Laman

Thursday, April 30, 2015

Hidup Dalam Kebenaran

Bahan Renungan Untuk Ibadah PWGT
Gereja Toraja Jemaat Samarinda - Jumat, 1 Mei 2015
Pengembangan dari buku Renungan Harian Toraja (ReHaT)


Bacaan : 1 Yohanes 3 : 19 - 24


Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan!

Dalam sebuah dongeng bangsa Yunani Kuno, dikisahkanlah tentang seorang laki-laki petualang (Sang Kelana) yang sedang berjalan di padang belantara. Tanpa diperkirakan sebelumnya, ternyata ia bertemu dengan Dewi Veritas yang dikenal dan dipuja sebagai Dewi Kebenaran (Aletheia = kebenaran) yang sedang berdiri sendirian di tengah kesunyian padang belantara.

Sang Kelana pun bertanya kepada Sang Dewi :
"Dewi, mengapa engkau tinggal di padang belantara ini seorang diri dan meninggalkan keramaian kota?".

Sang Dewi pun menjawab:
"Dulu, di antara orang-orang tua, dusta (ketidakbenaran) hanya dilakukan oleh segelintir orang saja; tetapi kini dusta telah menyebar dan merasuki seluruh kehidupan umat manusia. Sangat sulit bagiku untuk mendapatkan satu dari sekian banyak manusia, yang sungguh-sungguh melakukan kebenaran. Itulah alasan sehingga saya meninggalkan keramaian kota dengan segala hiruk-pikuknya manusia"
.

Sang Kelana pun menarik kesimpulan bahwa kebenaran adalah suatu hal yang langka, sesuatu yang dicari dan dibutuhkan namun susah untuk mendapatkannya.

Apakah "KEBENARAN" itu?

Apa standar atau ukuran atau norma yang dipakai untuk mengatakan dan menyatakan bahwa sesuatu yang dilihat, diraba atau pun yang didengar adalah sebuah "KEBENARAN"?


Ini adalah pertanyaan terbesar umat manusia. Dan untuk mencari standar dalam menilai sesuatu di tengah-tengah realita hidup sekarang ini adalah hal yang relatif. Sebab belum tentu apa yang anda katakan sebagai kebenaran, bagi orang lain juga dianggap sebagai sebuah kebenaran. Bisa jadi apa yang benar menurut anda, bagi orang lain adalah sebuah ketidakbenaran. Karena itu kita tidak heran jika dalam penegakan hukum kita menemui fakta yang aneh: orang benar dipersalahkan sedangkan orang salah dibenarkan. Dan bukan lagi rahasia umum bahwa ada orang yang melakukan kesalahan kecil, justru dijatuhi hukuman yang berat bahkan hukuman mati; tetapi ada orang yang melakukan kesalahan besar, justru dijatuhi hukuman yang ringan bahkan dibebaskan.

Sesungguhnya kita tidak perlu heran akan hal tersebut. Sebab Alkitab secara jelas mengungkapkan fakta-fakta yang demikian. Alkitab secara terbuka menyatakan bahwa pada hakekatnya, setiap manusia adalah makhluk yang berdosa. Karena keberdosaan itulah maka manusia (sebagai pribadi) membuat standar kebenaran menurut ukurannya sendiri sehingga menolak ukuran kebenaran dari pihak yang lain. Kecenderungan setiap orang adalah, ia tidak mau dipersalahkan (tidak suka dikritik). Kalau pun ia sadar bahwa ia melakukan sebuah kesalahan, maka ia akan berusaha mencari pembenaran diri. Realita ini sangat jelas jika kita membaca kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej. 3). Adam tidak mau dirinya dipersalahkan, karena itu ia mempersalahkan Hawa : "perempuan yang KAU tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan (Kej. 3:12)". Hawa pun tidak mau dipersalahkan begitu saja. Ia berusaha mencari pembenaran diri dengan mengkambing-hitamkan lingkungannya: "Ular itu yang memperdaya aku, maka kumakan (Kej. 3:13)".

Inilah karakter yang diturunkan dan diwariskan kepada semua manusia. Dan sekali lagi saya mau mengatakan bahwa siapa pun kita, kita tidak mau atau tidak suka dipersalahkan walau pun kita sudah tahu bahwa kita bersalah. Kita tidak suka dikritik walau pun kita sadar bahwa kita melakukan kekeliruan. Karena itu, sehebat dan sekuat apa pun manusia berusaha berbuat baik, ia tidak akan bisa membuat dirinya menjadi benar.

Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan!

Apa itu kebenaran?

Sesungguhnya kebenaran itu adalah kondisi batiniah yang terbuka, jujur, setia, murni, pasti, bebas dari perasaan hati bersalah, bebas dari kepura-puraan, bebas dari kekeliruan dan bebas dari dusta. Dalam surat-surat Yohanes, kebenaran mempunyai arti yang luas sekali, sehingga kebenaran juga merangkum tentang IMAN dan KASIH. Dari kebenaran berasallah mereka yang percaya (1 Yoh. 2:21-22) dan dari kebenaran berasallah mereka yang mengasihi (1 Yoh. 3:18-19). Tidak ada kebenaran yang sesungguhnya di luar dari kebenaran Allah yang telah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus. Tuhan Yesus sendiri bersabda :"Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yoh. 14:6)".  Jadi hidup di luar Tuhan adalah hidup dalam ketidak-benaran, tetapi barangsiapa yang hidup di dalam Tuhan maka ia sesungguhnya hidup di dalam kebenaran.

Hidup di dalam Tuhan berarti hidup berpadanan dengan karakter Tuhan, dan keseluruhan surat Yohanes mau mengungkapkan karakter Tuhan yang satu itu, yakni "KASIH". Yohanes mengatakan bahwa: "jikalau seorang berkata, aku mengasihi Allah dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta (1 Yoh. 4:20)", dan tentunya dalam diri orang itu tidak ada kebenaran. Jikalau kita telah hidup di dalam kasih, maka kita sungguh telah hidup dalam kebenaran; sekali pun hati kita mendakwa kita sebagai manusia pendosa, namun kita mempunyai keberanian percaya bahwa Ia pasti mengampuni kita dan membenarkan kita; karena apa? Karena kita hidup dalam kasihNya.

Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan!
Marilah kita berusaha untuk hidup di dalam kasih. Hal ini sangat penting untuk menjadi perhatian kita, sebab upah yang menantinya sangat besar, yakni: "apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari padaNya, karena kita menuruti segala perintahNya dan berbuat apa yang berkenan kepadaNya (1 Yoh. 3:22)". Selamat untuk saling mengasihi, Tuhan Yesus memberkati.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love