Laman

Saturday, May 25, 2013

Dikuatkan dan Diteguhkan Oleh Roh

Pengembangan Khotbah Dari Buku Membangun Jemaat
Khotbah Hari Minggu, 26 Mei 2013
Bacaan Alkitab : Efesus 3 : 14 - 21

A. Latar Belakang Kota Efesus/Konteks Surat Efesus

Kota Efesus merupakan sebuah kota pelabuhan di pesisir pantai Laut Aegea yang sangat terkenal dan sangat penting di Propinsi Romawi Wilayah Asia, terletak di pantai barat Turki Modern. Letak kota Efesus di muara Sungai Kayster di antara pegunungan Koresos. Ada satu jalan yang indah dengan lebar + 27 meter dipagari tiang, terbentang dari kota menuju ke pelabuhan atau bandar Laut Efesus yang menjadi pusat kegiatan ekspor-impor pada ujung jalan kafilah Asia dan pendaratan kapal laut dari Roma.

Croesus adalah raja terakhir dari Lydia. Ia terkenal karena kekayaannya dan pada thn. 560 SM dia membangun kota Efesus dengan megahnya. Salah satu bangunan yang ia buat adalah Kuil untuk penyembahan terhadap Dewi Bulan yang oleh bangsa Yunani disebut Dewi Artemis dan bangsa Romawi menyebutnya Dewi Diana. Kuil ini terbuat dari batu gamping dan marmer dan bangunan utama ditopang oleh 120 tiang marmer yang ketinggiannya mencapai 20 meter. Pondasi kuil itu lebarnya 79 meter dan panjangnya 131 meter; jauh lebih besar dari Kuil Parthenon yang ada di Athena. Sehingga wajar jika Kuil Artemis masuk dalam daftar 7 keajaiban dunia kuno.

Keberadaan Kuil Artemis di kota Efesus, membuat kota ini disejajarkan dengan kota Korintus yang berada di Wilayah Akhaya. Sama seperti penyembahan terhadap Dewi Afrodite di Korintus, demikian juga dengan praktek penyembahan Dewi Artemis di Efesus, begitu banyak pelacur disiapkan di kuil ini untuk melayani. Dalam hubungan dengan hal inilah maka kota Efesus menjadi kota tujuan wisata sehingga mobilisasi penduduknya sangat cepat dan penduduk yang menetap di kota ini pernah mencapai angka 300.000 jiwa di luar pendatang. Selain Kuil Artemis, di Gunung Pion yang terletak di pusat kota, dibangunlah sebuah teater yang besar (berupa stadion), sebuah tempat untuk menyaksikan apa yang disebut "Gladiator", dan teater tersebut dapat menampung 25.000 s/d 50.000 penonton. Dapat kita bayangkan bahwa kota Efesus yg cukup mendapat perhatian khusus dibandingkan kota-kota yang lainnya di wilayah Frigia dan Lidya, sehingga dibangun sedemikian megahnya dan menjadi kota terindah pada zaman purba.

Tetapi pada tahun 356 seorang yang bernama Herostratus membakar Kuil Artemis tepat pada hari kelahiran Alexander Agung (Alexandros Mogos/Alexander the Great). Tahun 336, Alexander Agung memerintah sebagai Raja di seluruh wilayah Makedonia dan beberapa tahun kemudian ia mengunjungi kota Efesus yang telah menjadi reruntuhan lalu memerintahkan untuk membangunnya kembali persis sama dengan kota yang telah dihancurkan itu. Bangunan Alexander Agung dapat bertahan hingga abad ke-3 M sebelum dirampas dan dihancurkan oleh orang-orang Goth tahun 260 M. Dan kota Efesus kemudian disapu oleh banjir besar hingga tertimbun lumpur. Nanti tahun 1870, seorang arkeolog bernama J.T. Wood menemukan kembali reruntuhan kota ini.

Pada zaman kekaisaran Romawi, khususnya di bawah wangsa Julius Caecar, kota Efesus juga dijadikan pusat pendidikan. Pendidikan Dasar hingga Perguruan Tinggi berkembang secara pesat. Bahkan dalam Kis. 19:9 dicatat bahwa dalam pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Rasul Paulus, selain tempat ibadah (Sinagoge Yahudi), Paulus juga memakai fasilitas pendidikan sebagai sarana meyakinkan orang banyak tentang Jalan Tuhan. Ia memberikan kuliah umum tentang Injil Yesus Kristus di Ruang Kuliah Tiranus. Penulis Lukas tidak memberikan banyak informasi mengenai waktu Paulus datang dan tinggal di Efesus. Catatan Alkitabiah tentang kaitan Paulus dengan kota ini ialah 1 Kor. 16:8-9 dan menjadikan Efesus sebagai Markas atau Pusat Pelayanan Pekabaran Injilnya selama + 3 tahun (band.: Kis. 20:31). Dan surat Efesus ini dituliskan oleh Paulus ketika ia berada dalam penjara di Roma (tahun 60/61 M) bersamaan dengan surat yang dituliskan oleh Paulus kepada Jemaat di Kolose dan dikirim melalui Tikhikus bersama dengan Onesimus ( Ef. 6:21-22, band.; Kol. 4:7-9).

