Materi Khotbah Untuk Ibadah Raya Jemaat
Minggu - 8 Nopember 2015
Gereja Toraja Jemaat Samarinda
(Bahan ini adalah tambahan untuk pengembangan bahan khotbah dalam Buku Membangun Jemaat)
Bacaan Alkitab : Ibrani 9 : 24 - 28
Salam sejahtera bagi kamu
Apakah saudara-saudara tahu, apa sesungguhnya tema sentral atau tema utama dari seluruh pemberitaan dalam kitab Perjanjian Baru?
Tema sentral atau tema utama dari seluruh pemberitaan dalam Perjanjian Baru adalah : "Kristus yang dikorbankan". Karena itu seluruh pemberitaan tentang Injil (Kabar Sukacita = Euanggelion) tertuju pada satu peristiwa yang sangat monumental, yakni : "SALIB". Dan salah satu kata kunci dari peristiwa salib adalah "Tetelestai" yang diterjemahkan dengan kata : "sudah selesai (Yoh. 19:30)", tetapi bagi saya kata ini lebih tepat diterjemahkan : "sudah terbayar lunas".
Penggunaan kata "Tetelestai" sesungguhnya hendak mengingatkan kita kembali tentang apa yang terjadi dalam sejarah perjalanan umat Perjanjian Lama; yakni upaya yang dilakukan oleh Allah untuk menyelamatkan umatNya dari murka akibat dosa mereka. Yang pasti bahwa Allah sama sekali tidak menghendaki satu pun dari umatNya itu binasa; Ia mau supaya semua umatNya beroleh selamat.
Saudaraku...
Dosa menjadi penghalang bagi umat untuk mengalami keselamatan yang dari Tuhan. Dan karena itu, dosa menjadi persoalan yang sangat serius (tidak boleh dipandang remeh), dan masalah ini harus dituntaskan. Dan untuk menyelesaikan persoalan ini maka seorang Imam memainkan peran sebagai jurusyafaat. Ia menjadi perantara antara umat pada satu pihak dan Allah pada pihak yang lain. Sang Imam memikul dosa umat dan membawa dosa itu di hadapan Allah, sekali dalam setahun di ruang Tabernakel (Ruang Maha Kudus). Sang Imam melakukan ritual untuk memohon keampunan atas dosa umat dengan membawa korban anak domba dan darahnya menjadi simbol penghapusan atas dosa umat. Setiap tahun, hal tersebut terulang. Umat datang menghadap Tuhan melalui sang Imam, dan Sang Imam membawa dosa umat ke hadapan Allah di Ruang Mahakudus.
Dalam konteks inilah kita dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh kitab Ibrani. Bagi penulis kitab Ibrani, apa yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Perjanjian Lama adalah gambaran dari apa yang hendak Tuhan sempurnakan dalam pada zaman yang baru, yakni melalui Kristus. Yesus Kristus adalah Imam Maha Agung, yang tidak hanya memainkan peran untuk mengantar korban penebusan atas dosa umat, tetapi Dia sendiri bertindak sebagai Anak Domba yang dikorbankan demi penghapusan dosa umat. Dia tidak masuk ke ruang Tabernakel buatan manusia untuk membuka gerbang keselamatan, tetapi ia sendiri masuk ke Tabernakel yang sesungguhnya, yakni sorga. Ia melapangkan jalan ke sana dengan meruntuhkan Tabernakel buatan manusia yang hanya merupakan bayang-bayang, sehingga dengan tindakanNya itu, sorga menjadi menjadi nyata.
Saudaraku....
Apa yang dilakukan oleh Kristus adalah final; sekali dan untuk selama-lamanya. Umat tidak lagi datang kepada Tuhan melalui seorang Imam dengan membawa korban untuk menghapus dosanya, dan juga sang Imam tidak lagi secara rutin tiap tahun menghadap Tuhan dalam Ruang Tabernakel. Di dalam Kristus, semua telah selesai; semua terbayar lunas (Tetelestai). Dosa yang menjadi persoalan yang serius, kini tidak memiliki daya di hadapan Sang Maha Agung, bahkan melalui korban Yesus Kristus, kuasa dosa dipatahkan; sehingga setiap orang yang percaya kepada Kristus bukan lagi budak dosa tetapi ia telah menjadi milik sorga, tempat dari mana Yesus datang; dan ke tempat di mana Yesus kembali, ke tempat itu juga umat percaya akan pergi dan diam di sana untuk selamanya.
