Sebuah Refleksi Pribadi
Bacaan : Matius 18 : 6 - 11.
(Masale, 20 November 2017 - Pdt. Joni Delima).
Shalom bagimu.
Semoga hari ini hidup anda diberkati dan diliputi sukacita.
Saudaraku...
Saya sering dibuat heran, bahkan boleh jadi, andapun demikian, bahwa begitu banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai anak-anak Tuhan, yang begitu mudahnya mengatakan: "YA dan AMIN akan kebenaran firman bahwa Tuhan itu ada dan Tuhanlah yang berkuasa untuk menentukan selamat atau tidaknya seseorang", namun faktanya, mereka tidak hidup menurut apa yang Tuhan mau dan juga tidak ada sedikitpun rasa takut pada penghukuman kekal yang telah tersedia bagi yang tidak setia.
Bagi saya, percaya bahwa Tuhan itu ada, belumlah cukup untuk dijadikan standar atau ukuran bahwa anda sungguh-sungguh seorang yang beriman.
Mengapa?.
Karena Iblispun lebih hebat dalam hal seperti itu. Iblis tahu bahwa Tuhan itu ada dan dalam hal pengetahuan akan firman Tuhan, Iblis jauh lebih hebat dalam menafsirkannya. Sebegitu hebatnya Iblis dalam hal pengetahuan akan firman Tuhan, sehingga Iblis mampu mengecoh manusia dan membuatnya jatuh ke dalam dosa, bukan?
Dalam kisah pencobaan, Iblis berusaha meyakinkan Tuhan Yesus dengan mengutip apa yang tertulis dalam Mazmur 91:11-12 demikian:
"Sebab malaikat-malaikatNya akan diperintahkannya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu (bdk.: Lukas 4:10-11)".
Dan inilah yang mungkin anda belum tahu bahwa ternyata Iblis sendiri mengakui: "Yesus adalah Anak Allah Yang Mahatinggi, yang mempunyai kuasa untuk menjatuhkan hukuman (Mat. 8:29, Mark. 5:7 dan Luk. 8:28".
Jadi Iblis dengan sangat mendetail tahu tentang siapa itu Tuhan dan juga Iblis juga hafal tentang firman Tuhan, namun untuk mereka telah tersedia hukuman kekal dalam api yang tak terpadamkan.
Apa yang salah dalam hal ini?
Yang salah terletak pada tujuan mereka yang jahat dan tidak sedikitpun rasa empati untuk melakukan yang terbaik kepada orang yang sudah jatuh.
Ingatlah bahwa begitu banyak orang yang mengikut Tuhan Yesus namun tidak semuanya tulus mengambil komitmen untuk sungguh-sungguh memberi hidupnya menjadi pengikut Yesus. Di antara orang banyak itu, ada pula Ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, para Herodian dan orang-orang Saduki, termasuk orang-orang yang merasa dirinya telah sempurna dalam hal memenuhi tuntutan Hukum Taurat. Mereka-mereka ini menyebut Tuhan Yesus dengan sebutan-sebutan yang menunjuk pada kuasa yang diterimaNya dari Allah: "Rabbuni atau Guru Yang Baik, Utusan Allah atau Nabi", tetapi sebutan itu hanya untuk menjebak, menjerat dan menjatuhkan Tuhan Yesus sehingga ada alasan untuk menuduh Tuhan Yesus sebagai "Pelanggar Tahuid/Taurat". Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Tuhan Yesus melayani orang-orang yang lapar dan haus, bagaimana Tuhan Yesus dengan penuh sentuhan kasih sayang meneguhkan yang kehilangan harapan serta memulihkan keadaan mereka yang sakit; namun mereka hanya menjadi penonton, dia dan tidak melakukan apa-apa. Mereka sungguh hebat dalam membicarakan hukum-hukum Taurat, namun miskin dalam prakteknya. Mereka begitu mudah untuk mempersalahkan orang lain, namun sulit untuk menyadari akan kelemahan dan kesalahan diri sendiri.
