Renungan Malam - Senin, 3 Agustus 2015
Sebuah Refleksi Pribadi
"Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun berbuat demikian"
Bacaan Alkitab : Lukas 6 : 27 - 36
Saya sangat terkesan pada kata-kata dari seorang penulis cerita pendek, novelis dan penyair berkebangsaan Inggris yang bernama Joseph Rudyard Kipling (Lhr : 30 Desember 1865, Wft : 18 Januari 1936), kata-kata dari sebuah syair yang diberi judul : SEANDAINYA.
Syair itu sebagai berikut:
SEANDAINYA
Seandainya engkau sanggup menguasai diri,
sementara semua orang sekelilingmu tidak sanggup menguasai diri dan menyalahkanmu;
seandainya engkau sanggup mempercayai diri,
sementara semua orang sekelilingmu meragukanmu;
sekaligus memberi toleransi keraguan mereka terhadapmu;
seandainya engkau sanggup menunggu dan tidak bosan menunggu,
atau dibenci namun tidak membenci,
tanpa tampil terlalu baik atau berbicara terlalu bijaksana.
Seandainya engkau sanggup mengimpikan tanpa dikuasai oleh impianmu;
seandainya engkau sanggup berpikir tanpa menjadikan pikiranmu tujuan,
seandainyaengkau sanggup menghadapi kemenangan maupun bencana;
dan memperlakukan keduanya dengan cara yang sama,
seandainya engkau sanggup mendengar kebenaran yang engkau ucapkan,
yang dipelentir oleh orang-orang yang tidak jujur untuk menjebak orang-orang bodoh,
atau menyaksikan hancurnya hal-hal yang engkau perjuangkan,
dan membangunnya kembali dengan peralatan seadanya.
Seandainya engkau sanggup mempertaruhkan seluruh kemenanganmu sekaligus,
dan kalah, lalu mulai dari awal lagi tanpa pernah mempermasalahkan kesalahanmu;
seandainya engkau sanggup memaksa jantung, saraf dan ototmu,
tanpa melayanimu lama setelah semua itu melemah,
dan oleh karenanya tetap bertahan walau pun tak ada lagi dalam dirimu,
selain kemauan yang mengatakan kepada mereka: "BERTAHANLAH".
Seandainya engkau sanggup berbicara dengan orang banyak dan memelihara kebajikanmu,
atau berjalan bersama para raja tanpa kehilangan akal sehat,
seandainya musuh maupun sahabat terkasih tidak sanggup melukaimu;
seandainya semua orang penting bagimu, namun tidak ada yang terlalu penting;
seandainya engkau sanggup mengisi menit-menit yang tak terampuni,
dengan berlari selama enam puluh detik,
maka bumi dan segala isinya menjadi milikmu,
dan lebih daripada itu,
engkau akan menjadi seorang yang jantan.....anakku.
Joseph Rudyard Kipling sedang berandai-andai; sekiranya itu menjadi sebuah kenyataan, maka semuanya akan menjadi indah. Ya...ia sedang berandai-andai, sekiranya semua orang tidak mengedepankan rasa ketidak-nyamanan dan melihat hal tersebut sebagai hal yang wajar dan tak perlu diperdebatkan, maka hidup akan menjadi indah. Ya...jika semua orang sanggup mengisi menit-menit yang tidak terampuni dengan senyuman yang tulus, maka dunia akan berubah jadi Eden, di mana damai dan sukacita akan dinikmati bersama-sama.
Apa yang dikemukakan oleh Joseph Rudyard Kipling mengantar saya untuk mendalami ucapan-ucapan Tuhan Yesus, yang mungkin bagi sebagian orang dipandang sebagai sebuah kemustahilan untuk dapat diwujudkan:
1). Kasihilah musuhmu
2). Berbuat baiklah kepada orang yang membenci kamu
3). Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu
4). Berdoalah bagi orang yang mencaci kamu
5). Barang siapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu
6). Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu
7). Janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu
7 hal yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus memang suatu hal yang amat sulit untuk dilakukan, kalau pun hal itu bisa dilakukan, maka itu karena terpaksa.
Katakanlah bahwa saya adalah seorang bawahan, sedangkan pimpinan saya mempunyai seorang sahabat dan sahabatnya itu adalah orang yang melakukan hal yang jahat terhadap saya.
