Laman

Saturday, March 14, 2015

Bersungut-sungut Melawan Allah

Materi Khotbah Minggu Sengsara V
Minggu, 15 Maret 2015
Gereja Toraja Jemaat Samarinda

Bacaan : Bilangan 21 : 4 - 9


Pengenalan Kitab
Dalam kanonisasi bahasa Ibrani (Tanakh), kitab ini adalah kitab keempat yang diberi nama Bemidbar, yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia mengandung arti di daerah liar. Jika merujuk pada perkataan ini maka dapat disimpulkan bahwa kitab ini mau menampilkan perjalanan hidup bangsa Israel di sebuah daerah yang ganas, penuh dengan tantangan dan bahkan ancaman kematian. Tidak salah jika kitab ini menceritakan sepenuhnya tentang perjalanan kembara bangsa Israel selama + 40 thn di padang gurun.

Dan inilah kata pertama yang dipergunakan kitab ini:
we dabar YHWH (Adonai) al-Moseh
bemidbar Sinai
(dan inilah perkataan Tuhan kepada Musa di padang gurun Sinai).

Kitab ini diberi nama "Bilangan" berdasarkan penamaan yang diberikan dalam Vulgata (terjemahan Alkitab PL dalam bahasa Latin), yakni : Numeri, dan dalam Septuaginta (terjemahan Alkitab PL dalam bahasa Yunani) diberi nama Arithmoi, lalu dalam versi Alkitab King James Version (terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris) diberi nama Book of Numbers. Untuk penamaan dari tiga versi (Vulgata, Septuagianta dan King James Version), Alkitab terjemahan bahasa Indonesia mengikuti dengan penamaan kitab Bilangan.

Mengapa kitab ini disebut kitab Bilangan?

Dasar pertimbangannya adalah: karena kitab ini dimulai dan ditutup dengan daftar angka-angka, yakni dua kali sensus yang dilakukan bagi bangsa Israel. Sensus yang pertama dilakukan pada pasca keluarnya bangsa itu dari Mesir (pada tanggal satu bulan yang kedua dalam tahun yang kedua) dan dilaksanakan di padang gurun Sinai (Bilangan 1:1-54) dan sensus yang kedua yakni 38 tahun kemudian, yakni sebelum bangsa itu masuk ke Negeri Kanaan, di dataran Moab, tepatnya di tepi Sungai Yordan dekat Yerikho (Bilangan 26:1-65).

Sensus ini dilakukan dalam rangka menghitung dan mengetahui peta kekuatan yang dimiliki oleh bangsa Israel, sebab mereka akan menghadapi kerasnya padang gurun dan juga kekuatan musuh yang daerahnya akan mereka lalui, dan perhitungan ini hanya dilakukan bagi pria yang berusia 20 tahun ke atas (yang sanggup berperang). Dan sensus yang pertama mencatat bahwa ada 603.550 orang laki-laki di kalangan bangsa Israel yang sanggup berperang (tidak termasuk suku Lewi). Dan pada sensus yang kedua, jumlah laki-laki yang berumur di atas 20 tahun adalah 601.730 orang (tidak termasuk suku Lewi). Untuk sensus yang kedua, semua laki-laki dari generasi pertama kecuali Yosua dan Kaleb mati di padang gurun; generasi yang menjadi saksi akan perbuatan Tuhan di Mesir yang memungkinkan mereka bebas dari perbudakan itu. Sehingga mereka yang masuk ke Tanah Kanaan adalah generasi kedua, yakni mereka yang lahir dalam pengembaraan di padang gurun. Yosualah yang ditunjuk oleh Allah untuk memimpin mereka memasuki Tanah Perjanjian, menggantikan Musa.

Pengenalan Teks Bacaan

Perikop bacaan (Bilangan 21:4-9) masuk dalam kelompok pengembaraan padang gurun, yakni dari Padang Gurun Sinai sampai pada batas tanah Perjanjian di Kadesh-Barnea, yakni di daerah Moab, dekat puncak gunung Pisga yang menghadap padang belantara (Bilangan 10:11 - 21:20).

