Refleksi Pelayanan Seorang Hamba Tuhan
Bacaan : Markus 9 : 33 - 37
"Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya - ay. 35b".
Saya teringat dengan satu pepatah Latin yang bagi saya sarat dengan makna kehidupan, pepatah itu berbunyi demikian: "Quam bene vivas, non quam diu refert". Pepatah ini mengandung arti: "bukan berapa lama anda hidup itu yang penting, tetapi bagaimana anda hidup dengan baik".
Ya...kebesaran kita tidaklah ditentukan oleh seberapa panjang umur kita atau seberapa lama kita menikmati hidup, tetapi kebesaran itu sangatlah ditentukan dari kebaikan yang kita torehkan bagi orang lain.
Berbicara mengenai kebesaran, maka terdapat perbedaan pengertian antara dunia sekuler dengan pengertian yang bersangkut-paut dengan pelayanan Kristiani. Dunia sekuler mendefinisikan kebesaran seseorang dari segi kuasa, harta, martabat dan kedudukan. Bagi dunia sekuler; jika anda mampu memerintah orang lain dan orang tersebut mengikuti apa yang anda katakan, maka anda adalah seorang yang berhasil. Oleh sebab itu, budaya pelayanan bukanlah budaya yang populer, bahkan menarikpun tidak bagi dunia sekuler.
Namun tidaklah demikian dengan pengertian kebesaran menurut terminologi pelayanan Kristiani. Kebesaran seseorang dalam pelayanan Kristiani tidak dinilai dari statusnya, dari kekuasaannya, dari martabatnya atau dari kedudukannya Allah menentukan kebesaran seorang hambaNya bukan berdasarkan dari banyaknya orang yang mengagumi anda lalu siap melayani anda; melainkan banyaknya orang yang anda layani dengan kebaikan dan ketulusan hati anda sehingga mereka merasakan sentuhan kasih Tuhan lalu memuliakan Tuhannya. Allah tidak menentukan kebesaran seorang hambaNya dari banyaknya kuasa yang anda miliki dalam pelayanan, melainkan berapa banyak kuasa yang anda pakai untuk melayani orang yang hidup dalam kekurang-beruntungan walau pada akhirnya anda sendiri terlupakan.
Jadi sangatlah jelas bahwa pandangan dunia sekuler bertolak-belakang dengan pelayanan Kristiani. Oleh sebab itu, memahami arti dari sebuah pelayanan yang sesungguhnya bukanlah perkara yang mudah, apalagi untuk melakukannya. Dan fakta untuk hal tersebut bukan baru terjadi sekarang ini. Jauh sebelum persekutuan anak-anak Tuhan melembaga, kekuasaan diperebutkan. Lihatlah murid-murid Tuhan Yesus; mereka memperdebatkan tentang siapakah yang layak menerima kedudukan yang paling terkemuka di antara murid-murid yang lainnya. Dan karakter ini juga "melekat" dalam diri anda dan saya yang notabene menyandang identity : "PENDETA". Tidak jarang oknum "PENDETA" bersaing memperebutkan kedudukan dan tempat terkemuka di dalam gereja yang sesungguhnya sebuah tempat untuk mendemonstrasikan "Hati Yang Menghamba". Karena itu, Tuhan Yesus mengemukakan hal ini, bahwa setiap pelayan harus mengerdilkan egonya bahkan jika perlu mematikannya agar ia dapat melayani sebagaimana seorang hamba, dan di situlah sesungguhnya KEBESARAN ILAHI terpancarkan.
Karena itu, saya hendak tegaskan hal ini: "milikilah hati seorang hamba, sebab hati seorang hamba adalah HATI YESUS. Ya....Yesus datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani bahkan menyerahkan hidupNya sebagai tebusan atas dosa manusia".Selamat berkonsultasi, semoga pendeta-pendeta sewilayah Kalimantan sungguh-sungguh memiliki HATI YESUS, yakni Hati Yang Menghamba.
