa ke negeri Asyur (Amos 5:1-3) dan hal itu akan terjadi sebab Tuhan sendiri yang mengatakannya.

Melalui perikop bacaan kita ini hendak dikemukankan tentang pelaksanaan ibadah dengan ritual-ritual yang ada di dalamnya namun ditolak oleh Allah. Mungkin ada yang bertanya: "Apakah ibadah itu dengan segala persembahan yang ada tidak dibutuhkan lagi? Tidak demikian! Allah menolak Ibadah Israel dan merasa muak terhadap persembahan mereka; karena ibadah yang mereka lakukan itu bertolak-belakang dengan perbuatan mereka sehari-hari di tengah masyarakat. Di dalam Bait Allah mereka menyerukan "KASIH", tetapi dalam praktek keseharian, mereka penuh dengan kejahatan. Umat bertengkar, berkelahi, iri dan dendam tersimpan rapi dalam hati dan rasa saling memperhatikan antara satu dengan yang lainnya menjadi sirna.

Ibadah yang mereka lakukan hanyalah formalitas (asal dilakukan) tidak membawa dampak apapun dalam kehidupan bersama di tengah-tengah masyarakat. Apa yang diserukan oleh nabi Amos sejalan dengan yang disuarakan nabi Yesaya di Israel Selatan (Lih.: Yesaya 1:10-15). Lalu apa yang dicari dan yang dikehendaki oleh Tuhan? Yang dicari dan yang dikehendaki oleh Allah adalah pertobatan (Yes. 1:16-19).

Jujur harus kita akui bahwa pola peribadahan kita sering tidak jauh beda dengan pola Peribadahan bangsa Israel di Israel Selatan maupun di Israel Utara. Kita begitu mudah mengucapkan "KASIH", namun hal ini tidaklah jadi jaminan bahwa kita ini adalah anak-anak Tuhan, karena hati kita masih menyimpan dendam terhadap sesama. Kita hanya mampu untuk menerima sisi baik (perbuatan baik) orang lain dibandingkan dengan sisi buruknya. Karena karakter hidup mereka (anggota Seksi Perlayanan). Ibadah ritual (formal) justru disempurnakan oleh ibadah hati yang tulus dan murni yang mewujud dalam kata-kata dan perbuatan.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love