Bagian ini menceritakan tentang kondisi umat yang tidak lagi tahan melakukan pengembaraan di padang gurun. Timbul kejenuhan (perasaan bosan) dengan kenyataan tersebut sehingga mereka protes kepada Musa. Mereka protes karena kelelahan mengelilingi tanah Edom, protes karena di sana tidak ada makanan enak, protes karena tidak ada air, protes karena situasi sulit yang mereka alami. Karena itu, menurut saya; tepat jikalau kitab ini diberi nama Bemidbar. Umat Israel sesungguhnya sedang diuji di daerah yang liar (padang gurun), apakah iman mereka kuat atau tidak; apakah iman mereka tegar atau lemah. Namun nyatanya, kitab ini menyajikan bagaimana umat ini tidak memiliki komitmen yang kuat untuk menempuh jalan Tuhan sehingga mereka bersungut-sungut. Mereka dengan mata kepala sendiri menyaksikan bagaimana kuasa Tuhan menyertai perjalanan mereka, namun karena persoalan sepele sehingga mereka melakukan pemberontakan.

Orang yang bersungut-sungut adalah orang yang suka mencari kambing hitam untuk menjadi pelampiasan kekesalan hatinya. Dan benar bahwa jikalau hati ini sudah dibutakan dengan kejenuhan atau kebosanan, maka segala sesuatu yang baik dikatakan tidak baik dan yang enak dikatakan tidak enak. Contoh saja, Tuhan memelihara mereka dengan roti yang turun dari sorga (Manna) yang menurut catatan Kel. 16:31 rasanya seperti rasa kue madu, tetapi karena kejenuhan dan kebosanan lalu mereka mengatakan bahwa mereka sudah muak dan menyebut makanan itu hambar (tidak ada rasanya).

Sekali-sekali protes, hal itu boleh-boleh saja. Tetapi kalau terlalu banyak protes maka hal tersebut sudah di luar batas kewajaran. Karena protes protes bangsa ini sudah terlalu banyak bahkan menjurus mempersalahkan Musa dan juga mempersalahkan Tuhan, maka Tuhan pun menyatakan kekesalan hatiNya dengan menyuruh ular-ular tedung (yang terkenal ganas dengan bisanya yang mematikan) sehingga memangut mereka sehingga banyak orang Israel yang mati karena dipangut ular tersebut.

Melihat kenyataan tersebut, maka bangsa itu datang dan memohon kepada Musa agar Musa berdoa untuk menghindarkan mereka dari kematian. Mereka menyadari akan perbuatannya: "kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau; berdoalah kepada Tuhan supaya dijauhkannya ular-ular ini dari pada kami".

Bagaimana respons Tuhan atas kesadaran bangsa itu?

Tuhan itu baik!
Umat bertobat, maka mereka pun diampuniNya. Tidak ada sedikit rasa dendam tersimpan di hatiNya. Tuhan tidak mengatakan: "emangnya gue pikirin!".
Tangan Tuhan terentang, menyambut dan merangkul mereka kembali.
Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat ular dari tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang, maka setiap orang yang dipangut ular tersebut, ketika memandang ke tiang tersebut, maka mereka tetap hidup.

Aplikasi

Mungkin anda adalah orang yang mudah kesal atau orang mudah emosi? Tersinggung sedikit saja, amarah pun langsung meledak. Dan saya maklum jika pekerjaan menumpuk dan bahkan banyak hal yang direncanakan namun hanya sedikit saja yang terlaksana, maka bisa jadi anda dapat melampiaskan kekesalan hati anda dengan mempersalahkan orang lain.

Kepada siapa anda melampiaskan kekesalan anda?
Kepada isteri?
Ya....bisa jadi. Isteri terlambat membukakan pintu, anda langsung melabraknya dengan kata-kata: "dasar perempuan pemalas, tidak tahu diuntung. Apa saja kerjamu di rumah! Buka pintu saja lamanya minta ampun".

Kepada anak-anak?
Ya....bisa jadi. Anak rewel sedikit, langsung dilabrak dengan kata-kata: "dasar....binatang!"Jangankan anggota keluarga, bisa jadi karena kekesalan maka banyak perabotan dalam rumah jadi sasaran. Banting sana-banting sini.

Jikalau hal ini mewarnai hidup anda, berhati-hatilah: anda sudah masuk dalam sebuah perangkap dan dapat dikategorikan pribadi yang mudah bersungut-sungut.

Ingatlah akan hal ini:

1). Sungut-sungut akan merampas sukacita di hati anda. Apa pun yang baik di depan mata anda, akan nampak buruk. Secantik-cantiknya isteri anda, jika sungut-sungut sudah merampas sukacita di hati anda, maka isteri yang cantik nampak jelek di mata anda.