(Disampaikan dalam Kegiatan Konsultasi Pendeta Gereja Toraja Wilayah Kalimantan)
Samarinda - 17 Oktober 2014
Samarinda - 17 Oktober 2014
Bacaan : Markus 9 : 33 - 37
"Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya - ay. 35b".
Saya teringat dengan satu pepatah Latin yang bagi saya sarat dengan makna kehidupan, pepatah itu berbunyi demikian: "Quam bene vivas, non quam diu refert". Pepatah ini mengandung arti: "bukan berapa lama anda hidup itu yang penting, tetapi bagaimana anda hidup dengan baik".
Ya...kebesaran kita tidaklah ditentukan oleh seberapa panjang umur kita atau seberapa lama kita menikmati hidup, tetapi kebesaran itu sangatlah ditentukan dari kebaikan yang kita torehkan bagi orang lain.
Berbicara mengenai kebesaran, maka terdapat perbedaan pengertian antara dunia sekuler dengan pengertian yang bersangkut-paut dengan pelayanan Kristiani. Dunia sekuler mendefinisikan kebesaran seseorang dari segi kuasa, harta, martabat dan kedudukan. Bagi dunia sekuler; jika anda mampu memerintah orang lain dan orang tersebut mengikuti apa yang anda katakan, maka anda adalah seorang yang berhasil. Oleh sebab itu, budaya pelayanan bukanlah budaya yang populer, bahkan menarikpun tidak bagi dunia sekuler.
Namun tidaklah demikian dengan pengertian kebesaran menurut terminologi pelayanan Kristiani. Kebesaran seseorang dalam pelayanan Kristiani tidak dinilai dari statusnya, dari kekuasaannya, dari martabatnya atau dari kedudukannya Allah menentukan kebesaran seorang hambaNya bukan berdasarkan dari banyaknya orang yang mengagumi anda lalu siap melayani anda; melainkan banyaknya orang yang anda layani dengan kebaikan dan ketulusan hati anda sehingga mereka merasakan sentuhan kasih Tuhan lalu memuliakan Tuhannya. Allah tidak menentukan kebesaran seorang hambaNya dari banyaknya kuasa yang anda miliki dalam pelayanan, melainkan berapa banyak kuasa yang anda pakai untuk melayani orang yang hidup dalam kekurang-beruntungan walau pada akhirnya anda sendiri terlupakan.
Jadi sangatlah jelas bahwa pandangan dunia sekuler bertolak-belakang dengan pelayanan Kristiani. Oleh sebab itu, memahami arti dari sebuah pelayanan yang sesungguhnya bukanlah perkara yang mudah, apalagi untuk melakukannya. Dan fakta untuk hal tersebut bukan baru terjadi sekarang ini. Jauh sebelum persekutuan anak-anak Tuhan melembaga, kekuasaan diperebutkan. Lihatlah murid-murid Tuhan Yesus; mereka memperdebatkan tentang siapakah yang layak menerima kedudukan yang paling terkemuka di antara murid-murid yang lainnya. Dan karakter ini juga "melekat" dalam diri anda dan saya yang notabene menyandang identity : "PENDETA". Tidak jarang oknum "PENDETA" bersaing memperebutkan kedudukan dan tempat terkemuka di dalam gereja yang sesungguhnya sebuah tempat untuk mendemonstrasikan "Hati Yang Menghamba". Karena itu, Tuhan Yesus mengemukakan hal ini, bahwa setiap pelayan harus mengerdilkan egonya bahkan jika perlu mematikannya agar ia dapat melayani sebagaimana seorang hamba, dan di situlah sesungguhnya KEBESARAN ILAHI terpancarkan.
Karena itu, saya hendak tegaskan hal ini: "milikilah hati seorang hamba, sebab hati seorang hamba adalah HATI YESUS. Ya....Yesus datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani bahkan menyerahkan hidupNya sebagai tebusan atas dosa manusia".Selamat berkonsultasi, semoga pendeta-pendeta sewilayah Kalimantan sungguh-sungguh memiliki HATI YESUS, yakni Hati Yang Menghamba.
No comments:
Post a Comment