Sebuah Refleksi Pribadi
Hari Ke-38 Masa Pra Paskah
(7 Ucapan Sang Raja Agung Dari Salib).
Bacaan : Yohanes 19:30
(Masale, 13 April 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan Shalom bagimu.
Sebelum anda beraktivitas lebih jauh dengan segala rutinitas anda, mari berkontemplasi sejenak.
Saudaraku...
Untuk yang terakhir kalinya saya mengajak anda untuk hening sejenak. Pejamkan mata, kosongkan batin dan berusahalah untuk merasakan perihnya luka-luka di sekujur tubuh Yesus Sang Raja Agung dan juga luka batinNya yang tertoreh oleh sembilu dosa saudara dan saya. Sungguh Ia tersayat-sayat karena pelanggaran-pelanggaran kita, dan sebelum peristiwa salib itu, -(pada Perjamuan Terakhir)-, Ia sesungguhnya sudah menggambarkan kenyataan yang akan terjadi padaNya; sebuah fakta tentang betapa berat sakit yang harus diterimaNya. Inilah tindakan simbolis sebelum peristiwa Golguta: Ia mengambil roti itu lalu memecah-mecahkannya sambil berkata; "inilah tubuhKu yang diserahkan karena kamu (Luk. 22:19)". Ya...tubuhNya terpecah-pecah, -(atau lebih tepatnya; tubuh itu tercabik-cabik)-, karena dosa manusia; dan itu adalah buah yang harus diterima dan harus dimakanNya agar tercipta sebuah Eden Yang Baru untuk menggantikan Eden Yang Hilang karena manusia memakan buah larangan itu.
Saudaraku...
Rasakan betapa tersiksanya Ia, namun Ia, -(dalam kepasrahan yang sempurna)-, tetap bertahan untuk menanggungnya sampai pada puncak perjuangan untuk melucuti kuasa Iblis yang akan menghancurkan kehidupan saudara dan saya, di mana terpampang tulisan pada layar: THE END. Ya...di penghujung dari perjuangan itu Ia pun berseru: "TETELESTAI".
TETELESTAI sarat dengan makna, namun ada tiga hal yang hendak saya kemukakan di sini:
Pertama:
Segala sesuatu yang telah dinubuatkan oleh para nabi tentang hidup, pelayanan dan pengorbanan dari Sang Mesias Yang Dijanjikan itu, sudah digenapi di dalam diri Yesus Sang Raja Agung dan apa yang dialamiNya adalah SEMPURNA (dalam bahasa Toraja: SUNDUN).
TETELESTAI adalah titik akhir dari korban penebusan dan korban keselamatan yang berlaku dalam zaman Perjanjian Lama, dan pengorbananNya adalah sempurna; sehingga hal ini menjadi titik awal bagi Kehidupan Yang Baru dan Pemuliaan Anak Domba Allah dan kemuliaan yang diberikan bagi mereka yang percaya. Karena itu, tidak ada lagi korban lain yang lebih agung dan mulia, yang dapat menebus manusia dari keberdosaannya dan yang memberi jaminan keselamatan untuk kehidupan yang kekal, selain Korban Yesus Sang Anak Domba Allah. Yang Lama itu TETELESTAI, dan GERBANG SORGA terbuka. Dain inilah tandanya: "Tabir Ruang Mahasuci (Tabernakel Perjanjian Lama) telah terbelah dari atas sampai ke bawah". Itulah peristiwa TETELESTAI.
Kedua:
Tuntutan Hukum Taurat yang tidak mungkin 100% dilakukan dan ditaati manusia, telah ditanggung oleh Yesus Sang Raja Agung seorang diri dalam derita dan matiNya. Yesus Sang Raja Agung telah menggenapi apa yang dituntut oleh Hukum Taurat; semua telah LUNAS DIBAYAR. Karena itu, TETELESTAI mengandung makna PENEBUSAN.
Kuk atas Hukum Taurat yang membuat manusia ada di bawah bayang-bayang maut sehingga manusia sangat jauh dari Kasih Karunia (bahasa Yunani: Eurene), kini kuk itu dipikulnya seorang diri; dan TETELESTAI adalah penggantian Kuk Yang Baru, -(yakni Salib Kristus)-, yang adalah simbol KASIH. Dan inilah fakta bahwa Kuk Yang Baru itu Enak dan Ringan (Mat. 11:30).
TETELESTAI menjadi pemakluman bahwa anda dan saya bukan lagi Manusia Lama yang hidup dalam Hukum Taurat, tetapi Manusia Baru yang hidup dalam Kasih Karunia Allah. Rasul Paulus mengatakan demikian: "siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah Ciptaan Baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya Yang Baru suda datang (2 Kor. 5:17)".
Ketiga:
TETELESTAI mau menegaskan bahwa Pertempuran antara MAUT (Kuasa Iblis) berhadapan dengan HIDUP (Yesus yang adalah sumber HIDUP). Karena itu, kita yang percaya adalah orang-orang yang sudah menang, atau dalam bahasa Rasul Paulus: "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita (Roma 8:37)".
Selamat beraktivitas.
Selamat berharap kasihNya dan selamat merayakan Kamis Putih.
Tuhan memberkati.
