Laman

Monday, September 23, 2013

Keberpihakan Pada Kaum Lemah

Sebuah Refleksi Pribadi

Keberpihakan Terhadap Kaum Lemah
Bacaan : Matius 18 : 6 - 11


Dalam hidup bersama, ada begitu banyak Aturan, Undang-undang dan Hukum. Semua itu dibuat agar kehidupan bersama dapat tertata dan berjalan dengan baik. Karena itu Aturan, Undang-undang dan Hukum sangat diperlukan dan wajib untuk ditaati jika kita mau menikmati kehidupan yang baik secara bersama-sama.

Pertanyaannya ialah, bagaimana dengan prakteknya? Apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan?

Harus diakui bahwa penegakan hukum dan peradilan di negeri ini jauh dari yang kita harapkan. Lembaga Peradilan yang seharusnya berada di barisan terdepan dalam Penegakan Hukum ternyata tidak luput juga dari praktek-praktek pelanggaran hukum. Dalam memperjuangkan hak-hak personal untuk kebenaran dan keadilan, keberpihakan menjadi sangat nampak. Terkadang orang benar dipersalahkan dan orang salah dibenarkan. Diskriminasi terhadap kaum lemah bukanlah sesuatu yang asing di telinga kita. Sanksi terhadap para penguasa, konglomerat, koruptor tidak sebanding dengan seorang pencuri sendal atau pencuri buah kakao. Sungguh, Aturan, Undang-undang dan Hukum telah disesatkan; rasa-rasanya semua itu dibuat hanya untuk menekan orang kecil.

Di tengah-tengah jeritan orang kecil, masih juga ada orang yang mempergunakan kesempatan untuk menari-nari di atas penderitaan mereka. Atas nama orang kecil, atau tepatnya; atas nama orang miskin, mereka memperkaya diri sendiri dengan mengambil hak-hak yang seharusnya diberikan kepada mereka yang tertindas. Wajarlah jika dalam perikop ini, Tuhan Yesus menyatakan keberpihakanNya terhadap kaum termarginalkan. Ia dengan lantang menyuarakan sanksi yang sepantasnya diberikan kepada mereka yang menyesatkan kaum kecil sehingga kaum kecil tidak dapat menikmati hidup yang layak. Hukuman yang pantas bagi mereka adalah "MATI" dengan cara yang tidak wajar, yakni: "sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut (Mat. 18:6b)".

Jika penyesatan terjadi dalam dunia ini, maka Gereja harus menyuarakan suara kenabiannya untuk berpihak kepada kaum termarginalkan. Resiko untuk ditolak oleh dunia memang sangat besar, tetapi Gereja tidak boleh cuci tangan dari panggilannya untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Sebab akan tiba waktunya, di mana Tuhan akan melakukan pemisahan antara domba dan kambing. Domba ditempatkan di sebelah kanan dan kambing di sebelah kiri. Kepada mereka yang ada di sebelah kanan, Tuhan Yesus berkata: "Marilah, hai kamu yang diberkati BapaKu, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku dalam penjara, kamu mengunjungi Aku (Mat. 25:34-36)". Bilamanakah hal itu terjadi? Ya...ketika mereka berpihak kepada orang kecil, kaum miskin dan termarginalkan, ternyata mereka bukan melakukannya untuk manusia, tetapi untuk Tuhan.

Saudaraku.....
Tuhan Yesus mengidentikkan diriNya dengan orang-orang kecil yakni mereka yang termarginalkan. Karena itu, seburuk apapun keadaan mereka, jangan anda mendiskriditkan mereka. Sehina apa pun keadaan mereka, jangan anda membuang muka dari mereka. Anda menjadi sesat jika anda menutup mata terhadap penderitaan mereka. Karena itu, jika anda merasa anak Tuhan, tidak ada pilihan lain selain menaruh empati terhadap kaum termarginalkan.

Ingatlah akan hal ini: "Di balik wajah mereka yang menderita, di situ tergambar dengan jelas wajah Tuhan".

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love