Saudaraku....
Tugas keimaman Kristus sekarang diwariskan kepada setiap orang percaya. Kita adalah milik sorga, dan Tuhan mau supaya kita dapat membawa sekian banyak orang untuk turut mengalami sorga. Tetapi ingat, kita tidak lagi membawa peran-peran keimaman seperti yang dilakukan dalam Perjanjian Lama, sebab semua itu telah diselesaikan oleh Kristus. Yang kita kerjakan adalah menjadikan hidup kita sebagai jembatan (titian), agar setiap orang dapat berjumpa dengan Tuhan. Dan setiap orang hanya mungkin mengalami perjuampaan dengan Tuhan melalui kita, jikalau kita menampakkan hidup yang "BERKETELADANAN". Dalam istilah dunia sekarang, umat Kristen jangan hanya ngomong doang (Omdo), tetapi buktikan itu dalam tindakan. Umat Kristen sekarang harus menanggalkan pakaian NATO (No Action, Talk Only). Tinggalkan debat teologis, jauhi diskusi yang tidak berujung-pangkal; buktikan iman anda dengan memperbanyak tindakan KASIH.
(pada bagian ini anda dapat mengembangkan sesuai dengan konteks kehidupan jemaat).
Ingat: Israel gagal dalam memainkan peran sebagai Imam untuk bangsa-bangsa, karena iman mereka tidak berpadanan dengan perbuatan; dan kita semua tahu bahwa iman tanpa perbuatan adalah MATI, sama matinya dengan perbuatan yang dibangun bukan atas dasar IMAN.
Saudaraku...
Kristus telah meninggalkan teladan keimaman bagi kita. Ia tidak hanya memperkatakan tentang kasih dan pengampunan, tetapi Ia membuktikan apa yang Ia ucapkan. Yesus mau agar kita melakukan hal yang sama, sama seperti ucapanNya kepada para murid-muridNya: "Jika Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu melakukan hal yang demikian, maka kamu pun harus melakukannya".
Minggu - 8 Nopember 2015
Gereja Toraja Jemaat Samarinda
(Bahan ini adalah tambahan untuk pengembangan bahan khotbah dalam Buku Membangun Jemaat)
Bacaan Alkitab : Ibrani 9 : 24 - 28
Salam sejahtera bagi kamu
Apakah saudara-saudara tahu, apa sesungguhnya tema sentral atau tema utama dari seluruh pemberitaan dalam kitab Perjanjian Baru?
Tema sentral atau tema utama dari seluruh pemberitaan dalam Perjanjian Baru adalah : "Kristus yang dikorbankan". Karena itu seluruh pemberitaan tentang Injil (Kabar Sukacita = Euanggelion) tertuju pada satu peristiwa yang sangat monumental, yakni : "SALIB". Dan salah satu kata kunci dari peristiwa salib adalah "Tetelestai" yang diterjemahkan dengan kata : "sudah selesai (Yoh. 19:30)", tetapi bagi saya kata ini lebih tepat diterjemahkan : "sudah terbayar lunas".
Penggunaan kata "Tetelestai" sesungguhnya hendak mengingatkan kita kembali tentang apa yang terjadi dalam sejarah perjalanan umat Perjanjian Lama; yakni upaya yang dilakukan oleh Allah untuk menyelamatkan umatNya dari murka akibat dosa mereka. Yang pasti bahwa Allah sama sekali tidak menghendaki satu pun dari umatNya itu binasa; Ia mau supaya semua umatNya beroleh selamat.
Saudaraku...
Dosa menjadi penghalang bagi umat untuk mengalami keselamatan yang dari Tuhan. Dan karena itu, dosa menjadi persoalan yang sangat serius (tidak boleh dipandang remeh), dan masalah ini harus dituntaskan. Dan untuk menyelesaikan persoalan ini maka seorang Imam memainkan peran sebagai jurusyafaat. Ia menjadi perantara antara umat pada satu pihak dan Allah pada pihak yang lain. Sang Imam memikul dosa umat dan membawa dosa itu di hadapan Allah, sekali dalam setahun di ruang Tabernakel (Ruang Maha Kudus). Sang Imam melakukan ritual untuk memohon keampunan atas dosa umat dengan membawa korban anak domba dan darahnya menjadi simbol penghapusan atas dosa umat. Setiap tahun, hal tersebut terulang. Umat datang menghadap Tuhan melalui sang Imam, dan Sang Imam membawa dosa umat ke hadapan Allah di Ruang Mahakudus.
