Laman

Monday, October 21, 2013

Ketulusan Dan Kerendahan Hati

Sebuah Refleksi Pribadi
Bacaan: Yakobus 3 : 13 - 18


Hidup dalam ketulusan dan dalam kerendahan hati bukanlah sebuah perkara yang mudah, terlebih di tengah-tengah masyarakat yang semakin Individualistis dan Materialistis; masyarakat yang kehilangan kepekaan untuk berbagi suka-duka dengan orang lain. Masyarakat yang individualistis dan materialistis adalah masyarakat yang tidak peduli terhadap keberadaan orang lain dan yang hanya menilai hidup dari sudut materi. Jika mau melakukan sesuatu kepada orang lain maka selalu dinilai dari sisi "Untung-Rugi".

Alkitab berbicara tentang ketulusan dan kerendahan hati sebagai "Hikmat yang datangnya dari atas" yang sudah pasti bertentangan dengan "Hikmat yang datangnya dari dunia ini".

Apakah sesungguhnya "Ketulusan" dan "Kerendahan hati" itu?.

Tulus mengandung arti melakukan atau mengerjakan sesuatu untuk orang lain tanpa bersungut-sungut dan tanpa berharap pamrih. Jadi, jika anda menolong seseorang berarti anda melakukannya sebagai panggilan hati nurani, bukan karena terpaksa atau karena dipaksa. Orang yang tulus hatinya selalu melihat orang lain sebagai bagian dari dirinya sendiri. Karena itu, hatinya akan merasa tertekan jika melihat sesamanya itu hidup dalam penderitaan. Lawan kata dari ketulusan adalah "Kemunafikan", dan orang yang munafik selalu mencari muka dan setiap tindakannya selalu dibarengi dengan pamrih (aku mau melakukannya untukmu asal.....).

Rendah hati berarti memandang atau menilai orang lain lebih penting daripada dirinya sendiri sekalipun dirinya sendiri adalah orang yang terpandang dalam masyarakat atau dalam komunitasnya. Rendah hati berarti terbuka menerima orang lain tanpa memandang muka. Orang yang rendah hati adalah orang yang hatinya penuh dengan kelemah-lembutan, tutur bahasanya santun dan penuh rasa hormat. Lawan kata dari kerendahan hati adalah "Kesombongan". Orang yang sombong adalah orang yang gila hormat, memandang dirinya lebih penting dari pada orang lain. Orang yang demikian terlalu banyak menuntut; hanya mau dilayani namun sangat sulit untuk melayani. Orang sombong tidak senang melihat orang lain berhasil. Hatinya diliputi dengan kebencian dan iri hati jika melihat sesamanya sukses.

Saudaraku........
Alkitab berbicara tentang ketulusan sebagai kunci untuk mengalami dan menikmati kebaikan Tuhan. Demikian dikatakan bahwa: "Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya (Mzm. 73:1)". Orang-orang yang tulus hatinya, hidupnya akan terus dijaga dan dipelihara oleh Allah serta anak cucunya akan mewarisi bumi. Dan kepada mereka yang rendah hati, Alkitab menegaskan demikian: "Tuhan berkenan kepada umatNya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan (Mzm. 149:4)". Wow....dahsyat, bukan? Ternyata sorga hanya dapat direngkuh dengan kerendahan hati.

Teladan ketulusan dan kerendahan hati telah ditinggalkan oleh Tuhan Yesus bagi kita semua. Ia dengan tulus memberi hidupNya, dan itu adalah sebuah pemberian yang tidak dapat dinilai dengan apapun juga. Tuhan Yesus telah merendahkan diriNya, menjadi hamba bagi kita. Ia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Ya....Dia datang menghambakan diriNya, supaya dengan itu kita mendapat bagian dalam kemuliaanNya.

Jika Tuhan sedemikian rupa melakukannya bagi kita, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukannya. Ingat dan camkanlah hal ini: Kebaikan yang anda tabur dalam dunia ini tidak akan mengurangi bartabat anda; justru sebaliknya, anda mendapatkan penghargaan di dalam pandangan Tuhan dan manusia.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love