Sebuah Refleksi Pribadi
Bacaan : Keluaran 1 : 15 - 21.
(Masale, 23 November 2017 - Pdt. Joni Delima)
Shalom bagimu.
Semoga hari ini hidup anda terus diberkati.
Saudaraku...
Berbuat baik kepada orang yang kita kenal ataukah kepada sahabat, atau teman atau keluarga sendiri; adalah hal yang lumrah. Namun berbuat baik untuk orang yang tidak kita kenal, terlebih kepada seorang yang menjadi ancaman bagi kelangsungan karier atau usaha kita, ancaman bagi keselamatan kita, ancaman bagi kelangsungan dan kebahagiaan hidup keluarga kita, -(katakanlah, bahwa orang yang kita pandang itu adalah musuh bebuyutan)-, adalah sesuatu yang tidak biasa kita temukan ataukah kita lakukan; dan ada orang yang melakukannya ataukah kita sendiri yang melakukannya, maka hal tersebut dianggap sebagai sebuah kebodohan atau kekonyolan.
Tetapi apa yang dilakukan Bidan Sifra dan Bidan Pua, menjadi sebuah tamparan keras kepada setiap orang yang memilih-milih kepada siapa ia harus berbuat baik. Bayangkan saja, di tengah upaya Raja Firaun untuk melakukan pembersihan (katakanlah: Genosida), Sifra dan Pua berani mengambil sikap untuk melawan arus dengan menolak untuk melakukan apa yang diperintahkan Raja Firaun kepada mereka. Mereka adalah pribadi yang berintegritas, yang tidak akan pernah memberangus suara hati nuraninya. Nurani mereka tidak dapat ditukar dengan uang atau pun jabatan.
Benar bahwa tindakan Sifra dan Pua adalah tindakan BODOH dan KONYOL, sebab sudah pasti mereka akan kehilangan pekerjaan dan bahkan nyawa mereka ada dalam ancaman/bahaya. Tetapi itu adalah jalan pikiran para penjilat; orang-orang yang gila harta, gila kekuasaan dan gila jabatan namun tidak berlaku bagi Sifra dan Pua. Orang-orang yang berpikiran "Asal Bapa Senang dan Bapa Menang" akan menghalalkan banyak cara demi mempertahankan dan memperjuangkan kepentingannya, sehingga mereka memberangus suara hati nuraninya.
Tentu masih segar dalam ingatan kita hingar-bingarnya pemilukada Jakarta kemarin, bagaimana jalan pikiran sekelompok orang yang nuraninya sudah mati rasa hingga berkata: "Biar koruptor, yang penting seiman". Dan yang lebih fatal lagi, mereka yang berbeda pilihan dengan kelompok ini, maka kalau ajal menjemput maka jenazah mereka dikatakan: "haram hukumnya untuk disholatkan".
Saudaraku...
Bagian firman Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk bercermin pada apa yang diperbuat Bidan Sifra dan Bidan Pua. Walau mereka tidak mengenal Allah yang disembah oleh bangsa Israel, tetapi karakter yang dipertontonkan melalui kebaikan hati mereka untuk membiarkan kehidupan bertumbuh, telah menarik hati Tuhan sehingga Tuhan memberkati mereka. Dan saya harus jujur mengatakan bahwa sudah sewajarnya setiap orang yang mengklaim dirinya sebagai anak-anak Tuhan, merasa malu ketika membaca kisah ini.
Ya...
Betapa memalukan jika kita yang percaya kepada Tuhan Yesus yang seharusnya melakukan apa yang Tuhan Yesus perintahkan, ternyata kita hanya berdiam diri hanya karena takut kehilangan ini dan itu; sedangkan kita menyaksikan bagaimana orang lain yang notabene bukan orang percaya, justru mereka hidup dan melakukan apa yang Tuhan Yesus minta.
Ingatlah...
