Bahan Khotbah Untuk Ibadah Raya Jemaat
Minggu, 5 November 2017.
(Pertukaran Pelayanan PGIW Sulselbar).
Berkenaan Dengan Pekan Persatuan Umat Kristiani Tahun 2017.
Dan Dalam Rangka 500 Tahun Reformasi Marthen Luther.
Bahan Bacaan: 2 Korintus 5 : 14 - 20
Saudara-saudara yang kekasih di dalam Tuhan.
Selamat pagi dan Shalom bagi kamu sekalian.
Istilah Rekonsiliasi tidak asing lagi di telinga kita. Rekonsiliasi (bhs. Inggris: Reconciliation, bhs. Latin: Reconsiliare) mengandung arti "sebuah tindakan atau proses merestorasi atau memulihkan suatu keadaan agar menjadi seperti semula". Makna Rekonsiliasi dalam bahasa Inggris bertalian dengan Conciliation yang berarti "Suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang bertikai dalam rangka untuk mencapai persetujuan yang tidak merugikan kedua-belah pihak sehingga pertikaian tersebut dapat diselesaikan dengan baik". Dan untuk terselenggaranya maksud ini, maka sangat dibutuhkan pihak ketiga sebagai penengah yang harus netral (tidak memihak).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Relonsiliasi mengandung arti:
1). Perbuatan memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula.
2). Perbuatan menyelesaikan perbedaan.
Jadi, Rekonsiliasi adalah "tindakan untuk memperdamaikan atau membuat rukun kembali dua pihak yang bertikai".
Tujuan dari Rekonsiliasi adalah "terciptanya suatu perdamaian tanpa kebencian, dendam, amarah, akar pahit serta berusaha untuk terus memelihara kedamaian dalam bingkai PENGAMPUNAN".
Saudaraku...
Iman Kristiani memiliki pandangan yang jelas mengenai tema Rekonsiliasi. Rekonsiliasi merupakan karya dan inisiatif dari Allah sendiri dan tidak ada pihak ketiga. Allah melakukannya sendiri bukan untuk keuntungan atau karena kepentingan diriNya, tetapi sepenuhnya adalah karena dan demi kebaikan manusia. Dan anda harus ingat bahwa, sangking dalamnya kejatuhan yang dialami manusia karena dosa, sehingga manusia tidak lagi memiliki daya untuk berjuang dalam rangka menyelamatkan dirinya. Upah DOSA adalah MAUT (Roma 6:23).
Ya...hidup manusia ada dalam bayang-bayang kematian kekal. Kondisi anak yang hilang menjadi gambaran real dari keberdosaan manusia, yang membuatnya jauh dari SHALOM sehingga yang menantinya hanyalah kehancuran dan kematian. Karena hal inilah, maka Allah, -(oleh belas kasihNya)-, bertindak untuk memulihkan keadaan manusia yang sangat parah akibat dari dosa itu dengan jalan: "memperdamaikan manusia dengan diriNya sendiri, dengan tidak memperhitungkan pelanggaran-pelanggaran manusia". Dan inilah yang tercatat dalam Roma 5:6, 8 ... "Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang telah ditentukan oleh Allah...Alah menunjukkan kasihNyas kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa".
Jadi saudaraku....
Berdasarkan perikop bacaan dari surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus maka saya mau mengatakan hal ini:
"Allah sendirilah yang berkarya, mengarahkan, menyertai dan menyelesaikan suatu proses rekonsiliasi sampai akhir yang tuntas dan sempurna. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, maka Ia rela mengaruniakan AnakNya yang tunggal agar manusia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16)".
Saudaraku...
Apa yang telah dilakukan Allah terhadap saudara dan saya, hendaknya itu menjadi daya dorong bagi kita untuk terus mengumandangkan rekonsiliasi dalam konteks kekinian di mana masih begitu banyak orang yang berada dalam ketidak-berdayaan sehingga jauh dari fakta SHALOM.
Saya sendiri mempunyai suatu harapan yang sangat besar bahwa suatu saat semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, tanpa mempersoalkan dari lembaga gereja mana ia berasal; semua akan bergandengan-tangan untuk menghadirkan suatu Komunitas Yang Berekonsiliasi.
Komunitas Yang Berekonsiliasi ini akan menghadirkan sebuah tatanan dunia baru yang memberi dan memungkinkan rasa aman dan nyaman bagi kehidupan bersama.
Komunitas Yang Berekonsiliasi ini tidak lagi berorientasi untuk kepentingan dirinya atau pun kepentingan kelompoknya, tetapi apa yang mereka lakukan adalah mereka lakukan untuk Tuhan demi kebaikan hidup bersama.
Komunitas Yang Berekonsiliasi ini akan terus mengumandangkan Karya Allah yang telah memperdamaikan dunia ini dengan diriNya melalui, oleh dan di dalam Yesus Kristus dengan menyerukan: "yang lama sudah berlalu, sesungguhn ya yang baru sudah datang".
