Laman

Monday, February 18, 2013

Di Balik Kesukaran Hidup Ada Rencana Tuhan

Bacaan Alkitab: Mazmur 119 : 65 - 80
Sebuah Refleksi Pribadi


Sebagai umat Tuhan, kita sebenarnya harus belajar banyak tentang pengalaman hidup yang kita alami di bawah sorotan Firman Tuhan. Baik dan buruknya pengalaman hidup ini, harus kita pahami bahwa semuanya itu adalah cara yang telah ditetapkan oleh Tuhan untuk membentuk iman kita. Karena itu, jangan kita cepat menarik kesimpulan bahwa di saat kita menderita, itu suatu pertanda bahwa Tuhan tidak mengasihani kita lagi; dan sebaliknya di saat kita merasa senang, itu merupakan tanda bahwa Tuhan memberkati hidup kita. Tidak selamanya penderitaan seseorang menjadi ukuran untuk berkata bahwa Allah telah menolak dirinya; demikian juga sebaliknya, tidak selamanya ketenteraman menjadi sebuah tanda bahwa Allah ada di tengah-tengah umatNya.

Kehidupan rohani kita tidak bisa selamanya berada pada tingkat rohani kanak-kanak yang cengeng dan suka bersungut-sungut saat ada tekanan. Kehidupan rohani kita harus berada pada tataran kedewasaan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus selalu mengajarkan agar kita punya pengalaman bagaimana menghadapi hidup ini dengan segala permasalahannya. Tuhan Yesus tidak menghendaki kita tenggelam dalam ketakutan saat kita menghadapi pencobaan; demikian juga Tuhan Yesus tidak menghendaki kita lengah karena terbuai oleh kemenangan dan kesenangan. SuaraNya selalu terdengar: "Berjaga-jagalah kamu".

Setiap ujian atau cobaan membutuhkan ketekunan, ketaatan dan kesabaran; dan tidak ada ujian atau pencobaan yang menyenangkan. Dari sudut pandang manusia, adalah tidak masuk akal bila seseorang yang mengalami pencobaan itu dikatakan berbahagia. Kalau demikian, apa maksud Sang Pemazmur mengatakan: "bahwa aku tertindas itu baik bagiku"?. Perkataan ini hanya dapat kita pahami bila kita memandangnya dalam kacamata iman. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Allah membentuk umatNya bukan dengan cara yang instan (langsung jadi), tetapi melalui tempahan yang cukup keras. Untuk menuju ke Kanaan, bangsa Israel tidak dituntun melalui jalan bebas hambatan, tetapi melalui jalan penuh rintangan. Perjalanan itu bukan perjalanan sehari atau seminggu, tetapi perjalanan yang memakan waktu cukup panjang (40 tahun). Maksud Tuhan atas semua itu adalah agar setibanya bangsa Israel di Kanaan, mereka sudah menjadi bangsa yang tangguh, iman mereka dapat diandalkan dan pengalaman perjalanan 40 tahun agar memberi pelajaran bahwa hidup ini hanya dapat dijalani dengan penuh kebahagiaan jika kita hanya mengandalkan Tuhan dan tetap percaya pada segala janji-janjiNya.

Benar sekali apa yang dituliskan oleh Rasul Yakobus: "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarlah ketekunan itu mengasilkan buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tidak kekurangan suatu apa pun (Yak. 1:2-4)".

Jadi, kesukaran yang sering kita alami dalam menjalani hidup, bukanlah suatu tanda bahwa Allah tidak mempedulikan kita lagi. Tetapi justru sebaliknya, Allah menghendaki agar hidup kita sempurna dan mulia. Dan yang pasti, di setiap kesukaran itu, kuasa Tuhan sedang bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang setia dan menaruh harap kepadaNya.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love