B. Pendalaman & Pengembangan Perikop

Paulus memiliki hubungan emosional yang sangat kuat dengan Jemaat Efesus dibandingkan jemaat-jemaat yang lainnya. Hal ini dapat dimaklumi sebab Paulus cukup lama tinggal di Efesus (+ 3 tahun), dibandingkan misalnya dengan Jemaat Korintus (+ 18 bulan atau 1 1/2 tahun). Karena cukup lama tinggal di Efesus sehingga Paulus mengenal betul kondisi jemaat ini, termasuk kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan yang mereka hadapi dan alami dalam menjalani kehidupan keberiman sebagai Pengikut Yesus Kristus (Pengikut Jalan Tuhan). Paulus mengungkapkan bagaimana perjuangan Injil saat ia datang di kota ini. Hambatan dan tekanan yang begitu berat dialami, sampai-sampai ia harus mencucurkan airmata karena fitnahan yang begitu keji (Kis. 20:31). Namun Paulus tidak menghiraukan semua tantangan dan hambatan itu, sehingga ia berkata: "Tetapi aku tidak menghiraukan sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (Kis. 20:24)". Pernyataan ini menggambarkan betapa hebatnya pergumulan yang dihadapi Paulus ketika ia melakukan tugas pemberitaan Injil di Efesus, dan ia sadar bahwa ketika ia meninggalkan kota itu, sudah pasti warga jemaat mengalami tekanan yang sama.

Perikop bacaan kita diberi judul oleh Lembaga Alkitab Indonesia: "Doa Paulus". Sebuah doa khusus untuk warga jemaat, di mana Paulus memohon kepada Allah agar warga jemaat dikuatkan dan diteguhkan dalam menghadapi berbagai tekanan. Justru di tengah-tengah tekanan yang ada, iman mereka semakin dikuatkan dan lebih berdaya guna. Paulus berharap agar di  tengah-tengah tekanan yang ada, mereka dapat melihat dan dengan sungguh mengenal keagungan kasih dan kuasa Tuhan.

Sebenarnya dalam surat ini ada catatan doa Paulus yang lain, yakni dalam Ef. 1:15-23. Dalam bagian ini Paulus menekankan tentang pengetahuan yang benar tentang Kristus dan apa yang Kristus sudah kerjakan dalam diri setiap orang percaya. Dalam menghadapi kerasnya tantangan dan pencobaan hidup, anak-anak Tuhan harus memiliki pengenalan yang begitu dalam tentang keselamatan yang telah dikerjakan Allah di dalam Yesus Kristus. Dan Paulus menegaskan bahwa keselamatan itu bukanlah hasil usaha manusia (Ef. 2:8-9), melainkan kasih karunia Allah yang dikerjakanNya dengan mengorbankan AnakNya sendiri menjadi tebusan atas dosa, sehingga hanya di dalam, oleh dan melalui Tuhan Yesus maka setiap orang yang percaya akan beroleh selamat. Sangat indah perkataan Paulus dalam Ef. 1:18...."Dan supaya IA menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apa yang terkandung dalam panggilanNya; betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukanNya bagi orang-orang kudus". Ya....bagian yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini, yakni "menjadikan kita anak-anakNya yang mempunyai hak penuh untuk menjadi waris dari kerajaanNya". Atas dasar ini maka Paulus berkata: "Tetapi sekarang, di dalam Kristus Yesus, kamu yang dahulu jauh sudah menjadi dekat oleh darah Kristus.....Demikian kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota Keluarga Allah (Ef. 2:13, 19)". Jadi pengenalan akan Yesus Kristus akan memberi kekuatan bagi setiap orang percaya untuk tetap bertahan di tengah-tengah kerasnya pencobaan hidup.

Dalam perikop bacaan kita hari ini, Paulus berdoa agar setiap orang yang percaya dengan kuat kuasa Roh Kudus dimampukan dan dikuatkan dalam iman sehingga mereka berakar, berdasar dan bertumbuh di dalam kasih Kristus (ayat 14-17). Sebuah akar sangat menentukan pertumbuhan sebatang pohon. Jika akar pohon dapat merambat dengan baik ke dalam tanah, ia akan menyedot begitu banyak sari-sari makan dan pohon pun akan bertumbuh subur dan kuat serta berbuah lebat. Tetapi jika akarnya lemah, maka pertumbuhannya pun akan lambat dan pada akhirnya kering lalu mati. Demikian juga dasar atau pundamen sangat menentukan ketahanan sebuah bangunan. Jika dasarnya kuat, maka bangunan itu akan kokoh, tetapi jika dasarnya lemah, maka bangunan itu tidak akan bertahan lama dan pada akhirnya roboh.