2). Sungut-sungut akan menghilangkan damai sejahtera dalam hidup anda. Sebab sifat ini sama sekali tidak produktif dan hanya menambah masalah dalam diri anda sendiri. Mungkin anda di mata orang lain adalah seorang yang cukup berhasil dan sukses dalam karir. Tetapi, apalah arti semuanya itu, jikalau anda kehilangan damai di hati. Damai sejahtera tidak dapat tergantikan dengan uang dan prestise. Hati yang tak terkendali karena dipenuhi oleh sungut-sungut akan merusak masa depan kita, sehingga segala keberhasilan dan prestasi yang diraih menjadi sia-sia. Hidup kita seperti menjaring angin; tak ada damai sejahtera.

3). Sungut-sungut tidak akan memberikan anda kesempatan untuk bersyukur. Sebab, orang yang suka bersungut-sungut masuk dalam kategori orang yang serakah. Sudah dapat satu, mau dua; dapat dua mau empat, dapat empat mau delapan; dan seterusnya. Singkatnya; orang semacam ini diumpamakan seperti orang yang meminum air laut, dahaganya tidak akan hilang karena meminum air laut. Ia akan terus merasa haus. Orang semacam ini tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang diterima. Dan haruslah anda berhati-hati, sebab orang semacam ini akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginan hatinya.

4). Sungut-sungut adalah jerat Iblis untuk mengantar anda ke dalam kebinasaan kekal, sebab sungut-sungut berlawanan dengan kehendak Allah. Paulus dalam 1 Kor. 10:9-11 sengaja mengingatkan anak-anak Tuhan bahaya sungut-sungut. Ia mengangkat persoalan yang terjadi dalam perikop bacaan kita ini menjadi cermin kehidupan agar kita pun tidak binasa. Paulus mengatakan: "Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipangut ular. Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut. Semua ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba".

Lalu apa yang harus kita lakukan, sehingga kita terhindar dari sifat "sungut-sungut"?

Kita harus sadar bahwa menjadi orang percaya bukan berarti bahwa hidup akan 100% aman dan nyaman.
Tidakkah ini yang menjadi kesalahan fatal bangsa Israel. Mereka beranggapan bahwa keterpilihan mereka sebagai anak-anak Tuhan secara otomatis akan membuat hidup mereka berubah menjadi mudah, semudah membalikkan telapak tangan.
Ya....Tuhan memang mau merubah hidup kita menjadi lebih baik, tetapi ukurannya bukan menurut jalan pikiran kita, tetapi menurut jalan pikiran dan rencana Tuhan.

Pilihan Allah untuk menuntun bangsa Israel ke padang gurun sesungguhnya menjadi peringatan bahwa mereka tidak akan mengalami hidup yang lebih baik jikalau mereka tidak bergantung kepada kehendak Tuhan; mereka tidak akan mungkin tiba di Tanah Perjanjian jikalau mereka hanya mengandalkan akal pikiran mereka, bukan mengandalkan Tuhan.

Sesungguhnya semua kita sama seperti bangsa Israel, yang sedang melakukan perjalanan kembara menuju hidup yang lebih baik. Tapi untuk menggapai harapan tersebut maka kuncinya adalah: percaya dan bergantung sepenuhnya pada pemeliharaan Tuhan.

Sebagai anak-anak Tuhan, kita dituntut untuk meningkatkan kualitas iman kita dengan melihat sisi positif dari setiap persoalan sebagai jalan yang dipilih oleh Tuhan untuk mengantar kita sampai kepada kemenangan yang sesungguhnya, sebuah kemenangan yang memberi damai sejahtera. Dan untuk mencapai kemenangan maka Rasul Paulus memberikan nasehat demikian: "bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa (Roma 12:12)".

Ketika hidup ini terasa berat, tidak ada jalan lain; pandanglah kepada salib Kristus. Bawalah segala beban hidupmu di bawah kaki salibNya, maka Ia akan melapangkan jalan kita untuk menggapai kemenangan. Tidakkah Ia sendiri telah bersabda: "Marilah kepadaKu, semua yang letih lesuh dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan (Mat. 11:28-30)".

Karena itu, berhentilah bersungut-sungut.
Tuhan Yesus memberkati.

1 comment:

  1. Nma nma tmpat nya bnyk yg mirip dg yg di nusantara. Misal mesir mirip Samosir, madyan mirip medan, tubba mirip toba, aikhah mirip aceh, kanaan mirip way kanan, samaria mirip samarinda, kadesh barnea mirip pulau borneo.

    ReplyDelete

Web gratis

Web gratis
Power of Love