Laman

Tuesday, March 10, 2015

Sikap Seorang Hamba

Renungan Jiwa Di Minggu Sengsara IV
Bahan Untuk Ibadah Rumah Tangga
Gereja Toraja Jemaat Samarinda
Tgl. 10 - 14 Maret 2015

Bacaan : Markus 10 : 35 - 45


Menikmati Minggu Sengsara IV, ada sebuah ungkapan bahasa Latin yang bagi saya sangat tepat untuk dijadikan bahan perenungan, karena ungkapan tersebut sarat dengan makna kehidupan sebagai seorang pelayan atau hamba. Ungkapan itu berbunyi demikian:
"Quam bene vivas, non quam diu refert".
Arti dari ungkapan ini ialah : Bukan berapa lama anda hidup itu yang penting, tetapi bagaimana anda hidup dengan baik".

Ungkapan ini mau mengajak kita semua untuk memaknai kehidupan sejauh hidup yang masih dikaruniakan Tuhan kepada kita dengan melakukan yang terbaik bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Dan hal ini dapat terwujud jikalau kita menjadikan diri ini layaknya sebagai seorang HAMBA.
Dan kata HAMBA bukanlah sebuah Kehinaan, tetapi sebuah Kebesaran.

Berbicara mengenai Kebesaran, maka ada perbedaan pengertian antara dunia sekuler dengan pengertian pelayanan Kristiani. Dunia mendefinisikan Kebesaran seseorang dari segi kuasa, harta, martabat dan kedudukan. Bagi dunia sekuler, jika anda mampu memerintah orang lain dan orang tersebut mengikuti apa yang anda katakan, maka anda adalah seorang yang berhasil atau sukses. Oleh sebab itu, budaya pelayanan bukanlah budaya yang populer, bahkan menarikpun tidak bagi dunia sekuler.

Namun tidak demikian dengan pengertian kebesaran menurut Pelayanan Kristiani. Kebesaran seseorang dalam Pelayanan Kristiani tidak dinilai dari statusnya, dari kekuasaan yang dimilikinya, dari martabatnya atau dari kedudukannya sebagai seorang pembesar. Allah menentukan kebesaran seorang hambaNya bukan berdasarkan dengan banyaknya orang yang melayani anda, melainkan seberapa banyak orang yang anda layani dengan kebaikan dan ketulusan hati anda. Allah tidak mengukur kebesaran seorang hambaNya dari banyaknya kuasa yang anda miliki dalam Gereja, melainkan berapa banyak kuasa yang anda pakai untuk melayani orang yang hidup dalam kekurang-beruntungan. Kebesaran seseorang juga tidak ditentukan oleh seberapa mampunya anda mendapatkan keuntungan dalam hal finansial, tetapi Tuhan mengukur kebesaran hambaNya dengan kerelaannya untuk kehilangan banyak hal yang berharga dalam hidupnya demi membahagiakan orang lain.

Jadi, sangatlah jelas bahwa pandangan dunia sekuler beertolak belakang dengan Pelayanan Kristiani. Oleh sebab itu, memahami arti dari pelayanan yang sesungguhnya bukanlah sebuah perkara yang mudah, apalagi untuk melakukannya. Dan fakta tentang hal itu bukanlah hal yang baru terjadi sekarang ini di mana  orang-orang berlomba mencari kuasa dan kebesaran walau menempuh cara-cara yang bertentangan dengan kehendak Allah dengan mengorbankan orang lain; tetapi hal itu sudah ada sejak dunia ini ada. Manusia yang pertama (Adam dan Hawa) merasa tidak nyaman untuk menjadi hamba, tetapi mereka ingin "sama seperti Allah". Bahkan di kalangan murid-murid Yesus sendiri, mereka memperdebatkan tentang siapakah yang layak menerima kedudukan yang paling terkemuka di antara murid-murid yang lainnya. Tidakkah juga kecenderungan seperti itu sering melekat pada diri kita masing-masing, yang menuntut untuk dilayani tetapi tidak siap untuk menghambakan diri lalu melayani orang lain?

Menjadi seorang hamba memang bukanlah hal yang menyenangkan, sebab kita harus siap untuk mengorbankan kesenangan diri, mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran demi keselamatan dan kebahagiaan orang lain. Dan inilah yang dimaksudkan oleh ungkapan Quam bene vivas, non quam diu refert, bahwa: Kebesaran seseorang itu baru teruji jika ia memberi dirinya untuk melayani, bukan untuk dilayani.

Mother Teresa memberikan nasehat ini:

Bila engkau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih.
Tapi bagaimana pun, tetaplah berbuat baik.

Bila engkau jujur, mungkin saja orang lain akan menipumu.
Tetapi bagaimana pun juga, tetaplah berbuat jujur.

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini,
mungkin saja besok sudah dilupakan orang.
Tetapi bagaimana pun, berbuat baiklah;
berikan yang terbaik dari dirimu untuk orang lain.

Pada akhirnya,
engkau akan tahu bahwa ini adalah urusan antara engkau dan Tuhanmu.
Ini bukan urusan antara engkau dengan mereka.
Sebab, apa pun yang engkau perbuat bagi sahabat Yesus yang paling hina,
engkau sudah melakukannya untuk sorga.
Tuhan memperhitungkan semuanya itu sebagai sebuah kebenaran.

Hidup dan pelayanan Yesus di dunia ini sangat singkat, namun Ia telah memperlihatkan kebesaran jiwaNya dengan merelahkan diriNya untuk menjadi korban demi keselamatan kita. Ia datang bukan untuk dilayani, tetapi datang untuk melayani.

Selamat menyelami dan menikmati Minggu Sengsara IV, jadilah orang besar yang menghambakan diri bagi orang lain.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love