Bahan Khotbah Untuk Ibadah Keluarga
Gereja Toraja Jemaat Masale, 17 Pebruari 2017
Bacaan : Markus 9 : 21 - 24
Saudara-saudara yang sama di kasihi dalam Tuhan
Adalah hal yang sudah tak asing lagi di telinga kita tentang ungkapan ini: "Bagi Tuhan, tak ada yang mustahil". Dan saya yakin bahwa saudara-saudara telah menghafal dan juga fasih melantunkan pujian yang judulnya sama dengan ungkapan tersebut:
Mari kita melantunkannya bersama-sama:
'ku yakin saat Kau berfirman
'ku menang saat Kau bertindak
Hidupku hanya ditentukan oleh perkataanMu
'ku aman saat Kau menjaga
'ku kuat saat Kau menopang
Hidupku hanya ditentukan oleh kuasaMu
Bagi Tuhan tak ada yang mustahil
Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin
MujizatNya disediakan bagiku
Kudiangkat dan dipulihkanNya
Tapi ungkapan yang satu ini mungkin terasa asing bagi saudara: "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya". Dan bisa jadi bahwa anda meragukan kebenaran ungkapan tersebut, dengan berkata: "mana mungkin ada manusia yang mampu melakukan hal-hal yang tidak mungkin ia lakukan, karena manusia adalah lemah dan manusia serba terbatas dalam segala hal. Hanya Tuhan yang bisa melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin".
Saudaraku......
Kata kunci dari kisah Yesus mengusir roh dari anak yang bisu dalam perikop bacaan kita adalah "PERCAYA". Sedang kesejajaran dari kata percaya adalah "IMAN", dan Ibrani 11:1 menyimpulkan bahwa Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Lalu: dari manakah iman itu?.
Roma 10:17 mencatat: "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Yesus Kristus".
Jadi, ketika kita mendengar firman Tuhan, kemudian kita percaya pada firman itu, lalu kita bersedia untuk hidup menurut firman itu, maka kita akan mengalami apa yang disebut: "Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya".
Matius 14:26-29 mencatat bagaimana kekalutan yang terjadi di antara para murid di saat mereka harus berjuang untuk keluar dari bayang-bayang kematian menghadapi gelombang dan angin sakal; tiba-tiba mereka dikejutkan pula dengan kahadiran Yesus yang mereka sangka "HANTU", namun suara Yesus terdengar di tengah-tengah kekalutan itu: "Tenanglah, Aku ini, jangan takut". Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepadaMu berjalan di atas air". Petrus dapat melakukan hal yang mustahil dilakukan oleh siapa pun juga, karena ia mendengar suara Yesus memanggil: "Datanglah!".
Saya mau katakan bahwa, ketika Petrus mendengar ajakan Yesus maka sikap mendengar itulah yang kemudian melahirkan Iman (PISTIS) dan ketika ia turun dari perahu dan melangkah menuju ke tempat di mana Yesus berada, itulah gambaran yang nyata dari sebuah tindakan untuk percaya dan melakukan firman Tuhan (PISTEUO); dan hasilnya adalah Petrus mengalami hal-hal yang mustahil menjadi sebuah kenyataan yang tak terbantahkan.
Tetapi perhatikan ayat selanjutnya.
Ketika Petrus tidak lagi fokus pada ajakan Yesus dan ia justru mengalihkan pandangannya kepada keadaan sekeliling, maka timbullah RASA TAKUT, dan rasa takut inilah yang membuat ia bimbang pada imannya; dan akibat dari itu adalah: "iapun mulai tenggelam".
Apa yang kemudian dikatakan Yesus?.
"Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang".
Itu berarti, musuh utama dari setiap orang percaya adalah: "KEBIMBANGAN".
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan!
Berbicara tentang kebimbangan, ada sebuah kisah yang sangat tepat untuk menjadi perenungan bagi setiap orang percaya, yakni apa yang tercatat dalam 1 Raja-raja 17:7-16.
Coba bayangkan; kelaparan yang terjadi sangat hebat dan semua orang sedang ada dalam bayang-bayang kematian. Lalu tiba-tiba Allah mengambil keputusan untuk memelihara hidup Elia dengan cara yang tidak masuk di akal. Keputusan Allah dari sudut pandang manusia, adalah sebuah keputusan yang konyol. Sehingga mungkin anda bertanya, apa yang mau dikatakan Tuhan dalam kisah ini.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi bahan perenungan dari kisah ini:
Pertama: Tuhan memerintahkan Elia pergi ke Sarfat.
