Sebuah Refleksi Pribadi
Hari Ke-40 Masa Pra Paskah
Bacaan : Matius 27:62-66
(Masale, 15 April 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan Shabbat Shalom bagimu.
Dengan hati diliputi sukacita sorgawi, saya menyampaikan selamat berkontemplasi di Sabtu Sunyi.
Semoga anda dapat beria-ria di dalam Dia yang rela mati sebagai tebusan atas dosa-dosa anda.
Tuhan Yesus memberkati.
Saudaraku...
Ini adalah perenungan terakhir dalam Menapaki 40 anak tangga Via Dolorosa. 39 Refleksi Iman atas diri Yesus Sang Raja Agung yang tersalib itu menjadi bukti bahwa Jalan Derita tidak menjadi kendala bagi Allah untuk mewujudkan rencanaNya dalam memulihkan keadaan keberdosaan manusia sehingga manusia, -(saudara dan saya)-, menjadi CIPTAAN BARU. Dalam hal ini, saya sangat terkesan dengan sebuah lagu yang berjudul: "Kasih Allahku".
Liriknya demikian:
Kasih Allahku sungguh tlah terbukti, ketika Dia serahkan AnakNya.
Kasih Allah mau berkorban bagi kau dan aku.
Tiada kasih seperti kasihNya.
Bersyukur...bersyukur...bersyukurlah.
Bersyukur karena kasih setiaMu.
Kusembah...kusembah...kusembah dan kusembah.
Slama hidupku kusembah Kau Tuhan.
Saudaraku...
Sekalipun Yesus Sang Raja Agung telah dinyatakan mati dan dimakamkan di kubur Yusuf Arimatea, namun ucapan-ucapanNya sebelum peristiwa salib, masih tetap menimbulkan Kegemparan dan Ketakutan di kalangan Pemimpin Agama Yahudi, bahkan di kalangan mereka yang menyalibkan Dia. Para Pemimpin Agama itu berusaha untuk membuat simpulan di hadapan Pilatus bahwa Yesus Sang Raja Agung yang tersalib itu dan yang sekarang terkubur, pernah berkata bahwa setelah lewat tiga hari, Dia akan bangkit, tetapi hal itu tidak akan mungkin, -(menurut pikiran mereka)-, melainkan murid-muridNya akan datang mencuri mayat itu lalu mereka menyebarkan berita bahwa apa yang diucapkanNya itu benar: "Dia sungguh bangkit".
Kondisi yang sama pun dihadapi para murid. Mereka mulai berpikir bahwa para Pemimpin Agama tidak akan tinggal diam. Peristiwa Golguta tidak akan membuat mereka puas dan merasa sudah menang. Mereka akan tetap mempergunakan kekuatan Romawi (Pontius Pilatus) untuk melakukan TINDAKAN SAPU BERSIH. Pikiran seperti inilah yang membuat mereka mencari tempat yang aman. Ya..., mereka bersembunyi.
Saudaraku...
Sekarang saya mengajak saudara untuk fokus pada para Pemimpin Agama itu. Cobalah untuk masuk dalam pikiran mereka dan bayangkan apa yang sedang berkecamuk di hati mereka?
Apa sesungguhnya yang dipikirkan para Pemimpin Agama, sehingga KUBUR itu harus DIJAGA, dan yang menjaganya pun bukan orang sembarangan! Mereka yang menjaga KUBUR itu adalah "Pasukan Tentara Pilihan".
Apakah mereka takut bahwa kelompok murid Yesus Sang Raja Agung akan menggalang massa untuk melakukan demo seperti 212 atau 313 yang terjadi di Jakarta?
Tidak mungkin, bukan?
Apakah mereka takut bahwa kelompok murid Yesus Sang Raja Agung akan mengerahkan kekuatan senjata untuk melakukan perlawanan?
Tidak mungkin, bukan?
Tidakkah yang mereka pikirkan adalah: "jika perkatan Yesus Sang Raja Agung terbukti bahwa Ia sungguh bangkit, maka WIBAWA mereka di depan penguasa dan pengaruh mereka di kalangan umat (Mayoritas) akan sirna atau hancur". Karena hal ini, mereka menghalalkan banyak cara dengan membungkus semua persoalan itu dan diberi label: "PENEGAKAN SYARIAT AGAMA".
