Laman

Thursday, April 30, 2015

Kristus Yang Bangkit, Mengutus Kita Mewujudkan Damai Sejahtera

Khotbah Perayaan Paskah
Disampaikan Dalam Perayaan Paskah
Kerukunan Keluarga Seriti - Rante Damai
Di Kebun Raya Samarinda - 1 Mei 2015

Bacaan : Yohanes 20 : 19 - 23
Nast     : ayat 21

"Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu"

Saudara-saudara yang terkasih!
Adakah damai di antara kita?
Jika masih ada hal yang mengganjal di hati sehingga damai serasa jadi barang langka, maka lapangkanlah hati anda dan tegurlah orang-orang yang ada di dekat anda dengan senyum serta ulurkan tangan satu dengan yang lain untuk saling memberi maaf. Katakanlah :"aku mengasihimu dengan kasih yang tulus, karena Tuhan telah mengasihku dan mengampuniku".

Mengapa harus demikian?
Karena kata MAAF adalah implementasi dari sebuah KASIH, dan di mana ada KASIH, ke sanalah Tuhan memerintahkan berkatNya.
Apakah saudara mau diberkati?
Jika mau diberkati, maka inilah perintah Yesus: "supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu..... Kasihilah seorang akan yang lain (Yoh. 15:12, 17)".

Saudara-saudara yang terkasih
Ini hal yang pertama yang hendak saya tekankan bahwa Moment Paskah adalah "Moment Untuk Mendemonstrasikan Kasih Yang Sesungguhnya". Tanpa hal ini, Perayaan Paskah Menjadi Hambar Pemaknaan.

Tahukah saudara, arti kasih dalam konteks kehidupan dunia kita sekarang telah kehilangan makna yang hakiki. Praktek kasih yang ada dalam konteks dunia kekinian cenderung bersifat Primordial, dan hal ini sangat dangkal maknanya. Praktek kasih yang bersifat primordial adalah sebuah praktek kasih yang hanya menjangkau orang-orang yang dekat dalam hidup saya, dan itu pun hanya dapat dinyatakan jika yang bersangkutan juga mengasihi saya. Kalau tidak: "siapa kau, siapa saya; emangnya gue pikirin". Sangat sulit bagi kita untuk mengasihi orang yang tidak sedarah dengan kita, atau orang yang tidak sesuku dengan kita, atau sekampung dengan kita; apalagi menyatakan tanda kasih kepada mereka yang sudah menorehkan luka batin. Jika kita sudah terjebak dalam praktek kasih yang bersifat primordial maka sangat sulit bagi kita untuk menerima orang lain yang kita anggap musuh untuk menjadi bagian dari kehidupan kita.

Dan hal yang sangat memprihatinkan bagi saya secara pribadi tentang praktek kasih dalam konteks dunia kekinian adalah Praktek Kasih Yang Bersifat Transaksional. Dan kasih seperti ini tidak lebih daripada tindakan "Melacurkan Diri". Ya...aku hanya mampu untuk menyatakan kasih kepada seseorang jikalau hal itu mendatangkan keuntungan atau kesenangan bagi diri saya.

Jangan salah, praktek kasih yang melacurkan diri kini menjadi trend bagi pasangan muda sekarang ini. Istilah : "ada uang abang disayang, tidak ada uang abang pun ditendang" bukan hal yang asing lagi di telinga kita. Komitment saat pemberkatan untuk saling menerima dalam suka maupun duka tinggal menjadi sebuah slogan semata jikalau kita sudah terjebak dalam praktek kasih yang bersifat transaksional. Kasih hanya dipandang dari sisi finansial: kasihku padamu akan kuberikan jika kau punya defosito dengan nilai jumlah yang fantastis, rumah mewah dengan fasilitas yang serba wah, mobil mewah, punya lahan yang luas atau mempunyai warisan orangtua yang cukup menjanjikan. Karena itu tidaklah mengherankan jikalau usia pernikahan banyak pasangan muda sekarang hanya seumur jagung, karena kasih hanya dinilai dari sisi materi. Dan sekali lagi, praktek kasih yang bersifat transaksional adalah sebuah tindakan melacurkan diri.

