Laman

Saturday, September 30, 2017

Kerjakanlah Keselamatanmu

Khotbah Untuk Ibadah Raya Minggu
Tanggal 1 Oktober 2017
.
Gereja Toraja Jemaat Masale.

Akta Khusus:
1). Hari Perjamuan Kudus Sedunia.
2). Baptisan Kudus - Melona Christabel Dendang.

Bacaan : Filipi 2 : 1 - 13


Saudaraku....
Selamat pagi dan shalom bagimu...
Merujuk pada bacaan firman pagi ini, maka saya lebih memilih tema:
"Hidup Sebagaimana Kristus Menjalani Hidup".

Satu pertanyaan yang menurut saya sangat tepat untuk mengantar kita menyelami dan memaknai firman Tuhan hari ini adalah:

Apakah sesungguhnya tujuan utama dari hidup kekristenan kita?.

Atau:

Kehidupan yang bagaimana, -(yang seharusnya)-, kita jalani sebagaimana yang Tuhan kehendaki?.

Pertanyaan seperti ini menurut saya, wajar saja diajukan kepada setiap pribadi yang mengklaim dirinya sebagai "murid atau pengikut Tuhan Yesus", -(bahkan yang lebih ekstrim lagi)-, menyebut dirinya sebagai "anak-anak Tuhan", namun kenyataannya, kehidupan yang dijalaninya dalam kata dan perbuatan tidak berpadanan dengan yang Tuhan Yesus kehendaki.
Saya berani mengatakan bahwa banyak lembaga gereja dan para pejabatnya (Pendeta, Penatua dan Diaken), termasuk juga, banyak warga jemaat yang telah kehilangan "Roh Yesus Kristus" yakni "Roh yang rela meng-HAMBA-kan diri bagi yang lain". Gereja sekarang ini terbelenggu oleh rantai "EGOISME" sehingga warna "KOMUNI" yang menjadi hakekat Gereja itu pudar bahkan terhapus sama sekali. Banyak lembaga Gereja dan pejabat gerejawi, serta banyak juga warga jemaat yang tidak lagi hidup sebagaimana Kristus telah hidup. Padahal dalam 1 Yoh. 2:6 dicatat tentang tujuan utama hidup kekristenan itu, yakni: "barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup".

Mungkin anda bertanya dalam hati:
Apa artinya hidup sebagaimana Kristus telah hidup?.

Cara hidup Kristus adalah:
"Ia telah MENGOSONGKAN diriNya sendiri, mengambil rupa seorang HAMBA dan menjadi sama dengan MANUSIA. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah me-RENDAH-kan diriNya dan taat sampai MATI bahkan mati di KAYU SALIB (Flp. 2:7-8)".

Perhatikan rangkaian kata-kata yang dipergunakan dan hal itu menunjukkan bagaimana Kristus telah hidup sehingga dengan itu pula kita harus hidup, yakni:
1). Mengosongkan diri.
2). Menjadi Hamba.
3). Sama dengan manusia.
4). Merendahkan diri.
5). Taat sampai mati.
6). Mati di Kayu Salib.

Ya...setiap orang wajib hidup dalam "Roh Yesus Kristus", yakni "Roh yang rendah hati untuk menjadi pelayan, bukan untuk dilayani; menjadi hamba bukan menjadi tuan". Setiap orang yang hidup sama seperti Kristus telah hidup, maka ia tidak lagi memikirkan dirinya sendiri, atau tidak mencari kesenangan untuk dirinya sendiri dengan mengorbankan orang lain; tetapi ia memikirkan orang lain lebih dari pada ia memikirkan dirinya sendiri, dan juga memikirkan kesenangan orang lain lebih dari pada memikirkan dan mementingkan kesenangan dirinya sendiri. Singkatnya, setiap orang yang hidup sama seperti Kristus telah hidup akan menganggap orang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.

Saudaraku...
Banyak orang Kristen yang kebablasan menjalani kehidupan rohaninya. Mereka telah menampilkan dirinya sebagai Orang Farisi Zaman Baru dan Ahli Taurat Era Dunia Modern. Merasa diri telah banyak menyumbang dan banyak berjasa dalam jemaat, lalu menuntut agar dirinya dihormati dan dihargai bahkan kalau bisa ia harus dipertuan.

Jujur harus kita akui bahwa banyak orang yang mengklaim dirinya "anak Tuhan" bahkan "hamba Tuhan" namun karena mereka telah kaya raya, merasa dirinya telah menjadi tokoh yang berpengaruh dalam masyarakat; punya jabatan, punya kedudukan, punya seabrek gelar, atau merasa diri punya segala-galanya; lalu menjadi tinggi hati dan tanpa sadar memandang dan menganggap rendah orang lain.

Saya sendiri sering merasa risih dan merasa malu menyaksikan kenyataan seperti itu. Karena itu, saya bertanya pada diri saya sendiri:

Apa lebihnya kita dari Tuhan?.

Apa hebatnya kita dari pada Tuhan lalu kita sombong dan atau tinggi hati dengan membusungkan dada di hadapanNya?.

Tidakkah kita ini hanyalah debu?.

Tidakkah keagungan dan kesemarakan hanyalah sementara dan sifatnya semu?.

Tidakkah semua yang ada dan yang melekat pada diri kita akan sirna dan tak memiliki arti?
.

Tidakkah kita telanjang dan tidak membawa apa-apa ketika kita dilahirkan, maka demikian pula ketika kita meninggalkan dunia ini, kita akan pulang telanjang dan tidak membawa apa-apa?.

Lalu apa yang harus kita banggakan jika pada akhirnya hidup ini berakhir pada kehampaan?.

Karena itu, saya hanya berpikir; bagaimana saya harus mengelolah hidup saya yang singkat ini agar bermakna bagi dunia dan bagi Tuhan. Itulah sebabnya saya sangat terisnpirasi dengan sebuah ungkapan bahasa Latin: "Quam bene vivas, non quam diu refert = bukan berapa lama anda hidup itu yang penting, tetapi bagaimana anda hidup dengan baik, itulah yang terpenting".
Ya...bukan karena hebatnya kita dalam melayani itu yang utama, tetapi yang lebih utama dan hal itulah yang dicari Tuhan, yakni: "apakah kita telah mengosongkan diri kita menjadi hamba yang melayani, sehingga hidup kita menjadi berkat bagi orang lain".

Saudaraku...
Saya hanya mau mengingatkan saudara sebagaimana firman Tuhan yang tercatat dalam Yak. 4:10.... "Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu". Dan hal ini sejalan dengan Sabda Tuhan Yesus sendiri: "Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Mat. 23:12)".

Jadi hiduplah sebagaimana Kristus telah hidup, maka Allah akan membuat hidup anda semakin bermakna dan anda pun layak bagi kerajaanNya.

Tuhan Yesus memberkati.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love