Komunitas Yang Berekonsiliasi ini akan terus menyadari dirinya sebagai DUTA-DUTA PERDAMAIAN, sehingga mereka terus menyatakan sikap dan komitmennya sebagai hamba yang melayani dengan penuh kasih, sambil berkata:
"Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasehati kamu dengan perabtaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah".
Dan inilah juga yang sangat penting menurut saya, yakni Komunitas Yang Berekonsiliasi adalah kumpulan dari orang-orang yang terus berkomitmen untuk menumbuhkan Pengharapan Eskatologi bagi setiap orang yang ada dalam ketidak-berdayaan; sebuah komunitas yang terus memberi daya dorong dalam menemukan harapan bagi kehidupan masa depan yang sungguh didambakan, seperti yang digambarkan dalam Yesaya 11:6-9 ...."Serigala akan tinggal bersama domba dan macam tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput, dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunungKu yang kudus, sebab seluruh bumi penuh pengenalan akan Tuhan".
Karena itu, hai saudaraku...
Dalam momen historis memperingati 500 tahun peristiwa Wittenberg (tepatnya tgl. 31 Oktober 1517) yang menjadi cikal-bakal lahirnya Gerakan Reformasi yang dimotori oleh Marthen Luther, John Calvin, Zwengly, maka bukan lagi zamannya kita menonjol-nonjolkan kehebatan kita dalam membangun gedung gereja yang mewah dengan segala fasilitas pendukung yang serba canggih. Tidak ada lagi tempatnya bagi kita untuk mempertontonkan sebuah ibadah ritual yang spektakuler dengan menghadirkan sekian ribu atau juta orang di stadion atau pun di gedung-gedung yang daya tampungnya cukup besar dengan diiringi musik yang bisa memecahkan gendang telinga; tetapi saatnya kita untuk mengintrospeksi diri, "apakah diriku ini telah menjadi pembawa damai di hati sesama".
Menutup khotbah ini, saya mau membacakan kepada anda sebuah Doa Pancaran Kasih dari Santo Fransiskus dari Asisi:
Tuhan...
Jadikanlah aku pembawa damai,
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta-kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kecemasan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Tuhan...
Semoga aku ingin menghibur daripada dihibur,
memahami daripada dipahami,
mencintai daripada dicintai,
sebab,
Dengan memberi aku menerima,
dengan mengampuni aku diampuni,
dengan mati suci aku bangkit lagi,
untuk hidup selamanya....amin.
Minggu, 5 November 2017.
(Pertukaran Pelayanan PGIW Sulselbar).
Berkenaan Dengan Pekan Persatuan Umat Kristiani Tahun 2017.
Dan Dalam Rangka 500 Tahun Reformasi Marthen Luther.
Bahan Bacaan: 2 Korintus 5 : 14 - 20
Saudara-saudara yang kekasih di dalam Tuhan.
Selamat pagi dan Shalom bagi kamu sekalian.
Istilah Rekonsiliasi tidak asing lagi di telinga kita. Rekonsiliasi (bhs. Inggris: Reconciliation, bhs. Latin: Reconsiliare) mengandung arti "sebuah tindakan atau proses merestorasi atau memulihkan suatu keadaan agar menjadi seperti semula". Makna Rekonsiliasi dalam bahasa Inggris bertalian dengan Conciliation yang berarti "Suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang bertikai dalam rangka untuk mencapai persetujuan yang tidak merugikan kedua-belah pihak sehingga pertikaian tersebut dapat diselesaikan dengan baik". Dan untuk terselenggaranya maksud ini, maka sangat dibutuhkan pihak ketiga sebagai penengah yang harus netral (tidak memihak).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Relonsiliasi mengandung arti:
1). Perbuatan memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula.
2). Perbuatan menyelesaikan perbedaan.
Jadi, Rekonsiliasi adalah "tindakan untuk memperdamaikan atau membuat rukun kembali dua pihak yang bertikai".
Tujuan dari Rekonsiliasi adalah "terciptanya suatu perdamaian tanpa kebencian, dendam, amarah, akar pahit serta berusaha untuk terus memelihara kedamaian dalam bingkai PENGAMPUNAN".
Saudaraku...
Iman Kristiani memiliki pandangan yang jelas mengenai tema Rekonsiliasi. Rekonsiliasi merupakan karya dan inisiatif dari Allah sendiri dan tidak ada pihak ketiga. Allah melakukannya sendiri bukan untuk keuntungan atau karena kepentingan diriNya, tetapi sepenuhnya adalah karena dan demi kebaikan manusia. Dan anda harus ingat bahwa, sangking dalamnya kejatuhan yang dialami manusia karena dosa, sehingga manusia tidak lagi memiliki daya untuk berjuang dalam rangka menyelamatkan dirinya. Upah DOSA adalah MAUT (Roma 6:23).