Tuhan Yesus meminta anda dan saya untuk menjadi pioner dalam tindakan KEBAJIKAN ketika Ia bersabda:
"Hendaklah terangmu bercahaya di depan orang banyak, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Mat. 5:16)".
Saudaraku...
Menjadi Orang Baik memang sering disalah-mengerti. Tetapi tetaplah menjadi Orang Baik. Dan inilah yang menjadi catatan akhir yang saya kutip dari sumber yang sudah saya tidak ingat lagi:
Mengapa Orang Baik sering tersakiti?.
Karena Orang Baik selalu mendahulukan orang lain. Dalam ruang kebahagiaannya, ia tidak menyediakan tempat yang lapang untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang lain. Ia hanya menyisahkan sedikit sekali ruang untuk dirinya.
Mengapa Orang Baik kerap tertipu?.
Karena Orang Baik selalu memandang orang lain tulus seperti dirinya. Ia tidak menyisahkan sedikitpun prasangka bahwa orang yang ia pandang penyayang mampu mengkhianatinya.
Mengapa Orang Baik sering meneteskan airmata?.
Karena Orang Baik tidak ingin membagi kesedihannya. Ia terbiasa mengobati sendiri lukanya dan percaya bahwa suatu masa, Yang Maha Kuasa akan mengganti kesabarannya.
Namun Orang Baik tidak pernah membenci yang melukainya.
Karena Orang Baik selalu memandang bahwa di atas semua, Yang Maha Kuasa hakikatnya. Jika Orang Baik digiring, ia melihat itu sebagai Kehendak Yang Kuasa. Bagaimana mungkin ia akan mendebat kehendakNya. Itulah sebabnya, Orang Baik tidak memiliki Almari Dendam dalam kalbunya. Jika anda membuka laci-laci di hatinya, yang akan anda temukan hanyalah Cinta-Kasih yang dimilikinya.
Semoga anda adalah salah satu dari Orang Baik itu.
Selamat menjadi yang terbaik.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
Bacaan : Keluaran 1 : 15 - 21.
(Masale, 23 November 2017 - Pdt. Joni Delima)
Shalom bagimu.
Semoga hari ini hidup anda terus diberkati.
Saudaraku...
Berbuat baik kepada orang yang kita kenal ataukah kepada sahabat, atau teman atau keluarga sendiri; adalah hal yang lumrah. Namun berbuat baik untuk orang yang tidak kita kenal, terlebih kepada seorang yang menjadi ancaman bagi kelangsungan karier atau usaha kita, ancaman bagi keselamatan kita, ancaman bagi kelangsungan dan kebahagiaan hidup keluarga kita, -(katakanlah, bahwa orang yang kita pandang itu adalah musuh bebuyutan)-, adalah sesuatu yang tidak biasa kita temukan ataukah kita lakukan; dan ada orang yang melakukannya ataukah kita sendiri yang melakukannya, maka hal tersebut dianggap sebagai sebuah kebodohan atau kekonyolan.
Tetapi apa yang dilakukan Bidan Sifra dan Bidan Pua, menjadi sebuah tamparan keras kepada setiap orang yang memilih-milih kepada siapa ia harus berbuat baik. Bayangkan saja, di tengah upaya Raja Firaun untuk melakukan pembersihan (katakanlah: Genosida), Sifra dan Pua berani mengambil sikap untuk melawan arus dengan menolak untuk melakukan apa yang diperintahkan Raja Firaun kepada mereka. Mereka adalah pribadi yang berintegritas, yang tidak akan pernah memberangus suara hati nuraninya. Nurani mereka tidak dapat ditukar dengan uang atau pun jabatan.