Saudara tahu!
Ini bukan tempat yang aman bagi anak-anak Israel. Sarfat adalah sebuah kota di Sidon dan penduduknya adalah musuh Israel, di mana Sidon direbut oleh Sanherib (Raja Asyur) yang merupakan ancaman besar bagi Bangsa Israel, baik yang ada di Utara maupun yang ada di Selatan. Tetapi Elia menuruti perintah Tuhan, ia tetap pergi sekalipun mungkin bagi banyak orang, ini adalah pilihan menuju kematian. Elia tidak bimbang tetapi ia percaya bahwa hidupnya pasti selamat, sebab yang memerintahkan dia untuk pergi tidak lain adalah Tuhan.
Kedua: Elia diperjumpakan dengan seorang janda yang akan memberi dia makan.
Ini pun pilihan yang tidak masuk di akal. Elia tidak disuruh untuk pergi ke rumah keluarga kaya yang bisa menjamin kelangsungan hidupnya; tetapi Elia disuruh untuk bertemu dengan seorang janda yang notabene : Hidupnya bersama dengan anak perempuannya tinggal menunggu ajal.
Adakah Elia berdebat dengan Tuhan karena pilihan yang sudah Tuhan tentukan baginya?.
Tidak, bukan!.
Elia tidak bimbang dengan pilihan Allah, dan karena itu ia taat pada perintah Allah; ia tetap pergi sekali pun mungkin bagi banyak orang, ini adalah sebuah keputusan yang konyol (cari mati). Elia tetap taat pada perintah Allah, sebab ia sendiri percaya bahwa Allah pasti memenuhi segala kebutuhannya walau di tengah kondisi yang sesulit apapun.
Ketiga: Iman sang janda yang percaya pada apa yang dikatakan nabi Elia.
Saya mau mengatakan kepada kita semua; inilah iman yang sangat mengagumkan. Ketika janda itu berterus terang bahwa apa yang diminta oleh nabi Elia itu tidak ada padanya, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Inilah persediaan yang ia miliki, dan setelah itu, ajal akan menjemput dia dan anaknya. Tetapi Nabi Elia memerintahkan dia untuk kembali dan membuat roti dan roti yang dia buat itu pertama-tama harus dihidangkan kepada Elia. Dan janda itu melakukan sesuai yang dikatakan oleh nabi Elia.
Jika kita dalam kondisi yang seperti ini, tentu sangat sulit bagi kita untuk memenuhi permintaan Elia. Lah....kita sendiri kurang, eh...seenaknya minta jatah duluan.
Tapi janda ini tidak bimbang; ia sungguh-sungguh percaya (PISTIS) dan ia melakukannya (PISTEUO).
Lalu apa yang terjadi?.
Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang.
Di tengah-tengah kemustahilan, hidup Elia terpelihara dan juga di tengah-tengah kemustahilan, janda dan anak perempuannya itu diselamatkan dari bayang-bayang kematian. Karena apa? Karena percaya!
Saudaraku....
kembali pada perikop bacaan kita.
Keputusan sang ayah untuk membawa anakNya kepada Yesus adalah keputusan yang tepat. Ia tahu bahwa hanya Yesus saja yang dapat mengatasi pergumulannya; dan karena itu ia meminta supaya Yesus menolongnya. Dan Mujizat pun terjadi, karena ia percaya.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan
Perjalanan setiap orang penuh dengan tantangan dan persoalan, sehingga banyak orang dibuat stress menghadapinya. Tetapi sesulit dan seberat apapun beban kehidupan, kita harus berdiri teguh dan tetap percaya pada janji-janji Tuhan sebagaimana yang difirmankanNya. Kunci untuk mengalami kehidupan yang berkemenangan dicatat dalam Ulangan 28:1...."Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan Allahmu, dan melakukan dengan setia segalah perintahNya...maka Tuhan Allahmu akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi".
Karena itu, camkanlah hal ini: jika anda percaya dan selalu siap untuk merespons firmanNya, maka ketahuilah, tidak ada yang mustahil bagi anda.
(Catatan: Silahkan kembangkan dan sesuaikan dengan kebutuhan keluarga di mana ibadah keluarga dilaksanakan).
Tuhan Yesus memberkati......amin.
