Renungan Malam - Rabu, 2 September 2015
Sebuah Refleksi Pribadi
Kudedikasikan buat Tim Negosiasi.
Sungguh ajaib karya Tuhan.
Apa yang boleh terjadi hari ini menjadi tonggak buat pengembangan dan kemajuan Gereja 5 sampai 10 tahun ke depan serta menjadi kenangan buat anak-cucu kita.
Selamat untuk semua anggota jemaat yang telah mendukung di dalam doa, sehingga pertemuan final telah mencapai kata sefakat untuk proses pembebasan lahan. Semoga semua dapat berjalan lancar dan Tuhan dimuliakan di atas segalanya.
"...sebab bagi Tuhan tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang"
Bacaan Alkitab : 1 Samuel 14 : 6 - 23
Kita tidak dapat memungkiri bahwa dalam membangun interaksi dengan orang lain, kita masih cenderung memandang muka.
Ya...terkadang kita masih memilih-milih dengan siapa kita harus berteman atau dengan siapa kita harus menjalin persahabatan. Jujur suara hati kita sering mengatakan demikian:
Kalau engkau mau beruntung atau berhasil maka engkau harus memilih yang pandai dibanding engkau memilih yang kurang pandai. Ataukah memilih untuk berteman dengan penguasa dibanding berteman dengan rakyat jelata.
Kalau engkau mau senang maka engkau harus memilih yang mapan hidupnya bahkan kalau boleh yang kaya raya dibanding engkau memilih yang kurang mapan atau yang hidupnya pas-pasan.
Kalau engkau mau aman maka engkau harus memilih orang yang berbadan kekar, kuat atau perkasa dibanding engkau memilih orang yang berbadan kecil lagian kerempeng.
Kalau engkau mau menang maka engkau harus memilih orang yang tangkas dan terlatih dibanding memilih orang yang lamban atau kurang cekatan dalam bertindak.
Ya.....Sekali lagi saya mau katakan bahwa kita harus jujur mengakui bahwa kita cenderung memilih yang lebih daripada yang pas-pasan atau memilih yang mendekati kesempurnaan dibandingkan yang serba berkekurangan. Jujurlah berkata pada diri anda sendiri bahwa sifat dan sikap membanding-bandingkan orang menjadi realita hidup yang tidak bisa anda tampik.
Tapi tahukah dan sadarkah anda bahwa terkadang (bahkan selalu) Allah bertindak melakukan yang kebalikannya. Apa yang lemah bagi dunia, justru itu yang dipilihNya; apa yang bodoh bagi dunia, justru itu yang dipakaiNya.
Paulus dengan panjang lebar mengungkapkan fakta tersebut, dengan berkata:
"Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti (1 Kor. 1:27-28)".
Dengan demikian kita dapat memahami apa alasan Tuhan Yesus dalam memilih dan menetapkan murid-muridNya yang disebut RASUL.
Standart dunia dalam merekrut orang-orang untuk dipekerjakan pada tempat-tempat atau jabatan-jabatan yang strategis tentu tidak asal pilih.
Haruslah orang-orang yang memiliki skill di atas rata-rata, memiliki pengalaman kerja pada bidangnya, berwawasan luas serta memiliki daya inovasi, mampu berkomunikasi dengan orang lain, dan masih banyak lagi.
Tetapi, bagi Yesus justru kebalikannya.
Mayoritas dari murid yang dipilihNya adalah mereka yang tidak memiliki prestasi akademik bahkan ada di antara mereka yang tidak mengecap dunia pendidikan. Mereka bukanlah orang-orang yang cakap atau memiliki skill yang mumpuni. Latar belakang mereka sebagian adalah nelayan yang berasal dari Galilea dan sudah pasti tidak memiliki wawasan yang luas, serta kemampuan berkomunikasi dengan dunia luar pastilah di bawah standart rata-rata.
Namun apa yang lemah, yang bodoh dan yang tidak berarti bagi dunia justru itu yang dipilih oleh Yesus dan dunia diguncangkan oleh kehadiran mereka.
