Laman

Thursday, July 30, 2015

Mengampuni 2

Renungan Malam - Kamis, 30 Juli 2015
Sebuah Refleksi Pribadi


"Jika anda mampu memberi pengampunan kepada saudara anda walau yang bersangkutan telah menorehkan luka batin, maka dalam diri anda sempurna kasih Allah"

Bacaan Alkitab : Lukas 15 : 20 - 24


Sungguh menggelitik pertanyaan Petrus kepada Tuhan Yesus dalam Mat. 18 : 21.... "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa kepadaku?".

Coba anda menghitung jumlah pengampunan yang harus anda lakukan menurut petunjuk Tuhan Yesus: 70 x 7 x (tujuh puluh kali tujuh kali), bukan 70 x 7 = ? (tujuh puluh kali tujuh sama dengan). Anda tidak akan mungkin menghilangkan tanda (X) atau menggantikannya dengan tanda yang lain di belakang angka 7. Tanda itu patent sehingga harus diterima sebagai kaidah atau norma yang bersifat "MUTLAK dan ABSOLUT". Anda masih bisa (dan memang harus) untuk menambahkan angka 7 atau kelipatan dari 7 di belakangnya, tetapi anda harus mengembalikan tanda itu di belakang angka yang anda tuliskan. Ya...anda harus tetap meletakkan tanda (X) di belakang angka yang sudah anda cantumkan, sebab tanda itu harus tetap ada pada tempatnya.

Lalu, apa artinya ungkapan Tuhan Yesus ini?

70 atau 7 adalah angka sempurna dalam sistem "NUMERIK" Alkitab, dan 7 adalah jumlah hari dalam seminggu yang merujuk pada hari-hari penciptaan (Kej. 1). Dan semua yang dilakukan Allah sepanjang hari-hari itu adalah sempurna. BAIK dan SANGAT BAIK adanya. Allah mengerjakan semuanya dengan SEMPURNA untuk KEBAIKAN anda dan saya.

Jadi, makna di balik perintah dalam angka 70 mengandung arti bahwa hati anda harus "PLONG/LURUS/TULUS" dalam mengampuni, dan itulah yang disebut kesempurnaan. Tidak boleh ada embel-embel, seperti : saya siap mengampuni dia ASAL atau JIKA dia begini atau begitu.

Bagi Tuhan Yesus, MENGAMPUNI tidak boleh diboncengi oleh embel-embel PAMRIH. Sedang perintah di balik angka 7 menunjuk pada jumlah hari dalam seminggu di mana anda harus membuktikan tindakan anda dalam MENGAMPUNI. Namun anda tidak boleh berhenti, sebab tanda (X) harus tetap ada di sana. Itu berarti bahwa anda harus meneruskan penjumlahan tersebut karena masih ada tanda perintah di belakang angka 7. Begitulah, anda harus mempraktekkan PENGAMPUNAN itu: setiap hari.....setiap hari....setiap hari...ya, sejumlah hari-hari yang akan diberikan Tuhan kepada anda.Jika hari kemarin anda merasa gagal untuk melakukannya, dan hari ini anda juga tetap merasa gagal; lalu pertanyaan ahari ini mengusik anda, apakah esok atau lusa atau seterusnya anda akan tetap gagal?

Maka saya mau mengatakan kepada anda, bahwa ada sesuatu yang harus anda bereskan dalam diri anda!

Apa itu?

Anda adalah pribadi yang EGOIS.
Anda merasa diri anda benar sendiri, sehingga tanpa sadar; anda menjadi hakim bagi saudara anda. Ada akan begitu mudah menemukan daftar kesalahan orang lain, namun anda begitu susah menemukan kesalahan yang melekat pada diri anda. Anda tidak sadar, bahwa ada waktu di mana anda juga akan berada pada posisi "BERSALAH" sehingga anda membutuhkan "PENGAMPUNAN" dari orang lain.

Selepas saya memimpin Rapat Koordinasi Badan Pekerja Majelis Gereja Jemaat Samarinda, saya sejenak berkontemplasi dengan memperhatikan Lukas 15 : 20 - 24.

Saya memposisikan diri saya pada si anak bungsu.

Memang sebagai seorang anak, saya merasa yakin bahwa saya pasti mendapat bagian dari warisan orangtua saya.

Salahkah jika saya meminta apa yang menjadi bagian saya? Tidak salah, bukan?

Dan saya merasa benar untuk mengelolah apa yang menjadi milik saya. Tidak salah jika saya memperlakukan bagian saya menurut kata hati saya. La....wong itu udah milik saya koq! Tidak ada lagi urusan saya dengan orang lain!