Gereja Toraja Jemaat Masale, 17 Pebruari 2017
Bacaan : Markus 9 : 21 - 24
Saudara-saudara yang sama di kasihi dalam Tuhan
Adalah hal yang sudah tak asing lagi di telinga kita tentang ungkapan ini: "Bagi Tuhan, tak ada yang mustahil". Dan saya yakin bahwa saudara-saudara telah menghafal dan juga fasih melantunkan pujian yang judulnya sama dengan ungkapan tersebut:
Mari kita melantunkannya bersama-sama:
'ku yakin saat Kau berfirman
'ku menang saat Kau bertindak
Hidupku hanya ditentukan oleh perkataanMu
'ku aman saat Kau menjaga
'ku kuat saat Kau menopang
Hidupku hanya ditentukan oleh kuasaMu
Bagi Tuhan tak ada yang mustahil
Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin
MujizatNya disediakan bagiku
Kudiangkat dan dipulihkanNya
Tapi ungkapan yang satu ini mungkin terasa asing bagi saudara: "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya". Dan bisa jadi bahwa anda meragukan kebenaran ungkapan tersebut, dengan berkata: "mana mungkin ada manusia yang mampu melakukan hal-hal yang tidak mungkin ia lakukan, karena manusia adalah lemah dan manusia serba terbatas dalam segala hal. Hanya Tuhan yang bisa melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin".
Saudaraku......
Kata kunci dari kisah Yesus mengusir roh dari anak yang bisu dalam perikop bacaan kita adalah "PERCAYA". Sedang kesejajaran dari kata percaya adalah "IMAN", dan Ibrani 11:1 menyimpulkan bahwa Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Lalu: dari manakah iman itu?.
Roma 10:17 mencatat: "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Yesus Kristus".
Jadi, ketika kita mendengar firman Tuhan, kemudian kita percaya pada firman itu, lalu kita bersedia untuk hidup menurut firman itu, maka kita akan mengalami apa yang disebut: "Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya".
Matius 14:26-29 mencatat bagaimana kekalutan yang terjadi di antara para murid di saat mereka harus berjuang untuk keluar dari bayang-bayang kematian menghadapi gelombang dan angin sakal; tiba-tiba mereka dikejutkan pula dengan kahadiran Yesus yang mereka sangka "HANTU", namun suara Yesus terdengar di tengah-tengah kekalutan itu: "Tenanglah, Aku ini, jangan takut". Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepadaMu berjalan di atas air". Petrus dapat melakukan hal yang mustahil dilakukan oleh siapa pun juga, karena ia mendengar suara Yesus memanggil: "Datanglah!".
Saya mau katakan bahwa, ketika Petrus mendengar ajakan Yesus maka sikap mendengar itulah yang kemudian melahirkan Iman (PISTIS) dan ketika ia turun dari perahu dan melangkah menuju ke tempat di mana Yesus berada, itulah gambaran yang nyata dari sebuah tindakan untuk percaya dan melakukan firman Tuhan (PISTEUO); dan hasilnya adalah Petrus mengalami hal-hal yang mustahil menjadi sebuah kenyataan yang tak terbantahkan.
Tetapi perhatikan ayat selanjutnya.
Ketika Petrus tidak lagi fokus pada ajakan Yesus dan ia justru mengalihkan pandangannya kepada keadaan sekeliling, maka timbullah RASA TAKUT, dan rasa takut inilah yang membuat ia bimbang pada imannya; dan akibat dari itu adalah: "iapun mulai tenggelam".
Apa yang kemudian dikatakan Yesus?.
"Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang".
Itu berarti, musuh utama dari setiap orang percaya adalah: "KEBIMBANGAN".
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan!
Berbicara tentang kebimbangan, ada sebuah kisah yang sangat tepat untuk menjadi perenungan bagi setiap orang percaya, yakni apa yang tercatat dalam 1 Raja-raja 17:7-16.
Coba bayangkan; kelaparan yang terjadi sangat hebat dan semua orang sedang ada dalam bayang-bayang kematian. Lalu tiba-tiba Allah mengambil keputusan untuk memelihara hidup Elia dengan cara yang tidak masuk di akal. Keputusan Allah dari sudut pandang manusia, adalah sebuah keputusan yang konyol. Sehingga mungkin anda bertanya, apa yang mau dikatakan Tuhan dalam kisah ini.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi bahan perenungan dari kisah ini:
Pertama: Tuhan memerintahkan Elia pergi ke Sarfat.