Tidakkah sahabat atasan saya itu adalah musuh saya?
Mungkinkah saya mengasihi orang yang sudah menyakiti saya?
Mungkinkah saya dapat berbuat baik kepada orang yang begitu membenci saya?
Mungkinkah saya bertindak menjadi seorang imam untuk memohonkan berkat kepada Tuhan bagi orang yang sudah mengutuk saya?
Mungkinkah hati ini merasa tenang untuk merangkai ucapan doa bagi seseorang yang sudah mencaci maki saya?
Tidakkah akan membuat saya semakin dipermalukan ketika jubah saya sudah dirampas lalu saya menanggalkan pakaian saya dan memberikan kepada orang yang telah mengambil jubah saya itu?
Tidakkah saya akan kehilangan untuk selamanya jika saya memiliki sepasang kasut lalu orang lain memintanya dan saya memberikannya? Lalu apa yang harus saya pakai menjadi alas kaki berjalan di antara onak dan duri?
Kalau seseorang mengambil semua yang saya miliki dan masih memungkinkan saya mengambilnya kembali, apakah hal itu salah? Bukankah itu milik saya dan saya berhak untuk merampasnya atau mengambilnya kembali?
Tapi karena saya adalah seorang bawahan, saya takut kehilangan jabatan atau pun takut kehilangan harga diri di depan atasan, maka terpaksa saya harus menyangkali suara hati saya. Dia yang adalah musuh saya, karena atasan saya adalah sahabatnya maka saya terpaksa berpura-pura akrab dengannya; padahal batin saya memberontak.
Jadi saya juga harus jujur; saya harus akui bahwa terkadang juga saya berpikir dan bertanya-tanya dalam hati, bahwa mungkinkah saya mampu melakukan apa yang Tuhan tuntut dari saya untuk saya lakukan dengan tulus dan ikhlas, apalagi yang bersangkutan adalah musuh saya atau orang yang sudah sedemikian rupa menyakiti hati saya?
Saya terkadang berkata, Tuhan ini tidak adil!
Coba saja, orang yang nyata-nyata menyakiti saya, saya diminta untuk tidak membalas dengan menyakiti dirinya. Justru sebaliknya, saya diminta untuk berbuat baik kepadanya. La...wong hati ini sudah sakit! Ini 'kan tidak adil!
Tapi, saya tidak bisa menolak untuk tidak melakukan apa yang Tuhan Yesus minta.
Tidakkah saya ini adalah muridNya, dan lebih lagi dari itu; saya adalah sahabatNya?
SuaraNya terus mendengung di telinga saya: "jikalau kamu menyebut aku GURU dan TUHAN melakukan yang demikian, maka kamu pun harus melakukannya".
Apalagi sebagai seorang HAMBA TUHAN. Tidakkah saya sudah berkomitment, bahwa "baik atau tidak baik keadaannya, saya akan tetap mengikut jalanNya"?
Kemudian saya bertanya pada diri saya:
Ada apa di balik ucapan-ucapan Tuhan Yesus itu?
Saya mulai meyakinkan diri saya.
Tidaklah mungkin perintah ini akan membuat hidup saya semakin terpuruk atau pun semakin dipermalukan?
Tentu ada sesuatu yang indah melebihi emas atau pun permata di balik perintah itu?
Ya....ada sesuatu yang Tuhan Yesus mau.
Yang Yesus mau ialah agar nilai hidup saya lebih di atas dari pada manusia dunia atau orang-orang yang dikendalikan oleh hawa nafsunya. Saya harus jauh berbeda dengan mereka. Sebab jikalau tidak, maka saya tidak berbeda dengan mereka: "melakukan kebaikan karena merasa berhutang".
Inilah rumus manusia yang dikendalikan hawa nafsu untuk kebaikan: KEBAIKAN HARUS DIBALAS DENGAN KEBAIKAN. Tetapi untuk kejahatan maka rumusnya adalah: "PEMBALASAN LEBIH KEJAM DARIPADA PERBUATAN".
Namun untuk setiap pengikut Yesus, maka hal tersebut tidak berlaku. Yang ada ialah: "KEJAHATAN HARUS DIBALAS DENGAN KEBAIKAN" dan untuk semua bentuk kejahatan manusia, balasannya adalah :"PENGORBANAN DIRI".