Saudaraku...
Saya tidak berandai-andai dengan kondisi kekinian kita di negeri tercinta ini. Semua persoalan tampak jelas dan semua orang sesungguhnya sadar, bahwa kegemparan yang terjadi bukan karena tuntutan penegakan KEBENARAN & KEADILAN, tetapi karena KEPENTINGAN & KEWIBAWAAN yang diperjuangkan dengan Sentimen Agama. Ada kelompok yang takut bahwa kepentingan mereka akan hancur dengan kehadiran orang lain.
Masih ingatkah saudara akan tindakan Yesus Sang Raja Agung membersihkan Bait Allah dari praktek yang tidak benar karena dibekingi oleh mereka yang merasa diri Agamis?
Masih ingatkah saudara akan kelompok yang dikritik habis oleh Yesus Sang Raja Agung yang sangat menekankan simbol-simbol agama agar mereka disegani dan dihormati? Bukankah kelompok ini kemudian digambarkan seperti kubur yang dilamur, bagian luar tampak putih dan bersih, tapi bagian dalam penuh dengan kebusukan?
Masih ingatkah saudara bahwa ada oknum yang karena kepentingan WIBAWA & KEKUASAAN lalu mencari jalan aman dengan mengikuti apa maunya kelompok mayoritas sekali pun ia tahu bahwa hal itu adalah SALAH?
Silahkan anda menarik kesimpulan sendiri! Saya hanya mau mengatakan bahwa Yesus Sang Raja Agung yang saya imani memang DAHSYAT bahkan sekali pun Ia sudah dikuburkan, Ia tetap menjadi figur yang sangat MENGGEMPARKAN. Karena itu saya tetap bangga memiliki Yesus.
Bagaimana dengan anda?
Selamat mempersiapkan diri ber-Sabtu Sunyi.
Tuhan memberkatimu.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
Hari Ke-40 Masa Pra Paskah
Bacaan : Matius 27:62-66
(Masale, 15 April 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan Shabbat Shalom bagimu.
Dengan hati diliputi sukacita sorgawi, saya menyampaikan selamat berkontemplasi di Sabtu Sunyi.
Semoga anda dapat beria-ria di dalam Dia yang rela mati sebagai tebusan atas dosa-dosa anda.
Tuhan Yesus memberkati.
Saudaraku...
Ini adalah perenungan terakhir dalam Menapaki 40 anak tangga Via Dolorosa. 39 Refleksi Iman atas diri Yesus Sang Raja Agung yang tersalib itu menjadi bukti bahwa Jalan Derita tidak menjadi kendala bagi Allah untuk mewujudkan rencanaNya dalam memulihkan keadaan keberdosaan manusia sehingga manusia, -(saudara dan saya)-, menjadi CIPTAAN BARU. Dalam hal ini, saya sangat terkesan dengan sebuah lagu yang berjudul: "Kasih Allahku".
Liriknya demikian:
Kasih Allahku sungguh tlah terbukti, ketika Dia serahkan AnakNya.
Kasih Allah mau berkorban bagi kau dan aku.
Tiada kasih seperti kasihNya.
Bersyukur...bersyukur...bersyukurlah.
Bersyukur karena kasih setiaMu.
Kusembah...kusembah...kusembah dan kusembah.
Slama hidupku kusembah Kau Tuhan.
Saudaraku...
Sekalipun Yesus Sang Raja Agung telah dinyatakan mati dan dimakamkan di kubur Yusuf Arimatea, namun ucapan-ucapanNya sebelum peristiwa salib, masih tetap menimbulkan Kegemparan dan Ketakutan di kalangan Pemimpin Agama Yahudi, bahkan di kalangan mereka yang menyalibkan Dia. Para Pemimpin Agama itu berusaha untuk membuat simpulan di hadapan Pilatus bahwa Yesus Sang Raja Agung yang tersalib itu dan yang sekarang terkubur, pernah berkata bahwa setelah lewat tiga hari, Dia akan bangkit, tetapi hal itu tidak akan mungkin, -(menurut pikiran mereka)-, melainkan murid-muridNya akan datang mencuri mayat itu lalu mereka menyebarkan berita bahwa apa yang diucapkanNya itu benar: "Dia sungguh bangkit".
