Laman

Thursday, February 28, 2013

Yang Menantikan Tuhan Mendapat Kekuatan Baru

Bahan Renungan Untuk Kebaktian PWGT Jemaat Samarinda
Jumat, tanggal 1 Maret 2013



Bacaan Alkitab : Yesaya 40 : 25 - 31

Dalam beberapa kali kegiatan pastoral bagi beberapa pasangan nikah, baik yang baru mau masuk dalam jenjang pernikahan maupun bagi mereka yang sudah lama hidup bersama sebagai pasangan suami-isteri, ternyata sebagian besar dari pasangan itu berkesimpulan bahwa ketika keadaan tenang, damai dan sukses terus diraih, itu tandanya bahwa hidup kita diberkati. Tetapi ketika keadaan jadi susah, jalan yang dilalu terasa terjal dan kegagalan demi kegagalan datang tiada hentinya, itu menjadi sinyal bahwa Allah tidak peduli lagi dan tidak memberkati hidup ini. Bisa jadi kita pun mempunyai pandangan yang sama.

Tapi benarkah pandangan seperti itu?.

Saudaraku................
Alkitab mengajak kita untuk tidak semata-mata menilai hidup ini dari sudut pandang "MATERI". Memang benar bahwa kita membutuhkan apa yang disebut "Sandang, Pangan dan Papan", dan Tuhan Yesus sendiri tidak menyangkali hal tersebut (Mat. 6:31-32). Tapi Hidup ini lebih dari pada materi. Tidakkah kita sering menyaksikan bahwa begitu banyak orang yang berkelimpahan dengan materi, namun hidup mereka terasa gersang dan hampa. Segala fasilitas tersedia, harta dan kuasa begitu mudah didapatkannya; tetapi kenyataannya batin mereka tertekan. Itulah sebabnya sehingga Tuhan Yesus bersabda: "Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi ia kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikan sebagai ganti nyawanya? (Mat. 16:26)".

Jadi sekali lagi, dalam pandangan Tuhan Yesus, hidup ini lebih dari pada materi dan tidak boleh dinilai dengan materi.

Perikop bacaan hari ini mengisahkan kondisi kehidupan anak-anak Israel saat berada dalam pembuangan di Babel. Hidup tertekan karena kebebasan mereka diberangus. Perjuangan untuk mendapatkan nafkah hidup pun sangat susah. Kondisi yang dialami umat Israel tidaklah singkat, tetapi sesuai dengan catatan dalam Yeremia 29:10 keadaan itu mereka alami selama 70 tahun. 2 bahkan 3 generasi merasakan pahitnya hidup, sehingga wajar jika sebagian umat Israel mulai meragukan kuasa dan kasih Tuhan dan melihat hidup mereka hampa (ayat 27). Kita harus jujur mengakui bahwa kita pun sering memiliki sikap yang sama. Ketika hidup kita berkelimpahan, rasanya tidak ada yang menyusahkan, sukses begitu mudah kita raih; lalu kita berkata: "Betapa baiknya Engkau Tuhan kepadaku", tetapi saat tekanan hidup datang melanda, kegagalan demi kegagalan terasa menjadi menu harian kita, kebutuhan hidup sulit terpenuhi, dan lain sebagainya, lalu kita berteriak: "Di manakah Engkau Tuhan, mengapa Engkau membuat aku seperti ini. Mengapa Engkau jahat kepadaku, mengapa aku yang harus mengalami hal ini, mengapa bukan orang lain, mengapa harus aku?".

Saudaraku......................
Hidup kita sangat berharga di mata Tuhan lebih dari pada yang lain dari apa yang sudah diciptakanNya. Abraham yang disebut "Bapa segala orang beriman", pernah mengalami saat-saat yang hampa, merasa hidupnya tidak memiliki arti lagi. Lalu Tuhan mengajak dia keluar dari kemahnya di malam hari dan berkata: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang jika engkau dapat menghitungnya..........lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran (Kej. 15:5-6)". Artinya, hidup Abraham lebih berharga dari yang lain, dan segala yang diciptakan oleh Allah baik yang mampu kita hitung maupun yang tidak mampu kita hitung, semuanya disediakan karena kita. Dan hal ini dibuktktikan oleh Abraham, mata imannya terbuka bahwa hidupnya sangat berharga di mata Tuhan, sehingga ketika Tuhan kembali menguji imannya dengan meminta Ishak anak satu-satunya itu untuk dikorbankan, Abraham tetap taat untuk melakukan perintah Tuhan itu (Kej. 22). Dalam ayat 26 dari perikop bacaan kita, hal yang sama dikatakan oleh Tuhan: "Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah, siapa yang menciptakan semua bintang-bintang itu?". Bahkan Tuhan Yesus memakai pengandaian yang sangat sederhana dengan mengajak semua orang percaya untuk memandang bunga bakung dan juga burung-burung di udara. Mereka dipelihara oleh Tuhan dan bahkan bunga bakung didandani sedemikian indahnya sehingga jubah Salomo tidak dapat menyamainya (Mat. 6:26, 28, 29). Karena itu Tuhan Yesus bersabda: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu (Luk. 12:15)".

Saudaraku....................
Segala bentuk tekanan, ketidak-cukupan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kegagalan, kesusahan dan bahkan berbagai bentuk penderitaan, bukanlah maksud Tuhan mengadakan semuanya itu agar kita habis binasa. Hal-hal seperti itu harus ada, dan siapa pun akan mengalaminya. Dan ketika hal itu terjadi, maka di sinilah ujian iman bagi anda dan saya. Jika anda menilai hidup ini dari sudut pandang materi, maka pastilah anda akan gagal dan hidup anda pasti binasa. Tetapi jika hal-hal tersebut justru membuat kita semakin dekat kepada Tuhan, maka Tuhan jugalah yang akan bertindak untuk menyelesaikan setiap persoalan itu. Ayat 31 hendaknya menjadi motavasi bagi setiap kita di kala menghadapi berbagai tekanan pergumulan: "Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru, mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah". Saya begitu kuat meyakini apa yang disampaikan oleh nabi Yeremia kepada umat Israel yang ada di pembuangan Babel; bahwa Tuhan tidak pernah merencanakan yang jahat bagi orang yang berharap padaNya, keinginan Tuhan adalah: setiap kita akan mengalami hari depan yang penuh harapan, ya....sebuah hari depan yang baik yang diwarnai dengan "SYALOM" (Yer. 29:11). Karena itu Yeremia mengatakan: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan.....Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan (Yer. 17:5, 7)". Dan akhirnya, camkan dalam hati kita perkataan Raja Daud: "Orang benar tidak akan pernah ditinggalkan dan anak cucunya tidak akan pernah meminta-minta roti (Mzm. 37:25)".

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love