Karena itu, sekarang saya dapat memahami apa yang Tuhan Yesus katakan: Apakah jasamu?
Apakah yang kita dapatkan ketika kita hanya melakukan kebaikan terhadap orang yang berbuat baik kepada kita. Tidakkah orang yang melihat hal tersebut akan berkata: "Ya...kan dia itu sudah dikasihi, karena itu wajar jikalau ia membalas budi baik orang yang sudah mengasihinya. Ya....wajar saja dia menolong orang tersebut karena dulu orang itu juga sudah menolong dia dari kesusahannya".
Coba bayangkan...orang hanya menilai biasa-biasa saja apa yang anda perbuat. Tidak ada yang istimewa.
Tetapi, jikalau kebalikannya. Anda melakukan perbuatan baik terhadap orang yang menjadi musuh anda, maka orang akan berkata demikian: "koq bisa ya....diakan sudah disakiti, tetapi ia tidak menyimpan dendam dan selalu berbuat baik terhadap orang yang menyakitinya! Sungguh mulia hati orang ini...walau sudah dicaci maki, dia tidak membalasnya dengan mencaci-maki. Justru dia memaafkan bahkan mendoakan orang yang mencaci dirinya".
Karena itu, pikirkanlah ucapan ini:
"Adalah lebih berbahagia menderita karena berbuat baik, dari pada menderita karena berbuat jahat. Dan kejahatan terbesar dalam hidup adalah, jikalau kita diberi kesempatan oleh Tuhan untuk berbuat baik namun kita diam dan tidak melakukan apa-apa".
Berlakulah bijaksana, jangan turuti hawa nafsu anda.
Selagi masih ada waktu untuk berbuat kebaikan, lakukanlah tanpa harus berharap jasa.
Sebab yang akan menilai baik tidaknya perbuatan anda adalah Tuhan.
Dan setiap benih kebaikan yang anda tabur, akan tumbuh dan menghasilkan buah.
Anda akan mendapat penghargaan di hadapan manusia, terlebih di hadapan Allah.
Selamat belajar untuk terus mengampuni.
Tuhan memberkati.
Sebuah Refleksi Pribadi
"Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun berbuat demikian"
Bacaan Alkitab : Lukas 6 : 27 - 36
Saya sangat terkesan pada kata-kata dari seorang penulis cerita pendek, novelis dan penyair berkebangsaan Inggris yang bernama Joseph Rudyard Kipling (Lhr : 30 Desember 1865, Wft : 18 Januari 1936), kata-kata dari sebuah syair yang diberi judul : SEANDAINYA.
Syair itu sebagai berikut:
SEANDAINYA
Seandainya engkau sanggup menguasai diri,
sementara semua orang sekelilingmu tidak sanggup menguasai diri dan menyalahkanmu;
seandainya engkau sanggup mempercayai diri,
sementara semua orang sekelilingmu meragukanmu;
sekaligus memberi toleransi keraguan mereka terhadapmu;
seandainya engkau sanggup menunggu dan tidak bosan menunggu,
atau dibenci namun tidak membenci,
tanpa tampil terlalu baik atau berbicara terlalu bijaksana.
Seandainya engkau sanggup mengimpikan tanpa dikuasai oleh impianmu;
seandainya engkau sanggup berpikir tanpa menjadikan pikiranmu tujuan,
seandainyaengkau sanggup menghadapi kemenangan maupun bencana;
dan memperlakukan keduanya dengan cara yang sama,
seandainya engkau sanggup mendengar kebenaran yang engkau ucapkan,
yang dipelentir oleh orang-orang yang tidak jujur untuk menjebak orang-orang bodoh,
atau menyaksikan hancurnya hal-hal yang engkau perjuangkan,
dan membangunnya kembali dengan peralatan seadanya.
Seandainya engkau sanggup mempertaruhkan seluruh kemenanganmu sekaligus,
dan kalah, lalu mulai dari awal lagi tanpa pernah mempermasalahkan kesalahanmu;
seandainya engkau sanggup memaksa jantung, saraf dan ototmu,
tanpa melayanimu lama setelah semua itu melemah,
dan oleh karenanya tetap bertahan walau pun tak ada lagi dalam dirimu,
selain kemauan yang mengatakan kepada mereka: "BERTAHANLAH".