Kondisi yang sama pun dihadapi para murid. Mereka mulai berpikir bahwa para Pemimpin Agama tidak akan tinggal diam. Peristiwa Golguta tidak akan membuat mereka puas dan merasa sudah menang. Mereka akan tetap mempergunakan kekuatan Romawi (Pontius Pilatus) untuk melakukan TINDAKAN SAPU BERSIH. Pikiran seperti inilah yang membuat mereka mencari tempat yang aman. Ya..., mereka bersembunyi.
Saudaraku...
Sekarang saya mengajak saudara untuk fokus pada para Pemimpin Agama itu. Cobalah untuk masuk dalam pikiran mereka dan bayangkan apa yang sedang berkecamuk di hati mereka?
Apa sesungguhnya yang dipikirkan para Pemimpin Agama, sehingga KUBUR itu harus DIJAGA, dan yang menjaganya pun bukan orang sembarangan! Mereka yang menjaga KUBUR itu adalah "Pasukan Tentara Pilihan".
Apakah mereka takut bahwa kelompok murid Yesus Sang Raja Agung akan menggalang massa untuk melakukan demo seperti 212 atau 313 yang terjadi di Jakarta?
Tidak mungkin, bukan?
Apakah mereka takut bahwa kelompok murid Yesus Sang Raja Agung akan mengerahkan kekuatan senjata untuk melakukan perlawanan?
Tidak mungkin, bukan?
Tidakkah yang mereka pikirkan adalah: "jika perkatan Yesus Sang Raja Agung terbukti bahwa Ia sungguh bangkit, maka WIBAWA mereka di depan penguasa dan pengaruh mereka di kalangan umat (Mayoritas) akan sirna atau hancur". Karena hal ini, mereka menghalalkan banyak cara dengan membungkus semua persoalan itu dan diberi label: "PENEGAKAN SYARIAT AGAMA".
Saudaraku...
Saya tidak berandai-andai dengan kondisi kekinian kita di negeri tercinta ini. Semua persoalan tampak jelas dan semua orang sesungguhnya sadar, bahwa kegemparan yang terjadi bukan karena tuntutan penegakan KEBENARAN & KEADILAN, tetapi karena KEPENTINGAN & KEWIBAWAAN yang diperjuangkan dengan Sentimen Agama. Ada kelompok yang takut bahwa kepentingan mereka akan hancur dengan kehadiran orang lain.
Masih ingatkah saudara akan tindakan Yesus Sang Raja Agung membersihkan Bait Allah dari praktek yang tidak benar karena dibekingi oleh mereka yang merasa diri Agamis?
Masih ingatkah saudara akan kelompok yang dikritik habis oleh Yesus Sang Raja Agung yang sangat menekankan simbol-simbol agama agar mereka disegani dan dihormati? Bukankah kelompok ini kemudian digambarkan seperti kubur yang dilamur, bagian luar tampak putih dan bersih, tapi bagian dalam penuh dengan kebusukan?
Masih ingatkah saudara bahwa ada oknum yang karena kepentingan WIBAWA & KEKUASAAN lalu mencari jalan aman dengan mengikuti apa maunya kelompok mayoritas sekali pun ia tahu bahwa hal itu adalah SALAH?
Silahkan anda menarik kesimpulan sendiri! Saya hanya mau mengatakan bahwa Yesus Sang Raja Agung yang saya imani memang DAHSYAT bahkan sekali pun Ia sudah dikuburkan, Ia tetap menjadi figur yang sangat MENGGEMPARKAN. Karena itu saya tetap bangga memiliki Yesus.
Bagaimana dengan anda?
Selamat mempersiapkan diri ber-Sabtu Sunyi.
Tuhan memberkatimu.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
No comments:
Post a Comment