Alkitab mencatat:
"mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita; kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daera-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma....orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan Allah (Kis. 2:7-11)".
Dari sini saya memahami bahwa mengapa Yonatan tidak merekrut orang-orang yang selevel dengan dirinya. Ia tidak memilih orang-orang yang perkasa dan gagah berani, dan tidak juga memilih orang yang ahli dalam merancang strategi menaklukkan musuh. Tetapi yang dipilihnya hanyalah seorang "bujang pembawa senjatanya".
Sungguh di luar nalar sehat.
Bagaimana mungkin menghadapi dan menaklukkan tentara Filistin yang sudah terlatih dan ahli dalam mengatur serangan dengan hanya mengandalkan seorang bujang pembawa senjata dengan satu senjata pula?
Ya...bujang itu tidak memiliki senjata, ia hanya pembawa senjata tuannya. Jelas ia tidak memiliki keahlian dalam menghadapi musuh selain ada di belakang tuannya sambil membawa senjata sang tuan.
Sungguh dahsyat....
Yonatan tidak melihat dan menilai bujangnya berdasarkan pandangan dan ukuran dunia, tetapi ia menghargainya karena komitmentnya untuk terus berjalan dan berjuang bersama dalam IMAN. Karena iman itulah, maka apa yang sederhana bahkan yang tidak bernilai oleh dunia dipakai oleh Tuhan untuk mempermalukan dan mengalahkan yang kuat.
Saudaraku.....
Milikilah iman seperti Yonatan. Melangkahlah terus dan raihlah masa depanmu. Jangan pedulikan apa kata orang tentang kelemahan yang melekat pada dirimu, bahkan juga kekurangan-kekurangan pada diri orang-orang yang dekat dalam kehidupanmu. Yakinlah bahwa Tuhanlah yang mengatur langkah anda bersama dengan orang-orang yang ada dalam kehidupan anda, dan ingatlah bahwa di tangan Tuhan, yang biasa menjadi sangat LUAR BIASA.
Sebuah Refleksi Pribadi
Kudedikasikan buat Tim Negosiasi.
Sungguh ajaib karya Tuhan.
Apa yang boleh terjadi hari ini menjadi tonggak buat pengembangan dan kemajuan Gereja 5 sampai 10 tahun ke depan serta menjadi kenangan buat anak-cucu kita.
Selamat untuk semua anggota jemaat yang telah mendukung di dalam doa, sehingga pertemuan final telah mencapai kata sefakat untuk proses pembebasan lahan. Semoga semua dapat berjalan lancar dan Tuhan dimuliakan di atas segalanya.
"...sebab bagi Tuhan tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang"
Bacaan Alkitab : 1 Samuel 14 : 6 - 23
Kita tidak dapat memungkiri bahwa dalam membangun interaksi dengan orang lain, kita masih cenderung memandang muka.
Ya...terkadang kita masih memilih-milih dengan siapa kita harus berteman atau dengan siapa kita harus menjalin persahabatan. Jujur suara hati kita sering mengatakan demikian:
Kalau engkau mau beruntung atau berhasil maka engkau harus memilih yang pandai dibanding engkau memilih yang kurang pandai. Ataukah memilih untuk berteman dengan penguasa dibanding berteman dengan rakyat jelata.
Kalau engkau mau senang maka engkau harus memilih yang mapan hidupnya bahkan kalau boleh yang kaya raya dibanding engkau memilih yang kurang mapan atau yang hidupnya pas-pasan.
Kalau engkau mau aman maka engkau harus memilih orang yang berbadan kekar, kuat atau perkasa dibanding engkau memilih orang yang berbadan kecil lagian kerempeng.
Kalau engkau mau menang maka engkau harus memilih orang yang tangkas dan terlatih dibanding memilih orang yang lamban atau kurang cekatan dalam bertindak.
