Laman

Wednesday, March 18, 2015

Sepiring Nasi

Kisah inspiratif ini disadur dari : kiosramah.com
(Penceritaannya telah mengalami perubahan namun tidak menghilangkan maknanya).

Refleksi sepenuhnya merupakan perenungan Pdt. Joni Delima
Sebuah refleksi atas Lukas 15:22-24

Didedikasikan buat anak-anak Katekisasi yang akan mengikuti retret tgl. 21-22 Maret 2015 di Rumah Doa Putak dan persiapan untuk menerima peneguhan sidi tgl. 29 Maret 2015.

Anak-anak yang akan diteguhkan sidinya:

(1). Hiel Ade Prasetya Delima, (2). Risma Buburan, (3). Emilya Krismonita Zebua, (4). Samuel Arung La'bi', (5). Yisril Rio Rumana, (6). Celine Tansera Pali, (7). Septy Anugrah Alda Boro Toding, (8). Asari Tolibong, (9). Mike Yosia Yusuf, (10). Christoper Tekko, (11). Cyndirela, (12). Christian Tappang Rara, (13). Agnes Kurnia Pratama Putri, (14). Andarias Adi, (15). Irene Silva Pangedongan, (16). Trie Mayanti, (17). Trimardiah Rante Samban, (18). Jeanette Rindana Paranoan, (19). Joshua Gaza Dirgantara, (20). Dexi Felia Wenny Pali, (21). Greselda Dua Tondok, (22).
Gloria Adelaide Batoteng, (23). Jenny Julianty Toding, (24). Eka Wenas, (25). Rafael, (26). Anastasya Embongbulan, (27). Adi Trianggoro, (28). Stefenus Lukas Duma'.




Pada malam itu, Anna bertengkar dengan ibunya dan pertengkaran ini dimulai dari hal yang sepele. Setiap kali Anna terlambat kembali ke rumah, ibunya selalu mempertanyakan mengapa ia terlambat pulang. Anna sendiri merasa dirinya sudah dewasa dan sudah pandai untuk menjaga diri, dan karena itu ia tidak senang lagi diatur seperti seorang anak kecil.

Karena marah, Anna dengan diam-diam meninggalkan rumah tanpa membawa apapun, kecuali baju di badannya. Ketika ia sudah jauh meninggalkan rumahnya, ia mulai merasa keletihan, lapar dan haus. Saat itulah ia baru sadar bahwa ia tidak membawa sesenpun uang untuk bekal di jalan.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melintasi sebuah kedai nasi dan ia mencium aroma masakan yang membuat ia semakin lapar. Ia ingin sekali memesan sepering nasi, tetapi ia tidak mempunyai uang. Ia hanya berdiri dan terus memperhatikan para pelanggan masuk dan keluar dari kedai itu. Pemilik kedai melihat Anna berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu ia berkata:

Pemilik kedai: Nona...apakah engkau ingin memesan sepiring nasi?.
Anna hanya diam, seperti tidak mendengar suara sang pemilik kedai itu. Karena itu, sang pemilik kedai kembali bertanya:

Pemilik kedai : Nona...mengapa engkau berdiri saja di depan kedai saya? Apakah engkau ingin memesan sepering nasi?.

Suara sang pemilik kedai itu membuyarkan lamunan Anna. Ia hanya tertunduk malu, lalu berkata:

Anna: Aku ingin memesan sepiring nasi tapi aku tidak mempunyai uang.

Sang pemilik kedai tahu bahwa Anna sedang lapar dan dari raut wajahnya ia letih sekali. Melihat kondisi Anna, sang pemilik kedai tergerak hatinya dengan belas kasihan lalu ia berkata:

Pemilik kedai : Tidak apa-apa! Kau tak perlu membayarnya, aku sendiri yang akan mentraktirmu. Silahkan masuk dan duduk di sini, aku akan memasak nasi untukmu. Mumpung pelangganku sudah tidak ada dan sebentar lagi kedai ini aku tutup. Aku bersyukur karena aku mendapat teman untuk ngobrol.

Dengan cekatan, sang pemilik kedai memasakkan nasi buat Anna, dan tidak lama sesudah itu, ia mengantarkan sepiring nasi buat Anna, lengkap dengan lauk-pauknya dan segelas teh hangat. Anna segera menyantap makanan yang diberikan sang pemilik kedai beberapa suap, kemudian airmatanya mulai berlinang. Sang pemilik kedai yang sedari tadi memperhatikan Anna makan, kemudian bertanya:

Pemilik kedai: Ada apa gerangan nona? Adakah sesuatu yang kurang pada makanan itu?.

Anna : Tidak apa-apa! Aku hanya terharu karena budi baikmu.

Sambil mengusap airmata yang jatuh dipipihnya, Anna kemudian bercerita:

Anna : Aku terharu, karena ada seseorang yang baru saja kukenal memberiku sepiring nasi, lengkap dengan lauk-pauk dan segelas teh hangat! Tetapi.....ibuku sendiri setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi.
Kau, seorang yang asing bagiku dan baru saja kukenal, begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri. Karena itu, aku malu pada diriku dan juga malu pada ibuku; mengapa ibuku memperlakukan aku seperti ini?