(Catatan : Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
Hari Ke-38 Masa Pra Paskah
(7 Ucapan Sang Raja Agung Dari Salib).
Bacaan : Yohanes 19:30
(Masale, 13 April 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan Shalom bagimu.
Sebelum anda beraktivitas lebih jauh dengan segala rutinitas anda, mari berkontemplasi sejenak.
Saudaraku...
Untuk yang terakhir kalinya saya mengajak anda untuk hening sejenak. Pejamkan mata, kosongkan batin dan berusahalah untuk merasakan perihnya luka-luka di sekujur tubuh Yesus Sang Raja Agung dan juga luka batinNya yang tertoreh oleh sembilu dosa saudara dan saya. Sungguh Ia tersayat-sayat karena pelanggaran-pelanggaran kita, dan sebelum peristiwa salib itu, -(pada Perjamuan Terakhir)-, Ia sesungguhnya sudah menggambarkan kenyataan yang akan terjadi padaNya; sebuah fakta tentang betapa berat sakit yang harus diterimaNya. Inilah tindakan simbolis sebelum peristiwa Golguta: Ia mengambil roti itu lalu memecah-mecahkannya sambil berkata; "inilah tubuhKu yang diserahkan karena kamu (Luk. 22:19)". Ya...tubuhNya terpecah-pecah, -(atau lebih tepatnya; tubuh itu tercabik-cabik)-, karena dosa manusia; dan itu adalah buah yang harus diterima dan harus dimakanNya agar tercipta sebuah Eden Yang Baru untuk menggantikan Eden Yang Hilang karena manusia memakan buah larangan itu.
Saudaraku...
Rasakan betapa tersiksanya Ia, namun Ia, -(dalam kepasrahan yang sempurna)-, tetap bertahan untuk menanggungnya sampai pada puncak perjuangan untuk melucuti kuasa Iblis yang akan menghancurkan kehidupan saudara dan saya, di mana terpampang tulisan pada layar: THE END. Ya...di penghujung dari perjuangan itu Ia pun berseru: "TETELESTAI".
TETELESTAI sarat dengan makna, namun ada tiga hal yang hendak saya kemukakan di sini:
Pertama:
Segala sesuatu yang telah dinubuatkan oleh para nabi tentang hidup, pelayanan dan pengorbanan dari Sang Mesias Yang Dijanjikan itu, sudah digenapi di dalam diri Yesus Sang Raja Agung dan apa yang dialamiNya adalah SEMPURNA (dalam bahasa Toraja: SUNDUN).
TETELESTAI adalah titik akhir dari korban penebusan dan korban keselamatan yang berlaku dalam zaman Perjanjian Lama, dan pengorbananNya adalah sempurna; sehingga hal ini menjadi titik awal bagi Kehidupan Yang Baru dan Pemuliaan Anak Domba Allah dan kemuliaan yang diberikan bagi mereka yang percaya. Karena itu, tidak ada lagi korban lain yang lebih agung dan mulia, yang dapat menebus manusia dari keberdosaannya dan yang memberi jaminan keselamatan untuk kehidupan yang kekal, selain Korban Yesus Sang Anak Domba Allah. Yang Lama itu TETELESTAI, dan GERBANG SORGA terbuka. Dain inilah tandanya: "Tabir Ruang Mahasuci (Tabernakel Perjanjian Lama) telah terbelah dari atas sampai ke bawah". Itulah peristiwa TETELESTAI.
Kedua:
Tuntutan Hukum Taurat yang tidak mungkin 100% dilakukan dan ditaati manusia, telah ditanggung oleh Yesus Sang Raja Agung seorang diri dalam derita dan matiNya. Yesus Sang Raja Agung telah menggenapi apa yang dituntut oleh Hukum Taurat; semua telah LUNAS DIBAYAR. Karena itu, TETELESTAI mengandung makna PENEBUSAN.
Kuk atas Hukum Taurat yang membuat manusia ada di bawah bayang-bayang maut sehingga manusia sangat jauh dari Kasih Karunia (bahasa Yunani: Eurene), kini kuk itu dipikulnya seorang diri; dan TETELESTAI adalah penggantian Kuk Yang Baru, -(yakni Salib Kristus)-, yang adalah simbol KASIH. Dan inilah fakta bahwa Kuk Yang Baru itu Enak dan Ringan (Mat. 11:30).
TETELESTAI menjadi pemakluman bahwa anda dan saya bukan lagi Manusia Lama yang hidup dalam Hukum Taurat, tetapi Manusia Baru yang hidup dalam Kasih Karunia Allah. Rasul Paulus mengatakan demikian: "siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah Ciptaan Baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya Yang Baru suda datang (2 Kor. 5:17)".
Ketiga:
TETELESTAI mau menegaskan bahwa Pertempuran antara MAUT (Kuasa Iblis) berhadapan dengan HIDUP (Yesus yang adalah sumber HIDUP). Karena itu, kita yang percaya adalah orang-orang yang sudah menang, atau dalam bahasa Rasul Paulus: "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita (Roma 8:37)".
Selamat beraktivitas.
Selamat berharap kasihNya dan selamat merayakan Kamis Putih.
Tuhan memberkati.
(Catatan : Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
No comments:
Post a Comment