Laman

Friday, February 8, 2013

Dipanggil Untuk Menjadi Berkat

Sebuah Refleksi Pribadi
Bacaan Alkitab: Lukas 16 : 19 - 31

Penggambaran yang kontroversial antara orang kaya dan orang miskin ditampilkan oleh Tuhan Yesus. Betapa tidak; orang kaya serba mewah, penuh dengan kesenangan, tanpa penderitaan sedikitpun. Sedangkan Lazarus yang miskin; hidup dalam kelaparan, menderita, hina dan tubuhnya penuh dengan borok. Ia terbaring di depan pintu rumah si kaya, menanti belas kasihan.

Sungguh miris, bukan?.

Di satu pihak, seorang manusia hidup dalam kemewahan dan serba glamour, sedangkan pada pihak lain, ada pihak yang sangat menderita, memprihatinkan, hidup dalam kehinaan dan banyak orang selalu menghindarinya. Keduanya seharusnya ada titik temu; ternyata yang terjadi adalah garis pemisah. Siapa yang harus memulai, kapan dan di mana titik temunya? Si kaya yang harus pro-aktif ternyata bermasa-bodoh dan tidak peduli sama sekali saudaranya yang menderita.

Saudaraku......
Rupanya kepedulian terhadap sesama membutuhkan keluasan pengetahuan dan kesetiaan kepada Tuhan (band: Lukas 16 : 14 - 16). Tuhan Yesus selalu mengeluh terhadap orang-orang kaya: "Sesungguhnya sukar sekali bagi seorang yang kaya untuk masuk ke dalam kerajaan sorga (Mat. 19:23)".

Ketidak-pedulian muncul karena lebih mementingkan kebutuhan dan kenikmatan sesaat. Si kaya tidak berbuat apa-apa terhadap si miskin karena telinganya tertutup terhadap Firman Tuhan dan hati nuraninya telah padam (ayat 29 - 31). Tuhan Yesus secara sederhana menjelaskan tentang makna kepedulian yang kita lakukan bahwa hal itu bukan kita lakukan untuk manusia tetapi kita melakukannya untuk Allah. Inilah yang Tuhan Yesus maksudkan saat Ia berkata: "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKU yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk AKU (Mat. 25:40)".

Saudaraku.................
Siapa pun kita; sesungguhnya kita telah ditetapkan oleh Allah untuk menerima berkatNya dan sekaligus kita diutus Allah untuk membagikan berkat itu. Tetapi sering kita bermasa-bodoh untuk menjawab panggilan Tuhan, membagi berkat bagi orang lain khususnya bagi mereka yang terpinggirkan. Kita sudah merasa puas jika disebut sebagai anak-anak Tuhan. Bahkan kita merasa bangga disebut sahabat-sahabat Allah. Tapi hanya sebatas itu. Coba lihat dan hitung, berapa banyak orang yang mengaku sebagai Kristen sejati justru mempergunakan hari minggu sebagai hari piknik keluarga, hari pesta-pora bersama dengan teman-teman di tempat di mana kesenangan dapat dinikmati tanpa harus diganggu oleh pihak lain (di Bar, di Restoran, di Cafe, di Restoran bahkan di Hotel Berbintang).

Coba lihat dan hitung, berapa banyak orang yang terlantar dan ditelantarkan, yang setiap hari mengais bak sampah demi menyambung hidup, mengemis di pinggir jalan dan di pinggiran Mall?.

Coba hitung, berapa banyak orang yang peduli terhadap keadaan mereka?.

Sudahkah Gereja dan orang percaya menyatakan perasaan empati terhadap keadaan mereka dan menyalurkan bantuan diakonia agar dengan itu keadaan mereka yang penuh dengan derita dapat berubah jadi sukacita?.

Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa selagi masih ada kesempatan yang diberikan Tuhan kepada kita untuk hidup, maka pakailah itu untuk membagi berkat dengan sesama yang menderita. Dengan sangat halus Amsal 19:17 mengatakan: "Siapa menaruh belas kasihan kepada orang lemah, memiutangi Tuhan yang akan membalas perbuatannya itu".

Jika anda menginginkan kesempurnaan hidup, maka lakukanlah apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan: "Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima (Kis. 20:35)".

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love