Laman

Wednesday, June 4, 2014

Bangsaku Telah Mati

Disarikan dari buku: Hidup Dan Cinta Kahlil Gibran
Kupersembahkan Buat Indonesiaku Yang Baru


Bangsaku mati kelaparan dan aku datang melihatnya
dan meratapi mereka dalam kesendirianku

Aku diberi tahu, tragedi negaramu hanyalah sebagian dari tragedi dunia;
airmata dan darah yang tertumpah di negaramu,
hanyalah beberapa tets di sungai darah,
dan airmata yang tertumpah siang dan malam,
di lembah-lembah dan di daratan dunia.

Ini mungkin benar,
tetapi tragedi bangsaku adalah orang yang diam
yang terkandung di kepala manusia,
yang harus kita sebut ular atau naga.
Tragedi bangsaku terjadi tanpa iringan musik dan parade.

Apabila bangsaku memberontak pada penguasa Tiran dan mati dalam perlawanan,
aku akan mengatakan bahwa,
kematian demi kemerdekaan lebih terhormat dari pada hidup dalam perbudakan.
Barangsiapa yang mencapai keabadian dengan pedang di tangan,
maka ia akan hidup sepanjang keadilan itu tegak.

Apabila bangsaku memasuki perang,
dan hancur di medan laga hingga orang terakhir,
aku akan katakan bahwa itu adalah angin topan
yang menghacurkan pohon-pohon yang hijau dan yang mati.
Aku akan berkata bahwa kematian akibat kekuatan angin topan,
lebih baik dari pada hidup dalam kekuasaan masa lampau

Apabila gempa menelan bangsaku dan orang-orang tercintaku,
aku akan mengatakan bahwa itu adalah hukum alam
yang digerakkan oleh kekuatan di luar kemampuan manusia.
Bodoh jika kita berusaha mengungkapkan misteri ini.

Tetapi bangsaku tidak mati karena pemberontakan,
mereka tidak mati dalam peperangan,
dan mereka tidak ditelan gempa.

Bangsaku mati di persimpangan jalan.
Bangsaku mati dengan tangan yang membentang ke Timur dan Barat,
dan mata mereka mencari-cari di kegelapan langit.
Mereka mati dalam diam,
karena telinga kemanusiaan telah tuli mendengar seruan mereka.
Mereka mati, tetapi mereka bukan penjahat.
Mereka mati karena mereka diam.
Mereka mati di negeri yang menghasilkan susu dan madu.
Mereka mati karena ular jahat merampas semua ternak mereka,
dan seluruh hasil panen di ladang mereka.
Aku berharap, ada mujizat yang membangkitkan mereka dari kematiannya
Kalau pun tidak, ada pahlawan gagah perkasa berpihak pada anak-cucunya
dengan memberi secercah harapan untuk mengecap kebebasan
Hidupkan bangsaku, tumbuhkan keadilan,
dan biarlah buah kebenaran menjadi ranum
hingga derita menahun tersingkapkan.

Janganlah diam pahlawanku,
bangkitkan bangsaku dari kematiannya.
Agar kembali canda dan tawa,
menghiasi indahnya alam negeriku.



(Huruf tegak adalah tambahan yang disisipkan oleh Pdt. Joni Delima).
Dipersembahkan buat semua anak bangsaku untuk menjadi perenungan diri demi terciptanya Indonesia Yang Baru.
Salam Damai Bagi Negeriku

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love