
Ia kembali dengan hati yang amat sedih, dan merasa bahwa perjuangannya selama ini sia-sia. Saat harapannya hampir punah, ia bertemu dengan seorang anak jalanan penjual koran yang hanya mempunyai satu kaki. Ia berusaha menaiki anak tangga jembatan penyeberangan. Sundun merasa kasihan dan menawarkan jasa untuk membantu. Tetapi anak itu menolak dan berkata: "Tidak perlu merasa kasihan kepadaku. Kakak lihat bahwa aku dapat menaiki puluhan anak tangga ini dengan satu kaki. Hal ini kulakukan setiap hari. Jangan pernah berpikir bahwa dalam kekuranganku ini, aku lemah. Justru dengan satu kaki aku jadi kuat. Kakak punya dua kaki, kakak masih punya dua kesempatan bahkan lebih dibandingkan aku". Sundun tersentak mendengar ucapan anak itu. Ia menjadi sadar bahwa masih banyak kesempatan yang terbuka baginya, walau pun hari ini ia menemui kegagalan. Kalau seorang anak dengan satu kaki mampu menaiki dan menuruni puluhan anak tangga tiap hari dan ia mendapat kekuatan, masakan dengan dua kaki Sundun tidak mampu melakukan hal yang lebih besar lagi dibandingkan anak jalanan itu.
Saudaraku............
Hidup ini akan menjadi hancur bukan karena kita menemui kegagalan dalam apa yang kita kerjakan, tetapi karena kita tidak mempunyai semangat atau tidak memiliki harapan untuk bangkit lagi dari kegagalan. Perhatikan perikop bacaan kita hari ini. 38 tahun si lumpuh berharap mujizat dari Kolam Betesda. Ia berharap ada pemulihan di tempat itu. Karena harapan itulah maka ia tetap ada di sana selama 38 tahun. Apa yang terjadi? Ternyata harapannya tidak sia-sia. Karena itu, jangan cepat berputus-asa jika kita mengalami hambatan atau kegagalan. Saya memiliki satu keyakinan yang begitu kuat dan hal itulah yang saya hendak bagikan bagi anda yang mungkin hari ini sedang bergumul. Camkan hal ini: "Tuhan mempunyai rencana indah buat hidup anda. Bukan rencana kecelakaan, tetapi rencana baik untuk memberi hari depan yang penuh dengan harapan".
Selamat menjalani hidup, Tuhan Yesus memberkati.
(by : Pdt. Joni Delima)
No comments:
Post a Comment