Saudara tahu!
Ini bukan tempat yang aman bagi anak-anak Israel. Sarfat adalah sebuah kota di Sidon dan penduduknya adalah musuh Israel, di mana Sidon direbut oleh Sanherib (Raja Asyur) yang merupakan ancaman besar bagi Bangsa Israel, baik yang ada di Utara maupun yang ada di Selatan. Tetapi Elia menuruti perintah Tuhan, ia tetap pergi sekalipun mungkin bagi banyak orang, ini adalah pilihan menuju kematian. Elia tidak bimbang tetapi ia percaya bahwa hidupnya pasti selamat, sebab yang memerintahkan dia untuk pergi tidak lain adalah Tuhan.
Kedua: Elia diperjumpakan dengan seorang janda yang akan memberi dia makan.
Ini pun pilihan yang tidak masuk di akal. Elia tidak disuruh untuk pergi ke rumah keluarga kaya yang bisa menjamin kelangsungan hidupnya; tetapi Elia disuruh untuk bertemu dengan seorang janda yang notabene : Hidupnya bersama dengan anak perempuannya tinggal menunggu ajal.
Adakah Elia berdebat dengan Tuhan karena pilihan yang sudah Tuhan tentukan baginya?.
Tidak, bukan!.
Elia tidak bimbang dengan pilihan Allah, dan karena itu ia taat pada perintah Allah; ia tetap pergi sekali pun mungkin bagi banyak orang, ini adalah sebuah keputusan yang konyol (cari mati). Elia tetap taat pada perintah Allah, sebab ia sendiri percaya bahwa Allah pasti memenuhi segala kebutuhannya walau di tengah kondisi yang sesulit apapun.
Ketiga: Iman sang janda yang percaya pada apa yang dikatakan nabi Elia.
Saya mau mengatakan kepada kita semua; inilah iman yang sangat mengagumkan. Ketika janda itu berterus terang bahwa apa yang diminta oleh nabi Elia itu tidak ada padanya, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Inilah persediaan yang ia miliki, dan setelah itu, ajal akan menjemput dia dan anaknya. Tetapi Nabi Elia memerintahkan dia untuk kembali dan membuat roti dan roti yang dia buat itu pertama-tama harus dihidangkan kepada Elia. Dan janda itu melakukan sesuai yang dikatakan oleh nabi Elia.
Jika kita dalam kondisi yang seperti ini, tentu sangat sulit bagi kita untuk memenuhi permintaan Elia. Lah....kita sendiri kurang, eh...seenaknya minta jatah duluan.
Tapi janda ini tidak bimbang; ia sungguh-sungguh percaya (PISTIS) dan ia melakukannya (PISTEUO).
Lalu apa yang terjadi?.
Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang.
Di tengah-tengah kemustahilan, hidup Elia terpelihara dan juga di tengah-tengah kemustahilan, janda dan anak perempuannya itu diselamatkan dari bayang-bayang kematian. Karena apa? Karena percaya!
Saudaraku....
kembali pada perikop bacaan kita.
Keputusan sang ayah untuk membawa anakNya kepada Yesus adalah keputusan yang tepat. Ia tahu bahwa hanya Yesus saja yang dapat mengatasi pergumulannya; dan karena itu ia meminta supaya Yesus menolongnya. Dan Mujizat pun terjadi, karena ia percaya.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan
Perjalanan setiap orang penuh dengan tantangan dan persoalan, sehingga banyak orang dibuat stress menghadapinya. Tetapi sesulit dan seberat apapun beban kehidupan, kita harus berdiri teguh dan tetap percaya pada janji-janji Tuhan sebagaimana yang difirmankanNya. Kunci untuk mengalami kehidupan yang berkemenangan dicatat dalam Ulangan 28:1...."Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan Allahmu, dan melakukan dengan setia segalah perintahNya...maka Tuhan Allahmu akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi".
Karena itu, camkanlah hal ini: jika anda percaya dan selalu siap untuk merespons firmanNya, maka ketahuilah, tidak ada yang mustahil bagi anda.
(Catatan: Silahkan kembangkan dan sesuaikan dengan kebutuhan keluarga di mana ibadah keluarga dilaksanakan).
Tuhan Yesus memberkati......amin.
No comments:
Post a Comment