Saudaraku...
Betapa keras peringatan Tuhan Yesus melalui firmanNya hari ini: "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari akan-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut".
Siapakah "anak-anak kecil" yang dimaksudkan Tuhan Yesus di sini?.
Kata dalam bahasa Yunani (bahasa yang dipakai untuk Perjanjian Baru), ini bukan PAIDIA = anak-anak kecil dalam artian usianya, tetapi MIKROI.
Siapakah itu MIKROI?.
MIKROI adalah orang-orang yang sederhana, yang pendidikan dan pengetahuannya sangat terbatas bahkan sama sekali tidak mengecap dunia pendidikan formal, yang status sosial mereka dianggap rendah dalam masyarakat, mereka yang dianggap sampah masyarakat, yang hidup dalam kemiskinan dan kepapaan.
Ya...mereka adalah orang-orang hina dalam pandangan dunia. Namun, sekali pun keadaan mereka seperti itu, mereka tetap dengan setia mengikut Tuhan Yesus, mereka dengan setia menaruh percaya kepada Tuhan Yesus, di mana seluruh hidup dan harapan mereka diletakkan pada kuasa dan kehendak Tuhan Yesus.
Kepada orang-orang yang demikian, keberpihakan Tuhan Yesus dinyatakan. Sehingga ketika anda tidak menaruh rasa empati sedikitpun bahkan cenderung melecehkan mereka; maka kelak ungkapan dari Tuhan Yesus inilah yang akan anda terima: "Enyahlah daripadaKu, hai kamu orang-orang yang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah tersedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya (baca: Matius 25:31-46)".
Karena itu saudaraku...
Kata kunci agar kita terhindar dari jiwa penyesatan adalah:
"Usahakanlah dirimu untuk menjadi berkat bagi sesama. Hargai siapapun juga tanpa memandang muka".
Selamat beraktifitas.
Selamat untuk menjadi berkat bagi sesama.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaar Masale).
Bacaan : Matius 18 : 6 - 11.
(Masale, 20 November 2017 - Pdt. Joni Delima).
Shalom bagimu.
Semoga hari ini hidup anda diberkati dan diliputi sukacita.
Saudaraku...
Saya sering dibuat heran, bahkan boleh jadi, andapun demikian, bahwa begitu banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai anak-anak Tuhan, yang begitu mudahnya mengatakan: "YA dan AMIN akan kebenaran firman bahwa Tuhan itu ada dan Tuhanlah yang berkuasa untuk menentukan selamat atau tidaknya seseorang", namun faktanya, mereka tidak hidup menurut apa yang Tuhan mau dan juga tidak ada sedikitpun rasa takut pada penghukuman kekal yang telah tersedia bagi yang tidak setia.
Bagi saya, percaya bahwa Tuhan itu ada, belumlah cukup untuk dijadikan standar atau ukuran bahwa anda sungguh-sungguh seorang yang beriman.
Mengapa?.
Karena Iblispun lebih hebat dalam hal seperti itu. Iblis tahu bahwa Tuhan itu ada dan dalam hal pengetahuan akan firman Tuhan, Iblis jauh lebih hebat dalam menafsirkannya. Sebegitu hebatnya Iblis dalam hal pengetahuan akan firman Tuhan, sehingga Iblis mampu mengecoh manusia dan membuatnya jatuh ke dalam dosa, bukan?
Dalam kisah pencobaan, Iblis berusaha meyakinkan Tuhan Yesus dengan mengutip apa yang tertulis dalam Mazmur 91:11-12 demikian:
"Sebab malaikat-malaikatNya akan diperintahkannya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu (bdk.: Lukas 4:10-11)".
Dan inilah yang mungkin anda belum tahu bahwa ternyata Iblis sendiri mengakui: "Yesus adalah Anak Allah Yang Mahatinggi, yang mempunyai kuasa untuk menjatuhkan hukuman (Mat. 8:29, Mark. 5:7 dan Luk. 8:28".
