Laman

Monday, March 2, 2015

Salib : Kekuatan dan Hikmat Allah

Bahan Khotbah Ibadah Hari Minggu
Tanggal 8 Maret 2015
(Minggu Sengsara IV)


Bacaan Alkitab : 1 Korintus 1 : 18 - 25

(Bahan ini hanya merupakan Garis Besar Khotbah, mohon dikembangkan)

Dalam merayakan Minggu Sengsara IV, maka ada beberapa hal yang perlu dan patut untuk disikapi oleh setiap anak-anak Tuhan:

1). Tuhan Yesus menghendaki agar setiap orang yang percaya kepadaNya, sungguh-sungguh sadar akan panggilan hidupya sebagai murid sehingga ia terus-menerus membenahi dirinya untuk mengenal lebih dalam tentang Allah dan tentang kasihNya yang tak dapat dibandingkan dan disetarakan dengan apapun juga yang ada di dalam dunia ini.
Memang mengenal Allah dan merasakan indahnya kasihNya adalah harapan dan kerinduan semua makhluk. Namun demikian, hal tersebut tidaklah mungkin terjadi jikalau manusia mengandalkan hikmat yang bersumber dari dirinya sendiri. Jalan masuk untuk mengenal Allah dan merasakan indahnya kasihNya hanya dengan kerendahan hati untuk menjadi seorang murid.

2). Tuhan Yesus menghendaki agar setiap orang mengerti bahwa Via Dolorosa (Jalan Penderitaan) adalah pilihan Allah sendiri untuk mewujudkan maksud penyelamatanNya atas dunia ini. Jalan ini bukanlah jalan yang bebas hambatan, namun jalan yang penuh onak dan duri. Tuhan Yesus menggambarkan sebagai :jalan yang sempit dan sedikit orang yang mendapatinya (Mat. 7:14).
Memang kecenderungkan hati manusia hanya pada hal-hal yang mudah (instan); membeli barang murah (diskon) menjadi rebutan banyak orang, tetapi untuk barang yang mahal tak ada orang yang menyentuhnya. Via Dolorosa memang harganya sangat mahal, tetapi di ujungnya adalah tersimpan mahkota kehidupan. Dan untuk menempuh Via Dolorosa, maka kesetiaan, ketekunan dan kesabaran, bahkan kerelaan untuk melepaskan hal-hal yang paling berharga menurut ukuran dunia, itulah harga yang harus dibayar oleh setiap orang.

3). Tuhan Yesus menghendaki agar setiap orang percaya meyakini dirinya sebagai pembawa misi perdamaian di tengah-tengah dunia yang telah dirusakkan oleh dosa. TUhan Yesus bersabda: "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Mat. 5:9)".
Namun kita tak dapat pungkiri bahwa pungkiri dalam konteks dunia sekarang ini, melakukan misi perdamaian adalah sebuah tugas yang tidak mudah.
Mengapa?
Karena manusia cenderung individualistis. Mereka hanya mau menang sendiri lalu mengorbankan orang lain. Memang sulit memperjuangkan kebenaran dalam konteks seperti ini. Yang lebih parah lagi adalah, lembaga peradilan yang bertanggung jawab untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, justru dikendalikan karena uang; sehingga yang benar dipersalahkan dan yang salah dibenarkan.

Lalu apa yang harus dilakukan oleh anak-anak Tuhan, agar misi sebagai pembawa damai itu dapat diwujudkan?

Pertama: Sebagai pembawa damai maka setiap anak-anak Tuhan harus menjadi teladan dalam kata dan tindakan. Kita harus mampu berdamai dengan siapa pun juga walau kita harus menanggung celaan dan fitnahan.
Paulus berpesan: "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (Roma 12:21)". Dan lebih lanjut ia mengatakan: "hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain (1 Tes. 5:13b)". Dan sebagai pembawa misi damai, maka kita harus selalu sedia untuk mengampuni, sebagai mana Tuhan Yesus telah mengampuni kita...."ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Luk. 23:34)".

Kedua
: Sebagai pembawa damai maka setiap anak-anak Tuhan harus sabar, dan memiliki hati yang tulus/murni serta lemah lembut. Hal ini hanya mungkin jika kita memiliki ketahan iman yang kuat dan tangguh. Untuk hal ini, Rasul Petrus menyampaikan nasehatnya: "Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka yang menfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu (1 Ptr. 3:15, 16)". Cemoohan dan fitnah tidaklah mungkin mampu kita hadapi hanya dengan mengandalkan hikmat dan kekuatan manusia, kita hanya bisa dengan mengandalkan Tuhan; yang dalam bahasa Rasul Petrus, yakni "menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan". Tuhan Yesus harus menjadi teladan bagi kita semua dalam mewujudkan misi perdamaian; IA menanggung dengan penuh kesabaran celaan dan fitnahan. Dan IA memberi kekuatan kepada kita: "Berbahagialah kamu, jika karena AKU kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga (Mat. 5:11, 12)".

Dalam kerangka inilah maka saya mengajak kita untuk merenungkan dan merefleksikan ayat demi ayat dari 1 Korintus 1 : 18 - 25.

