
Hari Ketujuh Minggu Paskah
Bacaan : Yohanes 21 : 1 - 19
(Masale, 22 April 2017 - Pdt. Joni Delima)
Selamat pagi dan Shabbat Shalom bagimu.
Semoga hidup anda terus diberkati Tuhan.
Saudara-saudaraku...
Hari-hari kedukaan pasca peristiwa Golguta dan ketidak-tahuan untuk memaknai kubur kosong, membuat para murid kembali ke kehidupannya yang lama. Kleopas dan temannya kembali ke Emaus, Simon yang disebut Petrus itu bersama-sama teman-temannya pun kembali ke Danau Tiberias. Semua kembali ke rutinitasnya dengan perasaan kecewa, dan beban kekecewaan itu membuat mereka tidak mendapat apa-apa. Sekali pun telah semalam-malaman mereka menjala ikan, namun tak seekor pun yang didapatkannya.
Tapi, apakah Tuhan Yesus membiarkan keadaan ini?
Ternyata tidak!
Tuhan Yesus adalah jawaban atas kehampaan. Di dalam Tuhan, tidak ada Nihilisme atau pun Patalisme. Bahkan sekali pun Ia telah memberi apa yang ada pada kita, namun Ia tetap menyediakan apa yang sangat mendesak untuk kita nikmati.
Saudaraku...
Inilah bukti bahwa Tuhan sangat peduli pada keadaan kita. Diceritakan bahwa ketika mereka telah tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ada ikan dan roti. Kata Tuhan Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah".
Sesudah sarapan, Tuhan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?".
Sangat indah bahwa kata yang dipakai oleh Tuhan Yesus untuk meminta bukti kasih Petrus terhadap diriNya adalah : "Agape". Jadi Kasih yang diharapkan dari Petrus terhadap Tuhan adalah "Kasih Yang Tak Berharap Pamrih".
Tapi apa jawaban Petrus?
Petrus memberi jawab: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau".
Tapi jawaban kasih yang terselip dalam ungkapan Petrus adalah "Philia", bukan "Agape". Philia adalah tindakan kasih yang tergambar seperti kasih orangtua terhadap anaknya, atau anak terhadap orangtuanya. Philia adalah tindakan kasih yang masih bergantung atau dipengaruhi oleh kepentingan: "aku mengasihi engkau karena itu engkau harus mengasihi aku".
Dua kali Tuhan Yesus bertanya kepada Petrus dengan memakai kata Agape: "(15)....Simon 'Ioannou, Agapas me pleon touton....(16)...Simon 'Ioannou, Agapas me...". Tapi 2 kali jawaban Simon dengan mempergunakan kata Philia: "(15)...su oidas oti phileo se...(16)...su oidas oti phileo se...".
Ya...Tuhan Yesus sangat mengharapkan Kasih yang sempurna dari Petrus dan juga dari setiap orang yang percaya kepadaNya, namun terkadang kondisi mempengaruhi kasih kita kepadaNya. Dan Tuhan mengerti akan hal tersebut. Karena itu, pertanyaan yang ketiga mengikuti jalan pikiran Petrus dan juga jalan pikiran kita: "17)...Simon 'Ioannou, phileis me...". Sekalipun jawaban Petrus belum memuaskan Tuhan Yesus, namun Tuhan Yesus menerimanya dan berkata: "Gembalakanlah domba-dombaKu".
Ya...saya mau mengatakan hal ini: sekali pun kasih kita kepada Tuhan belum sempurna bahkan jauh dari kesempurnaan, namun Tuhan menerima keadaan kita. Tuhan tidak menuntut lebih dari pada yang kita tidak mampu buat.
Tapi...
Tahukah saudara-saudara...
Mengapa Tuhan Yesus bertanya kepada Petrus sampai tiga kali?
