Laman

Thursday, October 8, 2015

Lagu Gelombang

Karya : Kahlil Gibran

(Kudedikasikan bagi sahabat-sahabat yang cinta damai,
yang berjuang tanpa pamrih bagi tumbuhnya kehidupan,
walau sesak namun berpantang mundur,
karena kasih akan memunculkan terangnya,
dan kejahatan terhempas dalam perapian abadi)



Pantai yang kokoh adalah kekasihku,
dan aku menjadi buah hatinya.
Ketika akhirnya kami dipertautkan oleh cinta,
bulan pun menarikku darinya.
Bergegas aku pergi menyongsong dia,
lalu aku pergi menyongsong dia,
lalu meminta diri dengan berat hati.
Membisikkan selamat tinggal berulang kali

Aku membumbung tiba-tiba,
dari balik kebiruan cakrawala,
untuk mengayunkan sinar keperakan buihku,
ke pangkuan keemasan pasirnya,
dan berpadu dalam kecemerlangan sempurna.

Aku pusaka dahaganya,
dan nafsuku memenuhi segenap relung hatinya,
dia melunakkan suaraku dan meredam gelora di dada.
Kala fajar tiba,
kuucapkan kaidah cinta,
di telinganya dan dia memelukku penuh dengan damba.

Di terik siang kunyanyikan dia lagu harapan,
diiringi kecupan-kecupan kasih sayang,
gerakku gesit diwarnai kekuatiran,
sedangkan dia tetap sabar dan tenang.
Dadanya yang bidang meneduhkan kegelisahanku.

Kala air pasang kami saling memeluk,
kala surut aku berlutut menjamah kakinya,
memanjatkan doa.
Seringkali aku menari,
mengitari putri-putri duyung,
bila mereka timbul dari kedalaman dan mengapung,
di dadaku,
memandangi kelap-kelip bintang-bintang.
Seringkali kudengar keluh kekasihku,
akan kekecilan dirinya.

Seringkali telah kugoda tebing-tebing batu karang,
kuajak bercanda,
dan kulempari senyum cemerlang,
namun tak sekali jua merasa tergerak membalasnya.
Seringkali telah kuangkat insan-insan yang tenggelam,
kudukung mesra dan kubawa ke pangkuan pujaanku.
Pantai perkasa;
yang memberinya daya,
kekuatan-rangkuman diriku.
Seringkali kucuri permata simpanan dasar samudera,
kupersembahkan keharibaan kekasih tercinta,
dan pantaiku menerimanya dalam bisu,
namun aku memberi selalu,
sebab diamnya menyambutku.
Dalam sarat kegitaan jantung malam,
pabila segenap makhluk ciptaan Tuhan,
lelap terlena dalam buaian alpa.
Aku tetap bergadang,
sekali waktu melagukan dendang,
sekali waktu menghela nafas dalam desah berkepanjangan,
aku senantiasa terjaga.

Seribu sayang,
selalu berjaga sendiri,
menyusut kekuatan.
Tetapi aku pemuja cinta,
dan kebenaran cinta itu sendiri perkasa,
mungkin kelelahan akan menimpa,
namun tiada akan bakal binasa

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love