Jadi Iblis dengan sangat mendetail tahu tentang siapa itu Tuhan dan juga Iblis juga hafal tentang firman Tuhan, namun untuk mereka telah tersedia hukuman kekal dalam api yang tak terpadamkan.
Apa yang salah dalam hal ini?
Yang salah terletak pada tujuan mereka yang jahat dan tidak sedikitpun rasa empati untuk melakukan yang terbaik kepada orang yang sudah jatuh.
Ingatlah bahwa begitu banyak orang yang mengikut Tuhan Yesus namun tidak semuanya tulus mengambil komitmen untuk sungguh-sungguh memberi hidupnya menjadi pengikut Yesus. Di antara orang banyak itu, ada pula Ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, para Herodian dan orang-orang Saduki, termasuk orang-orang yang merasa dirinya telah sempurna dalam hal memenuhi tuntutan Hukum Taurat. Mereka-mereka ini menyebut Tuhan Yesus dengan sebutan-sebutan yang menunjuk pada kuasa yang diterimaNya dari Allah: "Rabbuni atau Guru Yang Baik, Utusan Allah atau Nabi", tetapi sebutan itu hanya untuk menjebak, menjerat dan menjatuhkan Tuhan Yesus sehingga ada alasan untuk menuduh Tuhan Yesus sebagai "Pelanggar Tahuid/Taurat". Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Tuhan Yesus melayani orang-orang yang lapar dan haus, bagaimana Tuhan Yesus dengan penuh sentuhan kasih sayang meneguhkan yang kehilangan harapan serta memulihkan keadaan mereka yang sakit; namun mereka hanya menjadi penonton, dia dan tidak melakukan apa-apa. Mereka sungguh hebat dalam membicarakan hukum-hukum Taurat, namun miskin dalam prakteknya. Mereka begitu mudah untuk mempersalahkan orang lain, namun sulit untuk menyadari akan kelemahan dan kesalahan diri sendiri.
Saudaraku...
Betapa keras peringatan Tuhan Yesus melalui firmanNya hari ini: "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari akan-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut".
Siapakah "anak-anak kecil" yang dimaksudkan Tuhan Yesus di sini?.
Kata dalam bahasa Yunani (bahasa yang dipakai untuk Perjanjian Baru), ini bukan PAIDIA = anak-anak kecil dalam artian usianya, tetapi MIKROI.
Siapakah itu MIKROI?.
MIKROI adalah orang-orang yang sederhana, yang pendidikan dan pengetahuannya sangat terbatas bahkan sama sekali tidak mengecap dunia pendidikan formal, yang status sosial mereka dianggap rendah dalam masyarakat, mereka yang dianggap sampah masyarakat, yang hidup dalam kemiskinan dan kepapaan.
Ya...mereka adalah orang-orang hina dalam pandangan dunia. Namun, sekali pun keadaan mereka seperti itu, mereka tetap dengan setia mengikut Tuhan Yesus, mereka dengan setia menaruh percaya kepada Tuhan Yesus, di mana seluruh hidup dan harapan mereka diletakkan pada kuasa dan kehendak Tuhan Yesus.
Kepada orang-orang yang demikian, keberpihakan Tuhan Yesus dinyatakan. Sehingga ketika anda tidak menaruh rasa empati sedikitpun bahkan cenderung melecehkan mereka; maka kelak ungkapan dari Tuhan Yesus inilah yang akan anda terima: "Enyahlah daripadaKu, hai kamu orang-orang yang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah tersedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya (baca: Matius 25:31-46)".
Karena itu saudaraku...
Kata kunci agar kita terhindar dari jiwa penyesatan adalah:
"Usahakanlah dirimu untuk menjadi berkat bagi sesama. Hargai siapapun juga tanpa memandang muka".
Selamat beraktifitas.
Selamat untuk menjadi berkat bagi sesama.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Catatan: Refleksi ini telah di-Share ke WA Jemaar Masale).
No comments:
Post a Comment