Laman

Tuesday, October 2, 2018

Beri Kelegaan dan Pembebasan

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Renungan Sebelum Tidur).
Masale, hari ke-276 tanggal 2 Oktober 2018 - Pdt. Joni Delima.

Bacaan Kontemplasi : Yohanes 3:17-18.

"Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia ini bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepadaNya, Ia tidak akan dihukum".

Sahabatku...
Saya mau mengatakan hal ini kepada anda:
"Setiap perjumpaan yang menimbulkan gesekan dan menorehkan luka batin adalah peluang untuk menetapkan hukuman serta juga peluang untuk menerapkan rasa simpati dan empati".

Penetapan hukuman menuntut dijatuhkannya sanksi sesuai tingkat luka batin yang ditorehkan, sementara rasa simpati dan empati menghadirkan rasa lega walau di tengah kondisi yang tidak memungkinkan rasa lega itu sepantasnya dinikmati. Tentu, setiap orang memiliki kekuatan untuk melakukan kedua hal tersebut. Ya...ketika kita merasa dikhianati, maka besar peluang untuk menjatuhkan hukuman berupa sanksi; namun di kala hati terkesan dan tergugah menyaksikan penderitaan orang lain, maka ada dorongan untuk menyatakan rasa simpati dan empati.

Saya hanya berpesan: "Jangan beri peluang untuk menyatakan bahwa hati anda merasa sakit, sebab pada saat anda mengatakan bahwa hati anda merasa sakit maka pada saat itu anda memisahkan diri dari kasih sayang dan yang ada hanyalah dendam kesumat yang akan membuat sakit hati menjadi semakin parah; tetapi di kala anda memberi rasa lega untuk semua hal yang menyakitkan, maka sesungguhnya anda telah menjadi dewa penolong bagi orang yang menorehkan rasa sakit di hati anda".

Mari kita renungkan sejenak.

Sebenarnya mereka yang melakukan tindak kejahatan atau terlibat dalam kejahatan sosial, tidak selamanya karena mereka sungguh-sungguh berhati jahat atau memang perilaku mereka bejat. Banyak di antara mereka sesungguhnya kehilangan kasih sayang, tidak mendapatkan perhatian dan sapaan cinta; karenanya mereka berkompensasi melakukan sesuatu agar mereka itu diperhatikan. Sesungguhnya mereka merasa tidak berdaya dan tidak tahu bagaimana mendapatkan kasih sayang yang mereka inginkan sehingga mereka berupaya mendapatkannya dengan cara kekerasan. Ketika mereka diadili dan dijatuhi hukuman, bukannya membuat hati mereka jadi tenang dan lega, melainkan justru sebaliknya, membuat mereka menjadi lebih marah dan lebih menentang. Dengan demikian, lingkaran kelam itu didukung dan terus berlanjut.

Sahabatku...
Kunci sebuah perubahan adalah "PENGAMPUNAN". Dan hal ini hanya dimungkinkan jika kita menaruh rasa simpati dan empati pada nilai kemanusiaan. Ingatlah apa yang dikatakan Firman Tuhan bahwa wajah Tuhan tergambar jelas pada setiap pribadi yang terpenjara, tersisih dan kehilangan kasih sayang. Yesaya menyampaikan pesan Mesianik demikian:
"Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan, untuk menghibur semua orang yang berkabung (Ye. 61:1-2)".

Memang sungguh menjadi sebuah perkara yang berat untuk memberi pengampunan bagi mereka yang telah membuat hati kita sakit. Dan dalam pandangan dunia ini, adalah sebuah tindakan yang konyol atau bodoh untuk menolong orang yang sudah mengkhianati kepercayaan yang kita berikan. Tetapi itulah panggilan iman. Sebab apa faedahnya bagi anda jika anda hanya memberikan perhatian dan kasih sayang bagi mereka yang tidak pernah menyakiti anda? Tidakkah semua orang dapat melakukan hal yang sama, bahkan orang jahat sekalipun dapat melakukan bagi orang yang dianggapnya sahabat, bukan?

Teladan kasih tanpa pamrih di tengah rasa sakit telah dinyatakan oleh Yesus Kristus. Ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi membalas kejahatan dengan penerimaan dan pengampunan: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat". Dalam keadaanNya yang sangat memprihatinkan, digantung di kayu salib dengan bermahkotakan duri yang menusuk dan merobok kulit di kepalaNya; Ia bermandikan darah hingga menetes membasahi bumi, ternyata Ia tidak memohon laknat atas mereka yang telah membuat diriNya menderita. Justru sebaliknya, Ia memohon Berkat dan Pengampunan. Dan apa yang telah diperlihatkanNya kepada dunia, membuat kepala pasukan penyaliban sujud menyembah dan berucap: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah".

Jadi benarlah firman ini, bahwa Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia ini bukan untuk menghakimi dunia, tetapi untuk menyelamatkannya. Jadi jikalau Allah sedemikian mengasihi dunia ini, maka setiap orang yang percaya kepadaNya pun harus melakukan hal yang sama. Beri kelegaan kepada semua orang dan bebaskanlah jiwa-jiwa yang terpenjara karena dosa dengan senyuman dan kasih sayang, maka semua orang akan melihat wajah Allah yang terpancar di wajah anda.

Selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkati.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love