Masih ada lagi praktek kasih yang lebih jahat dari dua praktek kasih yang saya sudah sebutkan tadi, yakni praktek kasih yang bersifat Kamuflase. Orang yang terjebak dalam praktek kasih demikian berwajah dua: di depan orang ia begitu manis dan lembut, tetapi di belakang ia tidak lebih dari pada seorang pembunuh. Dalam konteks dunia kita sekarang, ini menjadi sebuah trendy. Di rumah, bisa jadi kita tampil sebagai suami atas istri yang baik dalam lembut bagi pasangan kita serta menjadi ayah atau ibu yang tampil bagaikan malaikat di depan anak-anak kita. Tetapi, jika mereka tidak ada di depan mata kita, kita tampil dalam sosok iblis yang membawa petaka; melupakan mereka dan berselingkuh dengan orang lain. Jangankan dengan pasangan kita, dalam interaksi sosial (hubungan dengan orang lain), kita sering tampil berwajah dua. Manis dan ramah ketika di depan orang, tapi jahat dengan menebar fitnah ketika orang tersebut tidak ada di depan mata.

Orang-orang semacam ini ketika diminta pertanggungjawaban, selalu cuci-tangan dari masalah dan mengkambing-hitamkan pihak lain sebagai bentuk pembenaran diri. Isteri selingkuh dengan laki-laki lain lalu mencari alasan pembenaran dengan mengatakan bahwa sang suami tidak lagi memperhatikan dirinya. Sang suami berselingkuh dengan wanita lain lalu mencari alasan pembenaran diri dengan mengatakan bahwa isterinya tidak lagi memberi kehangatan kepadanya seperti saat-saat mereka memulai membangun mahligai rumah tangga. Ingat: praktek kasih yang bersifat kamuflase digambarkan seperti api dalam sekam; bagian luar hanya tampak asap, tapi bagian dalamnya ada bara api yang menyala dan menghanguskan.

Saudara-saudara yang kekasih!
Merayakan Paskah berarti kita merayakan dan mendemonstrasikan Kasih Yang Sesungguhnya. Merayakan Paskah berarti kita sedang menganyam Kasih Agape, sebuah kasih tanpa pamrih. Jika kita benar-benar mengaku diri sebagai anak-anak Tuhan, maka tidak ada alasan lagi untuk tidak hidup berpadanan dengan Kasih, seperti yang Tuhan Yesus sabdakan: "tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh. 15:13)".

Saudara-saudara yang kekasih dalam Tuhan!
Hal yang kedua yang hendak saya tekankan adalah bahwa Moment Paskah adalah moment untuk melibatkan diri dalam rencana besar Allah, yakni menjadikan dunia percaya dan beroleh selamat. Tidak salah jika PGI menetapkan tema bersama untuk setiap kegiatan Paskah tahun 2015: "Kristus yang bangkit, mengutus kita mewujudkan Damai Sejahtera". Paskah akan lebih bermakna jika hal itu turut dialami dan dirasakan juga oleh orang lain, dan untuk itulah Yesus yang bangkit mengutus saudara dan saya untuk tujuan yang satu: mewujudkan Damai SejahteraNya bagi semua.

Kata yang dipakai untuk "UTUSAN" dalam bahasa Ibrani adalah "MALKAT". Kata ini mempunyai padanan kata dalam bahasa Yunani yakni "ANGELOS" yang kemudian diterjemahkan dengan kata: "Pembawa Berita". Dari kedua akar kata tersebut (bhs. Ibrani maupun bhs. Yunani) inilah maka kita mengenal kata "MALAIKAT". Di sini saya mau menegaskan satu hal dan hal ini patut digaris-bawahi yakni bahwa ketika anda mengemban amanat pengutusan untuk menyampaikan damai sejahtera bagi siapa pun juga, maka pada saat itulah anda sedang memainkan peran sebagai malaikat penyelamat bagi orang tersebut. Ketika anda memainkan peran tersebut, maka anda adalah seorang yang mulia. Karena itu, kedudukan seorang utusan di kalangan orang-orang Israel sangatlah terhormat dan kedatangan mereka sangat dinantikan (baca, Yes. 52:7). Jadi ketika kita merayakan Paskah maka kita mau diingatkan tentang hakekat diri kita yang sesungguhnya yakni sebagai Malkat atau sebagai Angelos. Dia yang bangkit itu meninggalkan pesan yang agung buat saudara dan saya sebagai Malkat atau Angelos, yakni: "Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu.....dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu (Mat. 28:19, 20)".

Harapan saya, semoga semua kita yang ada dalam kerukunan keluarga Seriti - Rante Damai sungguh-sungguh menjadi malaikat bagi siapa pun juga yang kita jumpai dalam hidup ini. Dan peran itu hanya mungkin jikalau kita tetap ada di dalam Dia dan Dia di dalam kita.

Selamat Paskah
Tuhan yang bangkit memberkati kamu.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love