Ya...hidup manusia ada dalam bayang-bayang kematian kekal. Kondisi anak yang hilang menjadi gambaran real dari keberdosaan manusia, yang membuatnya jauh dari SHALOM sehingga yang menantinya hanyalah kehancuran dan kematian. Karena hal inilah, maka Allah, -(oleh belas kasihNya)-, bertindak untuk memulihkan keadaan manusia yang sangat parah akibat dari dosa itu dengan jalan: "memperdamaikan manusia dengan diriNya sendiri, dengan tidak memperhitungkan pelanggaran-pelanggaran manusia". Dan inilah yang tercatat dalam Roma 5:6, 8 ... "Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang telah ditentukan oleh Allah...Alah menunjukkan kasihNyas kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa".
Jadi saudaraku....
Berdasarkan perikop bacaan dari surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus maka saya mau mengatakan hal ini:
"Allah sendirilah yang berkarya, mengarahkan, menyertai dan menyelesaikan suatu proses rekonsiliasi sampai akhir yang tuntas dan sempurna. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, maka Ia rela mengaruniakan AnakNya yang tunggal agar manusia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16)".
Saudaraku...
Apa yang telah dilakukan Allah terhadap saudara dan saya, hendaknya itu menjadi daya dorong bagi kita untuk terus mengumandangkan rekonsiliasi dalam konteks kekinian di mana masih begitu banyak orang yang berada dalam ketidak-berdayaan sehingga jauh dari fakta SHALOM.
Saya sendiri mempunyai suatu harapan yang sangat besar bahwa suatu saat semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, tanpa mempersoalkan dari lembaga gereja mana ia berasal; semua akan bergandengan-tangan untuk menghadirkan suatu Komunitas Yang Berekonsiliasi.
Komunitas Yang Berekonsiliasi ini akan menghadirkan sebuah tatanan dunia baru yang memberi dan memungkinkan rasa aman dan nyaman bagi kehidupan bersama.
Komunitas Yang Berekonsiliasi ini tidak lagi berorientasi untuk kepentingan dirinya atau pun kepentingan kelompoknya, tetapi apa yang mereka lakukan adalah mereka lakukan untuk Tuhan demi kebaikan hidup bersama.
Komunitas Yang Berekonsiliasi ini akan terus mengumandangkan Karya Allah yang telah memperdamaikan dunia ini dengan diriNya melalui, oleh dan di dalam Yesus Kristus dengan menyerukan: "yang lama sudah berlalu, sesungguhn ya yang baru sudah datang".
Komunitas Yang Berekonsiliasi ini akan terus menyadari dirinya sebagai DUTA-DUTA PERDAMAIAN, sehingga mereka terus menyatakan sikap dan komitmennya sebagai hamba yang melayani dengan penuh kasih, sambil berkata:
"Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasehati kamu dengan perabtaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah".
Dan inilah juga yang sangat penting menurut saya, yakni Komunitas Yang Berekonsiliasi adalah kumpulan dari orang-orang yang terus berkomitmen untuk menumbuhkan Pengharapan Eskatologi bagi setiap orang yang ada dalam ketidak-berdayaan; sebuah komunitas yang terus memberi daya dorong dalam menemukan harapan bagi kehidupan masa depan yang sungguh didambakan, seperti yang digambarkan dalam Yesaya 11:6-9 ...."Serigala akan tinggal bersama domba dan macam tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput, dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunungKu yang kudus, sebab seluruh bumi penuh pengenalan akan Tuhan".
Karena itu, hai saudaraku...
Dalam momen historis memperingati 500 tahun peristiwa Wittenberg (tepatnya tgl. 31 Oktober 1517) yang menjadi cikal-bakal lahirnya Gerakan Reformasi yang dimotori oleh Marthen Luther, John Calvin, Zwengly, maka bukan lagi zamannya kita menonjol-nonjolkan kehebatan kita dalam membangun gedung gereja yang mewah dengan segala fasilitas pendukung yang serba canggih. Tidak ada lagi tempatnya bagi kita untuk mempertontonkan sebuah ibadah ritual yang spektakuler dengan menghadirkan sekian ribu atau juta orang di stadion atau pun di gedung-gedung yang daya tampungnya cukup besar dengan diiringi musik yang bisa memecahkan gendang telinga; tetapi saatnya kita untuk mengintrospeksi diri, "apakah diriku ini telah menjadi pembawa damai di hati sesama".
Menutup khotbah ini, saya mau membacakan kepada anda sebuah Doa Pancaran Kasih dari Santo Fransiskus dari Asisi:
Tuhan...
Jadikanlah aku pembawa damai,
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta-kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kecemasan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Tuhan...
Semoga aku ingin menghibur daripada dihibur,
memahami daripada dipahami,
mencintai daripada dicintai,
sebab,
Dengan memberi aku menerima,
dengan mengampuni aku diampuni,
dengan mati suci aku bangkit lagi,
untuk hidup selamanya....amin.
No comments:
Post a Comment