Ayat 18

Ayat ini berbicara tetang Realita Salib.
Salib bagi orang-orang Yunani (kaum intelektual) adalah sebuah Kebodohan. Bagi mereka, salib itu adalah sebuah kekonyolan, sebab salib itu adalah simbol dari sebuah kehinaan. Manalah mungkin Allah yang begitu Agung, Mulia dan Kudus; hadir dalam kondisi yang hina. Allah itu adalah Realitas Kebesaran sedangkan Salib adalah Realita Kehinaan. Karena itu, bagi mereka; Salib adalah sebuah KEBODOHAN, dan hanya orang bodohlah yang mau mengikuti Jalan Salib.

Salib bagi orang Yahudi adalah suatu Batu Sandungan.
Bagi seorang Yahudi, Salib itu adalah simbol Kutukan, sehingga kematian di atas salib adalah kematian yang paling mengerikan (kematian orang-orang yang kena kutuk). Manalah mungkin bagi seorang Yahudi dapat menerima bahwa Salib itu adalah pilihan Allah dalam mewujudkan rencanaNya untuk menyelamatkan dunia dan manusia yang telah dirusakkan oleh dosa. Karena itu, bagi seorang Yahudi, Salib akan tetap menjadi Batu Sandungan bagi mereka untuk percaya kepada Yesus sebagai Mesias yang telah ditetapkan Allah untuk menyelamatkan dunia dan segala isinya.

Tetapi bagi setiap orang yang percaya; Salib adalah fakta penyelamatan yang tak terbantahkan. Salib itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Karena salib itu, maka kita yang percaya disebut sebagai orang-orang yang telah menang, bahkan lebih dari pada pemenang (Roma 8:37).

Ayat 19 -21

Bagian ini mengingatkan kita kembali pada apa yang disampaikan oleh Nabi Yesaya (Yes. 29:14) di mana hikmat manusia selalu bertentangan dengan Hikmat Allah. Di hadapan Allah yang Mahakudus, hikmat dan kearifan manusia tidak memiliki arti sama sekali. Hikmat dan kearifan yang dimiliki manusia dan yang berasal dari diri manusia itu sendiri, adalah sebuah kesombongang yang berusaha menggeser posisi Allah sebagai Penguasa Tunggal alam semesta. Di hadapan Allah, hikmat manusia tidak memiliki arti apa-apa. Justru pada akhirnya dengan hikmat yang bersumber dari diri manusia itu sendiri akan mengarahkan hidup manusia dan dunia seanteronya pada jurang kebinasaan. Singkatnya, manusia tidak akan selamat dengan mengandalkan hikmat dan kearifan yang bersumber dari dirinya sendiri. Manusia hanya dapat diselamatakan jika ia datang kepada Allah dengan mempercayai fakta Salib sebagai Hikmat dan Kekuatan Allah.

Ayat 22 - 23

Manusia senantiasa menjadikan fakta  (segala sesuatu yang kasat mata) sebagai ukuran dari sebuah kebenaran. Hal-hal yang sifatnya teoritis dan belum dapat dibuktikan dan diterima oleh akal, maka hal tersebut dianggap sebagai sebuah kebodohan. Inilah yang tergambar dalam perjalanan umat baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Sejarah Israel mencatat bahwa bangsa itu selu meminta tanda dari Allah (tanda yang dapat dilihat oleh mata) sebagai bukti dari kehadiran dan penyertaan Tuhan. Mereka sangat sulit untuk mempercayai ucapan bibir tanpa ada pembuktian. Itulah juga yang melatar belakangi tindakan Musa untuk meminta tanda penyertaan Allah bagi dirinya (Kel. 3:13, 4:1-5). Demikian pula dalam Perjanjian Baru, orang-orang Yahudi selalu meminta tanda dan mujizat dari Tuhan Yesus sebagai bukti bahwa diriNya itu Mesias (Yoh. 6:30). Di antara murid Yesus pun demikian. Ada yang sama sekali tidak mau percaya pada kebangkitan Tuhan Yesus sebelum ia sendiri melihat bukti dari peristiwa tersebut (Yoh. 20:25)......"sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya".

Ayat 24 - 25

Pada ayat ini Paulus menjelaskan arah dari pengajarannya tentang salib. Setiap orang yang dipanggilNya lalu percaya, kepada merekalah rahasia yang tersembunyi bagi dunia itu, disingkapkan, salib itu menjadi milik dan jaminan keselamatan hidup mereka. Teologi Paulus tentang Salib  mencapai klimaksnya pada perkataan: "Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia".

Dan camkanlah hal ini: Lebih baik kita dianggap bodoh oleh manusia namun Allah menerima dan menyambut kita dalam kemuliaanNya, dari pada berlagak pandai dan berhikmat di depan manusia, tetapi Allah menolak kita dan mencampakkan diri kita ke dalam kebinasaan yang kekal. Karena itu, pilihlah apa yang baik menurut kamu: Takut kepada Allah atau takut kepada manusia.

Selamat menjalani Minggu Sengsara IV, Tuhan Yesus memberkati.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love