Laman

Thursday, March 12, 2015

Hati Tuhan Adalah Hati Yang Merendah

Bahan Renungan Untuk Ibadah PWGT
Gereja Toraja Jemaat Samarinda
Jumat, 13 Maret 2015


Bacaan : Efesus 4 : 1 - 7
Nast     : Ayat 2

"Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu"Ibu-ibu yang terkasih!
Alangkah senangnya hati kita ketika sedang berbicara dengan orang-orang yang rendah hati. Tutur bahasa mereka sangat santun dan raut wajah mereka berseri-seri karena dibalut dengan senyum yang tidak dibuat-buat. Emosi mereka tidak meledak-ledak ketika sedang menghadapi masalah, justru mereka tetap tenang dan bahkan melihat sisi positif dari setiap persoalan. Bahkan ketika ia sedang menghadapi seseorang yang lagi bergumul dengan persoalan yang berat, dengan senyum dan kasih sayang ia memberi penguatan dan motivasi untuk tetap tegar.

Coba ibu-ibu bayangkan, jikalau ibu-ibu lagi menghadapi persoalan yang berat, lalu datanglah seseorang dengan penuh perhatian, kasih sayang dan kelemah-lembutan dibarengi senyuman yang manis; memberi nasehat kepada kita. Betapa senangnya hati kita dan baru melihat wajahnya dan mendengar tutur bahasanya saja, hati kita menjadi tenang. Lain halnya jika kita lagi bergumul, lalu tiba-tiba kita diomeli dan diplototi. Bukannya hati kita jadi tenang, justru semakin parah; kita akan semakin terpuruk dengan beban persoalan yang semakin berat dengan omelan dan plototan tadi.

Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan!

Kita tidak dapat pungkiri bahwa dewasa ini, khususnya di daerah perkotaan sangatlah langka kita menemukan orang-orang yang rendah hati. Ya....sangat jarang kita menjumpai orang-orang yang tutur bahasanya santun, murah senyum dan suka menolong orang lain yang sedang ada dalam pergumulan tanpa berharap pamrih.

Mengapa demikian?

Ada beberapa hal yang menyebabkan hal tersebut:
1). Di kota besar, persaingan hidup sangat ketat. Orang disibukkan dengan rutinitas pekerjaannya demi memenuhi kebutuhan hidup yang jumlahnya tidak sedikit. Rasa-rasanya semua waktu, perasaan dan pikiran serta tenaga habis terkuras hanya demi memenuhi kebutuhan finansial. Karena itu, jika seseorang merasa bahwa dirinya terkendala oleh orang lain untuk memenuhi apa yang ia inginkan, maka komunikasi antar pribadi akan rusak bahkan berakhir pada perselisihan dan perkelahian; tak peduli apakah ia saudara, kerabat atau teman. Karena kerasnya persaingan untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi maupun keluarga, berimbas pula pada kurangnya perhatian dan kasih sayang tiap pribadi terhadap keluarganya. Interest antar individu semakin kabur karena sudah digantikan dengan materi: "ada uang, abang disayang; tidak ada uang, abang ditendang".

2). Di kota besar, individualistis telah menyingkirkan jiwa kegotong-royongan. Perhatian dan rasa empati terhadap orang lain semakin pupus. Istilah : "siapa kau, siapa saya" adalah hal yang tidak asing lagi di telinga kita. Setiap individu cenderung mementingkan diri sendiri (egois) dan tidak mengindahkan orang lain. Orang hanya memikirkan kepentingannya sendiri, bahkan tindakan untuk menolong orang lain selalu dibarengi dengan pamrih, bukan dengan ketulusan dan keikhlasan. Kalau pun ia menolong orang lain, mungkin itu karena keterpaksaan saja. Setiap individu lebih berpacu untuk menunjukkan kelebihannya masing-masing, yang pada akhirnya mengarah pada sikap tinggi hati.

3). Di kota besar, kebanyakan orang tidak lagi peduli terhadap hal-hal yang sifatnya rohani. Karena itu, perhatian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan ibadah dianggap biasa-biasa saja, tidak ada yang luar biasa. Dalam konteks seperti ini, orang tidak merasa berdosa jika tidak hadir dalam ibadah. Karena tidak lagi peduli terhadap hal-hal yang rohani maka tidaklah mengherankan jikalau tindak kejahatan di kota besar begitu tinggi. Orang tidak lagi takut pada Tuhan dan pada api siksaan di kemudian hari (neraka). Yang mereka tahu hanyalah kesenangan dan kenikmatan duniawi.

Tinggi hati adalah lawan dari rendah hati. Rendah hati adalah suatu sikap yang tidak menganggap diri sendiri lebih penting dari orang lain. Sikap seperti inilah yang harus dimiliki oleh setiap anak-anak Tuhan, karena "orang yang rendah hati dikasihiNya (Ams. 3:34)".

Kerendahan hati seseorang akan terlihat melalui sikap yang ditunjukkan terhadap sesamanya. Orang yang memiliki kerendahan hati akan menyadari bahwa orang lain itu sama pentingnya dengan dirinya sendiri. Dan Rasul Paulus menasehati jemaat di Filipi dengan kata-kata ini: hendaklah kamu sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya, hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri dan janganlah tiap-tiap orang hanyalah memperhatikan kepentingannya sendiri tetapi kepentingan orang lain juga (Flp. 2:2-4).Orang yang rendah hati tidak mencari puji-pujian dari manusia dan tidak juga memuji dirinya sendiri. Ketika ia menolong sesamanya, ia melakukan itu karena imannya kepada Yesus yang telah mengasihi dirinya. Kerendahan hatinya adalah bukti dari baktinya kepada Tuhan dan ia menolong orang lain bukan karena berharap pamrih, tetapi karena panggilan jiwanya untuk mewujudkan amanat kasih: "Kasihlah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu......dan kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri (Mat. 22:37-40)".

Orang yang rendah hati juga sangat terbuka dengan kritik dan saran orang lain. Jika ia melakukan sebuah kesalahan, maka dengan tidak sungkan-sungkan dan dengan jiwa besar ia akan meminta maaf pada orang lain. Orang yang rendah hati berusaha menjauhkan hatinya dari perasaan dendam. Ia tidak menyimpan sakit hati atau luka batin, tetapi dengan kemurahan, ia memberi ampun kepada orang lain yang telah menyakiti hatinya.

Dengan demikian kita dapat katakan bahwa, rendah hati sesungguhnya itu adalah gambaran dari HATI TUHAN. Tuhan sedemikian mengasihi kita, dan Ia merelakan diriNya menjadi korban untuk menebus segala dosa kita. Jikalau Tuhan sedemikian telah berbuat kepada kita, maka marilah kita saling memperlihatkan kerendahan hati kita satu dengan yang lainnya. Kerendahan hati akan memungkinkan damai sejahtera ada di dalam hati kita, damai sejahtera ada dalam keluarga kita dan bahkan damai itu akan kita alami dalam kehidupan bersama di tengah persekutuan dan dalam masyarakat. Tetapi jika kita tinggi hati, maka kita akan menjadi cela bagi banyak orang dan damai itu akan menjauh dari hidup kita.

Ingatlah, kita hidup di dunia ini mengemban tugas yang sangat berat yaitu menjadi terang bagi orang lain. Bagaimana mungkin kita dapat memainkan peran sebagai terang bagi orang lain, kalau kita sendiri tidak memiliki kerendahan hati? Jika anda telah memiliki kerendahan hati, maka sesungguhnya anda telah memiliki HATI TUHAN.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love