Ya.....Sekali lagi saya mau katakan bahwa kita harus jujur mengakui bahwa kita cenderung memilih yang lebih daripada yang pas-pasan atau memilih yang mendekati kesempurnaan dibandingkan yang serba berkekurangan. Jujurlah berkata pada diri anda sendiri bahwa sifat dan sikap membanding-bandingkan orang menjadi realita hidup yang tidak bisa anda tampik.
Tapi tahukah dan sadarkah anda bahwa terkadang (bahkan selalu) Allah bertindak melakukan yang kebalikannya. Apa yang lemah bagi dunia, justru itu yang dipilihNya; apa yang bodoh bagi dunia, justru itu yang dipakaiNya.
Paulus dengan panjang lebar mengungkapkan fakta tersebut, dengan berkata:
"Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti (1 Kor. 1:27-28)".
Dengan demikian kita dapat memahami apa alasan Tuhan Yesus dalam memilih dan menetapkan murid-muridNya yang disebut RASUL.
Standart dunia dalam merekrut orang-orang untuk dipekerjakan pada tempat-tempat atau jabatan-jabatan yang strategis tentu tidak asal pilih.
Haruslah orang-orang yang memiliki skill di atas rata-rata, memiliki pengalaman kerja pada bidangnya, berwawasan luas serta memiliki daya inovasi, mampu berkomunikasi dengan orang lain, dan masih banyak lagi.
Tetapi, bagi Yesus justru kebalikannya.
Mayoritas dari murid yang dipilihNya adalah mereka yang tidak memiliki prestasi akademik bahkan ada di antara mereka yang tidak mengecap dunia pendidikan. Mereka bukanlah orang-orang yang cakap atau memiliki skill yang mumpuni. Latar belakang mereka sebagian adalah nelayan yang berasal dari Galilea dan sudah pasti tidak memiliki wawasan yang luas, serta kemampuan berkomunikasi dengan dunia luar pastilah di bawah standart rata-rata.
Namun apa yang lemah, yang bodoh dan yang tidak berarti bagi dunia justru itu yang dipilih oleh Yesus dan dunia diguncangkan oleh kehadiran mereka.
Alkitab mencatat:
"mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita; kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daera-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma....orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan Allah (Kis. 2:7-11)".
Dari sini saya memahami bahwa mengapa Yonatan tidak merekrut orang-orang yang selevel dengan dirinya. Ia tidak memilih orang-orang yang perkasa dan gagah berani, dan tidak juga memilih orang yang ahli dalam merancang strategi menaklukkan musuh. Tetapi yang dipilihnya hanyalah seorang "bujang pembawa senjatanya".
Sungguh di luar nalar sehat.
Bagaimana mungkin menghadapi dan menaklukkan tentara Filistin yang sudah terlatih dan ahli dalam mengatur serangan dengan hanya mengandalkan seorang bujang pembawa senjata dengan satu senjata pula?
Ya...bujang itu tidak memiliki senjata, ia hanya pembawa senjata tuannya. Jelas ia tidak memiliki keahlian dalam menghadapi musuh selain ada di belakang tuannya sambil membawa senjata sang tuan.
Sungguh dahsyat....
Yonatan tidak melihat dan menilai bujangnya berdasarkan pandangan dan ukuran dunia, tetapi ia menghargainya karena komitmentnya untuk terus berjalan dan berjuang bersama dalam IMAN. Karena iman itulah, maka apa yang sederhana bahkan yang tidak bernilai oleh dunia dipakai oleh Tuhan untuk mempermalukan dan mengalahkan yang kuat.
Saudaraku.....
Milikilah iman seperti Yonatan. Melangkahlah terus dan raihlah masa depanmu. Jangan pedulikan apa kata orang tentang kelemahan yang melekat pada dirimu, bahkan juga kekurangan-kekurangan pada diri orang-orang yang dekat dalam kehidupanmu. Yakinlah bahwa Tuhanlah yang mengatur langkah anda bersama dengan orang-orang yang ada dalam kehidupan anda, dan ingatlah bahwa di tangan Tuhan, yang biasa menjadi sangat LUAR BIASA.
No comments:
Post a Comment