Saya berpikir, ketika hati saya sudah dikendalikan dengan RASA atau SELERA seperti itu, maka hati saya sudah pasti tertutup untuk menerima saran atau nasehat dari orang lain.

Mengapa?

Sebab saya merasa diri saya berada pada posisi yang benar. Apa yang menjadi milik saya tidak boleh dikendalikan oleh orang lain. Ini wilayah PRIVASI saya. Mauku yang jadi, bukan maumu.

Namun saya tidak menyadari, bahwa roda kehidupan terus berputar. Tidak selamanya saya berada pada jalur yang benar menurut pertimbangan saya. Tidak selamanya saya akan berada pada situasi yang aman.

Belajar dari itu, saya hendak mengatakan kepada anda, bahwa anda tidak bisa menjamin hidup anda akan tetap ada di puncak. Suatu waktu anda akan jatuh, dan saat itu terjadi anda akan menghakimi diri anda sendiri. Kalau itu terjadi pada diri anda, anda harus GENTLEMEN untuk berkata: "Bapa, aku telah berdosa terhadap Bapa dan terhadap sorga". Di sinilah anda berada pada posisi "BUTUH UNTUK DIAMPUNI". Dan hidup anda akan kembali BERARTI ketika anda merasakan DAHSYATNYA SEBUAH PENGAMPUNAN, di mana orang yang anda sakiti tidak mengingat HITAM-PEKATNYA masa lalu anda.

Kemudian saya memposisikan diri saya pada Sang Bapa.

Saya membayangkan batin saya yang tersayat-sayat karena saya diperlakukan bukan seperti seorang bapa. Saya hanya dipandang sebagai pekerja yang menimbun harta untuk anak-anak saya. Memang ini tidak salah, sebab saya sadari tanggung jawab saya untuk menafkahi anak-anak saya dan untuk mempersiapkan masa depan mereka. Tapi yang membuat bati jadi luka adalah perlakuan sang anak yang tidak menghargai saya sebagai seorang bapa. Ini adalah perlakuan yang tidak manusiawi.

Saya katakan tidak manusiawi, karena menurut adat atau aturan yang ada (HUKUM TAURAT), adalah pantang bagi seorang anak meminta bagian dari warisannya sebelum sang bapa sendiri berinisiatif memanggil anak-anaknya untuk memberikan berkat dan berbagi warisan berdasarkan ketentuan hukum yang ada. Jadi selama hal itu tidak saya lakukan sebagai seorang bapa, maka sang anak tidak berhak sedikit pun atas segala sesuatu yang saya miliki.

Saya berpikir bahwa anak saya telah menjadi anak durhaka, sebab ia telah menganggap saya sebagai bapanya sudah MATI.

Saya juga berpikir bahwa diri saya ini lemah. Tidakkan saya mempunyai hak penuh untuk memperlakukan apa yang saya punyai. Kepada siapa saya hendak mewariskan milik saya, itu adalah hak saya, bukan? Tidak ada yang bisa mengintervensinya.

Pada akhirnya saya berkesimpulan: CINTA Sang Bapa menghapuskan luka batin. Inilah gambaran real dari HATI ALLAH yang dipenuhi CINTA. Ia tahu bahwa sang anak akan kembali kepadanya. Ia terus bersabar menanti. Setiap hari....setiap hari.....setiap hari, ya sampai anak itu ada di depannya. Dan hari-hari yang dilewati Sang Bapa adalah hari-hari memberi PENGAMPUNAN.

Hati yang dipenuhi CINTA di situlah terletak KEMULIAAN. Tidak ada ruang yang disisakan untuk rasa BENCI atau pun DENDAM.

Karena CINTA, Sang Bapa berlari menjumpai anakNya. TanganNya direntangkan, dirangkulnya anak itu, didekapnya dan diciumnya. Kemudian mereka berjalan pulang tanpa beban di hati.

Dan skenario selanjutnya adalah; terjadinya pesta sorgawi, yakni MERAYAKAN PENGAMPUNAN.


Wow....
Inilah bukti CINTA Sang Bapa yang adalah Allah kita. Allah MENGAMPUNI tanpa PAMRIH.

Ingat : 70 x 7 x adalah formulasi dari kebenaran Alkitab tentang Allah kita yang Maha Pengampun. Kalau anda sungguh-sungguh mengasihi Allah, maka anda pun harus MENGAMPUNI

Selamat untuk terus belajar untuk MENGAMPUNI, sebab jika anda melakukannya maka sempurnalah kasih Allah di dalam hidup anda.

Tuhan Yesus memberkati.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love