Seandainya engkau sanggup berbicara dengan orang banyak dan memelihara kebajikanmu,
atau berjalan bersama para raja tanpa kehilangan akal sehat,
seandainya musuh maupun sahabat terkasih tidak sanggup melukaimu;
seandainya semua orang penting bagimu, namun tidak ada yang terlalu penting;
seandainya engkau sanggup mengisi menit-menit yang tak terampuni,
dengan berlari selama enam puluh detik,
maka bumi dan segala isinya menjadi milikmu,
dan lebih daripada itu,
engkau akan menjadi seorang yang jantan.....anakku.
Joseph Rudyard Kipling sedang berandai-andai; sekiranya itu menjadi sebuah kenyataan, maka semuanya akan menjadi indah. Ya...ia sedang berandai-andai, sekiranya semua orang tidak mengedepankan rasa ketidak-nyamanan dan melihat hal tersebut sebagai hal yang wajar dan tak perlu diperdebatkan, maka hidup akan menjadi indah. Ya...jika semua orang sanggup mengisi menit-menit yang tidak terampuni dengan senyuman yang tulus, maka dunia akan berubah jadi Eden, di mana damai dan sukacita akan dinikmati bersama-sama.
Apa yang dikemukakan oleh Joseph Rudyard Kipling mengantar saya untuk mendalami ucapan-ucapan Tuhan Yesus, yang mungkin bagi sebagian orang dipandang sebagai sebuah kemustahilan untuk dapat diwujudkan:
1). Kasihilah musuhmu
2). Berbuat baiklah kepada orang yang membenci kamu
3). Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu
4). Berdoalah bagi orang yang mencaci kamu
5). Barang siapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu
6). Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu
7). Janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu
7 hal yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus memang suatu hal yang amat sulit untuk dilakukan, kalau pun hal itu bisa dilakukan, maka itu karena terpaksa.
Katakanlah bahwa saya adalah seorang bawahan, sedangkan pimpinan saya mempunyai seorang sahabat dan sahabatnya itu adalah orang yang melakukan hal yang jahat terhadap saya.
Tidakkah sahabat atasan saya itu adalah musuh saya?
Mungkinkah saya mengasihi orang yang sudah menyakiti saya?
Mungkinkah saya dapat berbuat baik kepada orang yang begitu membenci saya?
Mungkinkah saya bertindak menjadi seorang imam untuk memohonkan berkat kepada Tuhan bagi orang yang sudah mengutuk saya?
Mungkinkah hati ini merasa tenang untuk merangkai ucapan doa bagi seseorang yang sudah mencaci maki saya?
Tidakkah akan membuat saya semakin dipermalukan ketika jubah saya sudah dirampas lalu saya menanggalkan pakaian saya dan memberikan kepada orang yang telah mengambil jubah saya itu?
Tidakkah saya akan kehilangan untuk selamanya jika saya memiliki sepasang kasut lalu orang lain memintanya dan saya memberikannya? Lalu apa yang harus saya pakai menjadi alas kaki berjalan di antara onak dan duri?
Kalau seseorang mengambil semua yang saya miliki dan masih memungkinkan saya mengambilnya kembali, apakah hal itu salah? Bukankah itu milik saya dan saya berhak untuk merampasnya atau mengambilnya kembali?
Tapi karena saya adalah seorang bawahan, saya takut kehilangan jabatan atau pun takut kehilangan harga diri di depan atasan, maka terpaksa saya harus menyangkali suara hati saya. Dia yang adalah musuh saya, karena atasan saya adalah sahabatnya maka saya terpaksa berpura-pura akrab dengannya; padahal batin saya memberontak.
Jadi saya juga harus jujur; saya harus akui bahwa terkadang juga saya berpikir dan bertanya-tanya dalam hati, bahwa mungkinkah saya mampu melakukan apa yang Tuhan tuntut dari saya untuk saya lakukan dengan tulus dan ikhlas, apalagi yang bersangkutan adalah musuh saya atau orang yang sudah sedemikian rupa menyakiti hati saya?
Saya terkadang berkata, Tuhan ini tidak adil!