Mendengar cerita Anna, sang pemilik kedai menghela nafas panjang lalu menghampiri Anna dan menepuk-nepuk pundaknya. Kemudian ia menarik kursi dan duduk berhadapan muka dengan Anna. Iapun kemudian angkat bicara:

Pemilik kedai: Nona...mengapa kau berpikir seperti itu? Coba renungkan hal ini: aku hanya memberimu sepiring nasi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memelihara hidupmu sejak engkau dikandungnya, dan saat engkau lahir, ia menjaga engkau sampai kau dapat belajar untuk mengunyah nasi. Ibumu telah memasak nasi buatmu sampai engkau jadi besar seperti ini. Lalu karena pertengkaran itu, engkau melupakan semuanya dan menganggap ibumu jahat dan tidak mempedulikan engkau lagi. Kalau ibumu memarahimu, itu adalah tanda sayang dan ia tidak mau kehilangan dirimu.

Mendengar perkataan itu, Anna tersentak lalu sadar.

Anna : Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu? Untuk sepiring nasi dari orang asing yang baru saja kukenal, aku begitu berterima kasih! Tetapi kepada ibuku yang telah mengandung dan melahirkanku serta yang tak kenal lelah memasak untukku hingga aku tumbuh dewasa, aku bahkan tidak pernah mengucapkan terima kasih. Dan karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya dan menyebut ibuku wanita yang paling jahat di dunia. Ah....sungguh aku anak yang tidak tahu berterima kasih!

Anna segera menghabiskan nasinya lalu menguatkan dirinya untuk kembali ke rumahnya. Iapun pamit kepada sang pemilik kedai dan berterima kasih untuk nasehatnya. Sepanjang jalan menuju ke rumah, ia memikirkan apa yang harus ia ucapkan untuk ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya berwajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Anna, ibunya meloncat kegirangan, dan kalimat pertama yang keluar dari mulutnya:

Ibu : Oh...Anna, anakku! Kau sudah pulang sayang? Ibu seharian mencarimu dan ibu sangat mencemaskan keselamatanmu. Syukur....kau sudah pulang, anakku. Cepat, masuklah. Ibu telah menyiapkan makan malam kesukaanmu. Makanlah dahulu sebelum kau tidur.

Pada saat itu, Anna tidak dapat menahan tangisnya lagi. Iapun menangis dipelukan ibunya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi. Mereka pun masuk ke dalam rumah diiringi canda dan tawa.

Refleksi Diri:

Banyak hal dalam hidup ini yang sering menjadi alasan bagi setiap orang untuk melupakan kebaikan Tuhan; namun sesungguhnya hal tersebut hanyalah persoalan yang sepele.

Ketika karir terhambat, kita lalu mengatakan bahwa karena iman saya kepada Kristuslah yang membuat hal tersebut terjadi; lalu muncullah dorongan dalam hati untuk meninggalkan Tuhan.

Ketika dunia tidak memberi ruang kebebasan bagi kita untuk berekspresi, lalu kita mengatakan bahwa Salib Yesuslah yang menjadi penghalang; lalu muncullah dorongan dalam hati untuk meletakkan Salib itu dan mengikuti arus dunia ini.

Ketika harapan untuk meraih mimpi tak tercapai, kita lalu mengatakan:
"mengapa Tuhan memperlakukan diriku sedemikian, bukankah aku ini adalah anakNya?"; lalu muncullah dorongan dalam hati untuk melupakan Di
a.


Ingatlah akan hal ini:

Seberapa besar persoalan yang anda sedang hadapi, Tuhan tahu bahwa anda mampu untuk mengatasinya. Namun untuk persoalan yang tidak mampu anda atasi, Dia mengambil alih dan menyelesaikannya sehingga hidup anda tidak terpuruk dan binasa. Karena itu, belajarlah untuk bersabar menghadapi tantangan dan tetaplah bertekun dalam doamu. Belajarlah pada rencana dan rancangan Tuhan, Ia menuntun Israel melewati padang gurun bukan untuk menghancurkan hidup bangsa itu tetapi untuk mengajar bangsa itu bergantung padaNya dan untuk percaya pada segala janji-janjiNya. Belajarlah untuk berkata bahwa jikalau aku jauh dari Bapaku, maka aku akan binasa, karena itu; aku harus kembali kepada Bapa.

Cinta dan kasih Tuhan bagimu dan bagiku tak dapat diukur
dan bahkan ditukar dengan apapun juga.
Cinta dan kasihNya begitu besar, luas, tinggi dan dalam.
Karena begitu berharganya dirimu dan diriku di mataNya,
sehingga Kristus harus dikorbankan.

Salib, itulah bukti dari cinta dan kasihNya bagimu dan bagiku.
Karena itu, jangan nilai cinta dan kasihNya hanya dengan kenikmatan sesaat.
Percayalah.....Dia tidak akan pernah mencampakkan hidup anda.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love