Hal ini berawal dari sebuah "Perapian" dan karena itu harus diakhiri pula di sebuah "Perapian". Dan kita tahu bahwa sebelum perapian yang pertama terjadi, Patrus adalah sosok yang paling bersemangat dalam menyatakan komitmennya mengikut Tuhan Yesus. Ia dengan berani menyatakan bahwa dirinya tidak akan pernah mengecewakan Tuhan Yesus; ia tidak akan takut sekali pun ia harus dipenjarakan bahkan nyawanya harus melayang demi mempertahankan komitmennya itu.
Tapi apa yang terjadi?
Di perapian yang pertama itu, di mana para hamba Imam Besar dan juga pejabat-pejabat tertentu berdiri berkeliling menghangatkan diri mereka (Yoh. 18:18), Petrus bergabung dengan mereka. Dan inilah tindakan konyol yang dilakukannya. Selangkah demi selangkah ia menyangkali komitmentnya itu. Tiga kali ia ditanya seorang hamba perempuan, tiga kali pula ia menyangkali hubungannya dengan Tuhan Yesus. Bahkan yang fatal, ia bersumpah dan mengumpat bahwa ia sungguh-sungguh tidak mengenal orang yang bernama Yesus: "non novi illum (Luk. 22:57)".
Berawal dari sini, mulailah Petrus menyesali hidupnya. Setelah berbuat dosa sampai taraf yang sulit dipercaya, Petrus tidak pernah lepas dari rasa bersalah yang sungguh karena pengkhianatannya itu. Kehidupan bagi Petrus sudah kehilangan sinarnya.
Perapian yang kedua mengingatkan Petrus pada perapian pertama. Aromanya saja sudah membawa kembali kenangan tentang penyangkalan itu. Yesus tahu apa yang sudah dilakukan Petrus dan juga Ia tahu apa yang ada dalam hati Petrus akibat penyangkalannya itu. Yesus tahu bahwa peristiwa kebangkitan tidak akan pernah dapat menghilangkan perasaan bersalah karena penyangkalan itu. Kenangan pada perapian itu selalu menghantui diri Petrus. Karena itu, Yesus secara pribadi menjumpai Petrus dengan ingatan pada API itu, yaitu API PENYANGKALAN dan Ia mau mengubahnya menjadi API BERKAT. Hanya dengan jalan itu, hati Petrus yang penuh penyesalan karena penyangkalan itu, dapat dipulihkan kembali.
Saudaraku...
Ada lagi yang sangat istimewa dari peristiwa itu, yakni: "Angka Tiga".
Angka tiga menjadi peringatan pada penyangkalan Petrus atas Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yoh. 1:29), dan betapa luar biasa leganya hati Petrus ketika dia mendapatkan jawaban dari Anak Domba Allah yang dia sangkali itu, yang ternyata tidak menjatuhkan hukuman atas pengkhianatan yang sudah dia lakukan. Tuhan Yesus tidak berkata bahwa, "sudahlah...tak mengapa....lupakan saja". Tuhan Yesus tidak berkata seperti itu. Ia hanya berharap bahwa Perapian itulah yang akan berbicara banyak kepada Petrus.
Tiga kali Tuhan Yesus bertanya, dan tiga kali pula Petrus menjawab, dan atas jawaban itu, tiga kali pula Tuhan Yesus menugaskan kembali muridNya yang sudah jatuh itu agar bekerja untukNya: "Gembalakanlah domba-dombaKu".
Coba anda bayangkan, seorang yang sudah disakiti, ternyata masih memberi tanggung jawab yang besar kepada orang yang sudah menyakitinya. Dan itulah Tuhan kita. TanganNya selalu terbuka untuk menyambut kita, dan Ia tidak pernah mempermasalahkan apa yang sudah terjadi. Yang penting adalah kesiapan kita untuk dipulihkan dan kesediaan kita untuk dipakai bagi pekerjaan pelayananNya, yakni menghadirkan Damai Sejahtera. Karena itu, berilah diri anda untuk dipakai olehNya dan Tuhan akan melakukan banyak perkara besar melalui kehidupan anda.
Selamat beraktivitas.
Tuhan memberkatimu.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
No comments:
Post a Comment