Paulus pun berdoa agar jemaat di Efesus bersama dengan semua orang kudus dapat menghayati dan memahami bahwa kasih Tuhan tidak dapat diukur dan dinilai dengan apa pun juga (ayat 18-19). Dengan mengenal kasih Tuhan yang tidak dapat dinilai dengan apapun juga, maka jemaat akan dimampukan untuk bertumbuh ke arah kepenuhan hidup di dalam Tuhan sekali pun mereka hidup di tengah-tengah masyarakat yang sering menolak kehadiran atau keberadaan anak-anak Tuhan. Paulus memohon agar Roh Kudus meneguhkan mereka dalam mewujudkan rencana Tuhan bagi dunia ini. Paulus tidak berdoa supaya orang percaya di Efesus menghindari realitas hidup yang kurang bersahabat, tetapi Paulus berdoa agar mereka dimampukan untuk menghadapinya dengan sudut pandang yang baru. Justru di tengah-tengah tekanan hidup yang berat, Tuhan mempunyai rencana besar. Karena itu, "jangan pernah menyerah karena persoalan hidup yang berat, tapi hadapi dengan keteguhan iman; percayalah bahwa Allah mampu melakukan dan menyelesaikan banyak perkara lebih dari pada yang mampu kita pikirkan dan yang kita doakan (ayat 20-21)".

Mendalami doa Paulus ini, maka saya teringat akan doa seorang bapa untuk putranya. Seorang Jenderal Tentara Sekutu yang  dalam Perang Dunia II memimpin Pasukan Sekutu di wilayah Asia-Pasifik. Dia tidak lain adalah Jenderal Douglas Mc Arthur. Simak doanya:

Tuhanku.......
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya.
Dan berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.
Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Tuhanku........
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya,
dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang putera yang sadar bahwa mengenal ENGKAU dan dirinya sendiri,
adalah landasan segala pengetahuan.

Tuhanku.....
Aku mohon....
Janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak.
Namun tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan,
kesulitan dan tantangan.
Biarlah puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai,
dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tingi,
sanggup memimpin dirinya sendiri,
sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.

Tuhanku........
Berilah hamba seorang putera yang mengerti makna tawa ceria,
tanpa melupakan makna tangis dan duka.
Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah,
namun tidak pernah melupakan masa lampau.
Dan setelah semua menjadi miliknya.......
Berilah dia cukup kejenakaan,
sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh,
namun tetap mampu menikmati hidupnya.

Tuhanku.........
Berilah ia kerendahan hati........
Agar ia ingat kesederhanaan dan keagungan yang hakiki......
Pada sumber kearifan, kelemah-lembutan dan kekuatan yang sempurna......
Dan pada akhirnya,
bila semua itu terwujud,
hamba, ayahnya; dengan berani berkata,
"Hidupku tidaklah sia-sia".


Doa ini merupakan cerminan seorang ayah yang mengharapkan anaknya kelak mampu menjadi manusia yang ber-Tuhan sekaligus mampu menjadi manusia yang tegar, tidak cengeng, tidak manja; tetapi bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri dan mampu memberi dampak yang baik bagi dunianya. Sang ayah sadar bahwa tidak ada jalan yang rata untuk menggapai kehidupan yang sukses dan berkualitas. Seperti besi yang tertempa, semakin keras tempaan akan semakin menjadi besi mustika.


Douglas menasehati kita, bilamana kita lunak mendidik anak, maka kehidupan di luar akan keras menempa si anak sehingga ia akan menjadi pemberontak. Tetapi jika kita tegas mendisiplin anak, maka sekeras apapun kehidupan di luar, tidak akan begitu berarti bagi si anak dalam menggapai masa depannya. Demikian juga dalam kaitannya dengan kehidupan iman kita. Jika kita lemah bahkan berkompromi dengan dunia ini, maka pastilah hidup kita akan hancur. Tetapi jika kita mendisiplinkan diri ini untuk mengenal dan dekat dengan Tuhan, maka sekeras apa pun tekanan dunia ini, tidak akan mampu memisahkan kita dari Tuhan. Dan hal itu terjadi, jika kita memohon kepada Tuhan, agar Roh Kudus menuntun dan mengarahkan hidup kita..

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love