Benar bahwa tindakan Sifra dan Pua adalah tindakan BODOH dan KONYOL, sebab sudah pasti mereka akan kehilangan pekerjaan dan bahkan nyawa mereka ada dalam ancaman/bahaya. Tetapi itu adalah jalan pikiran para penjilat; orang-orang yang gila harta, gila kekuasaan dan gila jabatan namun tidak berlaku bagi Sifra dan Pua. Orang-orang yang berpikiran "Asal Bapa Senang dan Bapa Menang" akan menghalalkan banyak cara demi mempertahankan dan memperjuangkan kepentingannya, sehingga mereka memberangus suara hati nuraninya.
Tentu masih segar dalam ingatan kita hingar-bingarnya pemilukada Jakarta kemarin, bagaimana jalan pikiran sekelompok orang yang nuraninya sudah mati rasa hingga berkata: "Biar koruptor, yang penting seiman". Dan yang lebih fatal lagi, mereka yang berbeda pilihan dengan kelompok ini, maka kalau ajal menjemput maka jenazah mereka dikatakan: "haram hukumnya untuk disholatkan".
Saudaraku...
Bagian firman Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk bercermin pada apa yang diperbuat Bidan Sifra dan Bidan Pua. Walau mereka tidak mengenal Allah yang disembah oleh bangsa Israel, tetapi karakter yang dipertontonkan melalui kebaikan hati mereka untuk membiarkan kehidupan bertumbuh, telah menarik hati Tuhan sehingga Tuhan memberkati mereka. Dan saya harus jujur mengatakan bahwa sudah sewajarnya setiap orang yang mengklaim dirinya sebagai anak-anak Tuhan, merasa malu ketika membaca kisah ini.
Ya...
Betapa memalukan jika kita yang percaya kepada Tuhan Yesus yang seharusnya melakukan apa yang Tuhan Yesus perintahkan, ternyata kita hanya berdiam diri hanya karena takut kehilangan ini dan itu; sedangkan kita menyaksikan bagaimana orang lain yang notabene bukan orang percaya, justru mereka hidup dan melakukan apa yang Tuhan Yesus minta.
Ingatlah...
Tuhan Yesus meminta anda dan saya untuk menjadi pioner dalam tindakan KEBAJIKAN ketika Ia bersabda:
"Hendaklah terangmu bercahaya di depan orang banyak, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Mat. 5:16)".
Saudaraku...
Menjadi Orang Baik memang sering disalah-mengerti. Tetapi tetaplah menjadi Orang Baik. Dan inilah yang menjadi catatan akhir yang saya kutip dari sumber yang sudah saya tidak ingat lagi:
Mengapa Orang Baik sering tersakiti?.
Karena Orang Baik selalu mendahulukan orang lain. Dalam ruang kebahagiaannya, ia tidak menyediakan tempat yang lapang untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang lain. Ia hanya menyisahkan sedikit sekali ruang untuk dirinya.
Mengapa Orang Baik kerap tertipu?.
Karena Orang Baik selalu memandang orang lain tulus seperti dirinya. Ia tidak menyisahkan sedikitpun prasangka bahwa orang yang ia pandang penyayang mampu mengkhianatinya.
Mengapa Orang Baik sering meneteskan airmata?.
Karena Orang Baik tidak ingin membagi kesedihannya. Ia terbiasa mengobati sendiri lukanya dan percaya bahwa suatu masa, Yang Maha Kuasa akan mengganti kesabarannya.
Namun Orang Baik tidak pernah membenci yang melukainya.
Karena Orang Baik selalu memandang bahwa di atas semua, Yang Maha Kuasa hakikatnya. Jika Orang Baik digiring, ia melihat itu sebagai Kehendak Yang Kuasa. Bagaimana mungkin ia akan mendebat kehendakNya. Itulah sebabnya, Orang Baik tidak memiliki Almari Dendam dalam kalbunya. Jika anda membuka laci-laci di hatinya, yang akan anda temukan hanyalah Cinta-Kasih yang dimilikinya.
Semoga anda adalah salah satu dari Orang Baik itu.
Selamat menjadi yang terbaik.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaat Masale).
No comments:
Post a Comment