Laman

Wednesday, February 13, 2013

Ibadah Yang Penuh Dengan Kemunafikan

Bahan Renungan Untuk Minggu Censura Morum II
Sebuah Refleksi Pribadi

"Jangan pernah mengklaim diri sebagai manusia yang beragama jika keberpihakan terhadap kaum tersisih tidak pernah terbesit di hati dan pikiran anda. Sorga ada di antara kaum termarginalkan".
Bacaan Alkitab: Amos 4 : 4 - 5 dan 5 : 21 - 27


Bangsa Israel pada zaman pemerintahan Yerobeam II mengalami masa-masa keemasan. Pada waktu itu, Asyur dan Babel belum muncul sebagai kekuatan besar yang jadi ancaman bagi bangsa Israel baik di Utara maupun di Selatan. Karena itu, bangsa Israel baik yang ada di Utara maupun Israel yang ada di Selatan dapat dengan leluasa mengerjakan aktivitas mereka, mengerjakan ladang-ladang mereka dan menikmati panen yang melimpah, tanpa harus merasa takut dan kuatir karena ancaman dari bangsa-bangsa tersebut (Asyur dan Babel). Namun demikian, kemakmuran yang dialami dengan hasil panen yang melimpah, dimanfaatkan oleh pembesar kerajaan dan para pemimpin agama untuk memperkaya diri sendiri. Pemerintah menetapkan pajak penghasilan yang tinggi, sehingga rakyat tidak dapat menikmati jerih payah mereka secara penuh. Penegakan hukum pun jadi timpang. Para penegak hukum hanya berpihak kepada mereka yang kaya dan yang berkuasa, sedangkan perkara kaum miskin diabaikan bahkan kaum miskin dijual karena sepasang kasut. Kebenaran diputar-balikkan karena uang; yang salah dibenarkan dan yang benar dipersalahkan. Korupsi dan praktek suap merajalela, mereka yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan berusaha disingkirkan atau dikucilkan (Amos 5:7-13). Demikian juga dengan praktek keagamaan. Para pemimpin agama pun membebani umat dengan berbagai macam kewajiban, sehingga hibadah tidak membawa damai sejahtera, melainkan sungut-sungut. Kejahatan para pemimpin umat membuat seluruh umat Tuhan berdosa.

Di tengah kondisi hidup seperti ini, Allah mengutus nabi Amos untuk menyampaikan berita berita penghukuman khusus bagi bangsa Israel yang ada di Utara. Rasa aman dan tenteram yang dialami adalah palsu (Amos 6:1-14), dan Tuhan akan mengubah semua itu menjadi kegentaran; Israel akan mengalami masa-masa yang suram dan Allah akan membangkitkan bangsa Asyur untuk melaksanakan penghukuman atas Israel. Mereka akan menderita dan akan ditawan ke negeri Asyur (Amos 5:1-3) dan hal itu akan terjadi sebab Tuhan sendiri yang mengatakannya.

Melalui perikop bacaan kita, hendak dikemukakan tentang pelaksanaan ibadah dengan ritual-ritual yang ada di dalamnya namun ditolak oleh Allah. Mungkin ada di antara kita mulai bertanya: "apakah ibadah dan segala persembahan umat tidak dibutuhkan lagi?". Ibadah adalah perintah Tuhan, dan korban persembahan adalah menyenangkan hati Tuhan. Namun Allah menolak Ibadah Israel dan merasa muak dengan persembahan mereka, karena ibadah yang mereka lakukan itu bertolak belakang dengan perbuatan mereka sehari-hari dalam menjalin hubungan bersesama di tengah-tengah masyarakat. Di dalam Bait Allah mereka menyerukan "KASIH", tetapi dalam praktek hidup mereka justru bertengkar, berkelahi, iri dan dendam serta rasa saling membutuhkan satu dengan yanglainnya menjadi sirna. Ibadah yang mereka lakukan adalah formalitas semata, tidak membawa dampak apa pun dalam kehidupan bersama. Apa yang disuarakan nabi Amos sejalan dengan yang disuarakan nabi Yesaya di Selatan (lih.: Yesaya 1:10-125). Tuhan tidak mencari korban syukur, tetapi yang dirindukanNya ialah "Pertobatan" (Yes. 1:16-20).

Saudaraku...........
Jujur harus kita akui bahwa pola peribadahan kita sering tidak jauh beda dengan pola peribadahan bangsa Israel pada zaman nabi Amos. Kita begitu mudah mengucapkan "KASIH" namun hati kita masih menyimpan dendam terhadap sesama. Sebagian dari kita terlalu sulit untuk menerima sisi baik (perbuatan baik) dari orang lain dibandingkan dengan sisi buruknya. Karena itu, hanya secuil saja kesalahan seseorang lalu kita melupakan sekian banyak perbuatan baik yang sudah dilakukannya kepada kita. Dan yang lebih parah; saat kita beribadah, hati kita tidak tertuju pada Firman Tuhan, tetapi kita sibuk bercerita tentang keburukan orang lain. Jika demikian maka Ibadah yang kita lakukan adalah Ibadah yang penuh dengan kejahatan: dan di mata Tuhan, hal tersebut merepakan sebuah kekejian. Ibadah yang sejati adalah mengunjungi mereka yang ada dalam kesusahannya, menguatkan hati yang patah dan membangkitkan harapan bagi mereka yang ada dalam tekanan. Tuhan Yesus bersabda: "Roh Tuhan ada padaKU, oleh sebab Ia telah mengurapi AKU, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus AKU untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (Luk. 4:18-19)".

Minggu Censura Morum II yang dilaksanakan oleh Gereja Toraja, hendak mengajak kita semua untuk membuka dan melihat kembali lembaran-lembaran hidup masa lalu. Jika begitu banyak perbuatan yang kita lakukan dan hal itu bertentangan dengan kehendak-kehendak Tuhan, maka adalah bijaksana jika kita menyensor semuanya itu untuk tidak mengulanginya lagi dalam menjalani hidup yang baru ke depan, yakni hidup yang dituntun berdasarkan kehendak-kehendak Tuhan, Ya....hidup mengasihi dalam perbuatan dan dalam kebenaran.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love