Coba saja, orang yang nyata-nyata menyakiti saya, saya diminta untuk tidak membalas dengan menyakiti dirinya. Justru sebaliknya, saya diminta untuk berbuat baik kepadanya. La...wong hati ini sudah sakit! Ini 'kan tidak adil!
Tapi, saya tidak bisa menolak untuk tidak melakukan apa yang Tuhan Yesus minta.
Tidakkah saya ini adalah muridNya, dan lebih lagi dari itu; saya adalah sahabatNya?
SuaraNya terus mendengung di telinga saya: "jikalau kamu menyebut aku GURU dan TUHAN melakukan yang demikian, maka kamu pun harus melakukannya".
Apalagi sebagai seorang HAMBA TUHAN. Tidakkah saya sudah berkomitment, bahwa "baik atau tidak baik keadaannya, saya akan tetap mengikut jalanNya"?
Kemudian saya bertanya pada diri saya:
Ada apa di balik ucapan-ucapan Tuhan Yesus itu?
Saya mulai meyakinkan diri saya.
Tidaklah mungkin perintah ini akan membuat hidup saya semakin terpuruk atau pun semakin dipermalukan?
Tentu ada sesuatu yang indah melebihi emas atau pun permata di balik perintah itu?
Ya....ada sesuatu yang Tuhan Yesus mau.
Yang Yesus mau ialah agar nilai hidup saya lebih di atas dari pada manusia dunia atau orang-orang yang dikendalikan oleh hawa nafsunya. Saya harus jauh berbeda dengan mereka. Sebab jikalau tidak, maka saya tidak berbeda dengan mereka: "melakukan kebaikan karena merasa berhutang".
Inilah rumus manusia yang dikendalikan hawa nafsu untuk kebaikan: KEBAIKAN HARUS DIBALAS DENGAN KEBAIKAN. Tetapi untuk kejahatan maka rumusnya adalah: "PEMBALASAN LEBIH KEJAM DARIPADA PERBUATAN".
Namun untuk setiap pengikut Yesus, maka hal tersebut tidak berlaku. Yang ada ialah: "KEJAHATAN HARUS DIBALAS DENGAN KEBAIKAN" dan untuk semua bentuk kejahatan manusia, balasannya adalah :"PENGORBANAN DIRI".
Karena itu, sekarang saya dapat memahami apa yang Tuhan Yesus katakan: Apakah jasamu?
Apakah yang kita dapatkan ketika kita hanya melakukan kebaikan terhadap orang yang berbuat baik kepada kita. Tidakkah orang yang melihat hal tersebut akan berkata: "Ya...kan dia itu sudah dikasihi, karena itu wajar jikalau ia membalas budi baik orang yang sudah mengasihinya. Ya....wajar saja dia menolong orang tersebut karena dulu orang itu juga sudah menolong dia dari kesusahannya".
Coba bayangkan...orang hanya menilai biasa-biasa saja apa yang anda perbuat. Tidak ada yang istimewa.
Tetapi, jikalau kebalikannya. Anda melakukan perbuatan baik terhadap orang yang menjadi musuh anda, maka orang akan berkata demikian: "koq bisa ya....diakan sudah disakiti, tetapi ia tidak menyimpan dendam dan selalu berbuat baik terhadap orang yang menyakitinya! Sungguh mulia hati orang ini...walau sudah dicaci maki, dia tidak membalasnya dengan mencaci-maki. Justru dia memaafkan bahkan mendoakan orang yang mencaci dirinya".
Karena itu, pikirkanlah ucapan ini:
"Adalah lebih berbahagia menderita karena berbuat baik, dari pada menderita karena berbuat jahat. Dan kejahatan terbesar dalam hidup adalah, jikalau kita diberi kesempatan oleh Tuhan untuk berbuat baik namun kita diam dan tidak melakukan apa-apa".
Berlakulah bijaksana, jangan turuti hawa nafsu anda.
Selagi masih ada waktu untuk berbuat kebaikan, lakukanlah tanpa harus berharap jasa.
Sebab yang akan menilai baik tidaknya perbuatan anda adalah Tuhan.
Dan setiap benih kebaikan yang anda tabur, akan tumbuh dan menghasilkan buah.
Anda akan mendapat penghargaan di hadapan manusia, terlebih di hadapan Allah.
Selamat belajar untuk terus mengampuni.
Tuhan memberkati.
No comments:
Post a Comment