Laman

Sunday, December 31, 2017

Allah Berkehendak Memberi Hidup Baru

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, Hari-1 tanggal 1 Januari 2018).

Bacaan : Ayub 14:16-17.

"Sungguh pun Engkau menghitung langkahku, Engkau tidak akan memperhatikan dosaku; pelanggaranku akan dimasukkan di dalam pundi-pundi yang dimateraikan, dan kesalahanku akan Kau tutup dengan lepa".

Shalom bagimu.
Dengan hati yang tulus, kuhaturkan ungkapan hati penuh sukacita; selamat memasuki hari pertama di tahun 2018. Semoga tahun ini penuh rahmat dan anugerah bagi kehidupan kita semua.

Saudaraku...
Setiap kali terjadi pergantian tahun, maka selalu saja ada harapan yang baru dari masing-masing kita, baik yang terucapkan maupun yang tak terucapkan. Dan kata "SEMOGA" tentu tidak asing di setiap pergantian tahun; semoga mendapat pekerjaan, semoga dimudahkan dalam usaha, semoga diberi kesehatan yang bersahabat, semoga berhasil dalam pendidikan, semoga...semoga dan 1001 macam semoga. Tetapi kita harus selalu ingat bahwa TANTANGAN adalah sejoli dari HARAPAN. Anda harus ingat bahwa ketika anda mengungkapkan begitu banyak HARAPAN dalam menjalani kehidupan di tahun yang baru, maka anda juga harus siap menghadapi begitu banyak TANTANGAN untuk mewujudkan HARAPAN anda itu.

Saudaraku...
Banyak orang berharap sesuatu yang baik terjadi dalam kehidupannya, tetapi mereka tidak siap untuk menghadapi konsekwensi untuk menjadi yang terbaik. Seorang ayah atau ibu berharap agar anaknya kelak menjadi seorang dokter atau pengusaha, atau pejabat, atau orang sukses dalam bidang tertentu; tetapi jika ia tidak siap menerima konsekwensi dalam mengejar harapannya itu, maka semuanya jadi sia-sia. Itulah sebabnya saya hendak tegaskan kembali bahwa HARAPAN dan TANTANGAN seumpama pasangan yang saling jatuh cinta dan sulit untuk dipisahkan. Dan saya sendiri berusaha untuk meneguhkan diri saya dengan kata-kata ini: "Semakin besar tantangan yang harus saya hadapi, maka semakin besar pula peluang bagi saya untuk meraih apa yang saya harapkan. Semakin sulit ujian yang diperhadapkan kepada saya, maka semakin besar pula kemungkinan untuk menjadi yang terbaik di antara yang baik".

Saudaraku...
Firman Tuhan di hari pertama tahun ini hendak mengajak kita untuk melihat dan memaknai TANTANGAN sebagai standar moral untuk menggapai sebuah HARAPAN. Kita mau belajar seperti seorang Ayub, yang awalnya tidak pernah membayangkan jalan hidupnya penuh dengan derita fisik dan psikis yang sangat menyakitkan. Awal kehidupannya begitu baik, penuh dengan canda dan tawa bersama dengan isteri dan anak-anaknya, tetapi juga Ayub dan keluarganya tetap memprioritaskan gaya hidup (lifestyle) sebagai keluarga yang taat pada tuntutan agama. Ayub merasakan kebahagiaan sebagai manusia yang dianugerahi kelimpahan berkat jasmani dan rohani oleh Tuhan. Ya...ia dipandang sebagai orang yang terberkati dalam hal kemapanan, status sosial dan kekayaan (harta-benda). Hal ini diakui oleh lingkungannya, sahabat-sahabatnya bahkan Iblispun mengaminkannya. Tetapi, semua yang dimiliki satu per satu menjadi hilang, sehingga Ayub mengalami keterpurukan yang begitu dalam dan bahkan sahabat-sahabatnya menganggap bahwa boleh jadi Ayub telah menyimpang jauh dari jalan Tuhan sehingga semua yang terjadi padanya, itu adalah TULAH atau KUTUKAN dari Tuhan.

Begitu beratnya penderitaan yang terjadi sehingga Ayub sangat berdukacita sampai ia mengajukan pertanyaan: "mengapa Engkau menjadikan aku sasaranMu, sehingga aku menjadi beban bagi diriku (Ayub 7:20b)...Tetapi sekarang, Ia telah membuat aku lelah dan mencerai-beraikan segenap rumah tanggaku (Ayub. 16:7)...Semangatku patah, umurku telah habis, dan bagiku tersedia kuburan (Ay. 17:1)...aku lebih suka dicekik dan mati daripada menanggung kesusahanku. Aku jemu, aku tidak mau hidup untuk selamanya. Biarkanlah aku karena hari-hariku hanya seperti hembusan nafas saja (Ayub 7:15-16)".

Namun pun demikian, Ayub tetap percaya bahwa Tuhan memegang kendali kehidupan dan Ayub percaya bahwa Tuhan akan memberi kekuatan kepadanya untuk menghadapi beratnya TANTANGAN  kehidupan dan pada akhirnya menggantikan semua yang terhilang padanya jauh lebih baik dan jauh lebih mulia daripada sebelumnya. Ayub percaya bahwa Allah yang disembahnya adalah Allah yang dahsyat dalam kuasaNya dan dahsyat pula dalam kasihNya. Itulah sebabnya, ia berkata: "Sesungguhnya Engkau menghitung langkahku, Engkau tidak akan memperhatikan dosaku; pelanggaranku akan dimasukkan di dalam pundi-pundi yang dimateraikan, dan kesalahanku akan Kau tutup dengan lepa". Dan jikalau sedemikian Allah mengasihi Ayub dengan tidak mengingat lagi segala dosa dan pelanggaran yang dibuatnya, maka sedemikian pula Allah akan memulihkan kehidupan Ayub dengan memberikan yang terbaik dari segala apa yang telah hilang daripadanya. Ayub tetap bertahan menghadapi badai kehidupan, sebab ia yakin bahwa sesudah badai itu berlalu, akan berganti dengan keceriaan dan sukacita. Ayub berkata: "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal (Ayub 42:1)".

Karena itu saudaraku...
Tetapkanlah langkahmu dan teguhlah dalam HARAPAN-mu walau berat TANTANGAN yang menghadang; yakinlah selalu bahwa Allah akan menggenapi segala yang telah difirmankan kepada umatNya: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer. 29:11)".

Selamat melanjutkan kehidupan di tahun 2018.
Allah telah berkehendak memberi hidup baru bagi anda.
Allah jugalah yang akan menyertai dan memberkati kamu.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love