Dalam konteks inilah kita dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh kitab Ibrani. Bagi penulis kitab Ibrani, apa yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Perjanjian Lama adalah gambaran dari apa yang hendak Tuhan sempurnakan dalam pada zaman yang baru, yakni melalui Kristus. Yesus Kristus adalah Imam Maha Agung, yang tidak hanya memainkan peran untuk mengantar korban penebusan atas dosa umat, tetapi Dia sendiri bertindak sebagai Anak Domba yang dikorbankan demi penghapusan dosa umat. Dia tidak masuk ke ruang Tabernakel buatan manusia untuk membuka gerbang keselamatan, tetapi ia sendiri masuk ke Tabernakel yang sesungguhnya, yakni sorga. Ia melapangkan jalan ke sana dengan meruntuhkan Tabernakel buatan manusia yang hanya merupakan bayang-bayang, sehingga dengan tindakanNya itu, sorga menjadi menjadi nyata.
Saudaraku....
Apa yang dilakukan oleh Kristus adalah final; sekali dan untuk selama-lamanya. Umat tidak lagi datang kepada Tuhan melalui seorang Imam dengan membawa korban untuk menghapus dosanya, dan juga sang Imam tidak lagi secara rutin tiap tahun menghadap Tuhan dalam Ruang Tabernakel. Di dalam Kristus, semua telah selesai; semua terbayar lunas (Tetelestai). Dosa yang menjadi persoalan yang serius, kini tidak memiliki daya di hadapan Sang Maha Agung, bahkan melalui korban Yesus Kristus, kuasa dosa dipatahkan; sehingga setiap orang yang percaya kepada Kristus bukan lagi budak dosa tetapi ia telah menjadi milik sorga, tempat dari mana Yesus datang; dan ke tempat di mana Yesus kembali, ke tempat itu juga umat percaya akan pergi dan diam di sana untuk selamanya.
Saudaraku....
Tugas keimaman Kristus sekarang diwariskan kepada setiap orang percaya. Kita adalah milik sorga, dan Tuhan mau supaya kita dapat membawa sekian banyak orang untuk turut mengalami sorga. Tetapi ingat, kita tidak lagi membawa peran-peran keimaman seperti yang dilakukan dalam Perjanjian Lama, sebab semua itu telah diselesaikan oleh Kristus. Yang kita kerjakan adalah menjadikan hidup kita sebagai jembatan (titian), agar setiap orang dapat berjumpa dengan Tuhan. Dan setiap orang hanya mungkin mengalami perjuampaan dengan Tuhan melalui kita, jikalau kita menampakkan hidup yang "BERKETELADANAN". Dalam istilah dunia sekarang, umat Kristen jangan hanya ngomong doang (Omdo), tetapi buktikan itu dalam tindakan. Umat Kristen sekarang harus menanggalkan pakaian NATO (No Action, Talk Only). Tinggalkan debat teologis, jauhi diskusi yang tidak berujung-pangkal; buktikan iman anda dengan memperbanyak tindakan KASIH.
(pada bagian ini anda dapat mengembangkan sesuai dengan konteks kehidupan jemaat).
Ingat: Israel gagal dalam memainkan peran sebagai Imam untuk bangsa-bangsa, karena iman mereka tidak berpadanan dengan perbuatan; dan kita semua tahu bahwa iman tanpa perbuatan adalah MATI, sama matinya dengan perbuatan yang dibangun bukan atas dasar IMAN.
Saudaraku...
Kristus telah meninggalkan teladan keimaman bagi kita. Ia tidak hanya memperkatakan tentang kasih dan pengampunan, tetapi Ia membuktikan apa yang Ia ucapkan. Yesus mau agar kita melakukan hal yang sama, sama seperti ucapanNya kepada para murid-muridNya: "Jika Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu melakukan hal yang demikian, maka kamu pun harus melakukannya".
No comments:
Post a Comment