Laman

Friday, December 1, 2017

Veni, Veni Emmanuel

Sebuah Catatan Untuk Minggu Adven I.
(Masale, 3 Desember 2017 - Pdt. Joni Delima).

Saudara-saudaraku...
Memasuki Minggu-minggu Adven  maka sesungguhnya kita sedang diajak untuk mengantisipasi dengan sikap hati yang benar akan Kedatangan Kristus Yang Kedua (Second Advent), sementara juga itu kita diajak untuk mengingat akan peristiwa di mana Allah melawat umatNya dalam rupa manusia, yakni Kedatangan Kristus Yang Pertama (First Advent). Masa Adven sesungguhnya adalah masa penantian yang seharusnya menjadi waktu perenungan diri yang mengantar setiap anak-anak Tuhan kepada pertobatan.

Minggu Adven I dipandang sebagai Awal Tahun Liturgi.

Pada Minggu Adven I, pokok penekanan firman Tuhan adalah "Kedatangan Yesus Kristus pada Akhir Zaman". Oleh karena itu, Minggu Adven I diisi dengan tema tentang sikap Gereja dalam menantikan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya, dan kedatangan ini adalah kedatangan untuk membebaskan manusia dari kematian kekal dan mengangkatnya masuk dalam kemuliaan kerajaanNya. Dengan demikian maka pembacaan Alkitab untuk Minggu Adven I tahun 2017 dari Perjanjian Lama diangkat dari kitab nabi Yesaya 64:1-9 yang berbicara tentang: "Murka Allah atas keberdosaan umat", dari kitab Injil adalah kitab Injil Markus 13:24-37 tentang: "Sikap berjaga-jaga"; sedangkan dari surat Paulus dipilih 1 Korintus 1:3-9 yang berbicara tentang: "Tidak kekurangan dalam suatu karunia pun tetap setia menantikan penyataan Tuhan".

Pada Minggu Adven I, dinyalakan satu lilin berwarna ungu yang disebut Lilin HOPE (Harapan) atau sering pula disebut Lilin Nubuatan atau Lilin Nabi.

Jadi ketika Lilin HOPE dinyalakan, maka hal itu mengingatkan kita pada pengharapan tentang kedatangan Sang Mesias yang dinubuatkan para nabi; di mana Sang Mesias itu akan membebaskan umatNya dari segala bentuk penindasan. Dan Paulus dalam Roma 15:12-13 lebih spesifik mengulas nubuatan nabi Yesaya tentang Sang Mesias itu yang tidak lain adalah Yesus Kristus dengan menyebutNya sebagai Taruk dari Pangkal Isai. Sang Mesias inilah yang akan memenuhi hidup orang percaya dengan sukacita dan damai sejahtera. Paulus mengatakan demikian: "Taruk dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit memerintah bangsa-bangsa, dan kepadaNyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan. Semoga Allah sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan".

Yesus Kristus lahir dalam kondisi di mana semangat Mesianik sangat menggelora. Bangsa Israel pada masa itu diliputi ketakutan dan kecemasan, sehingga mereka menantikan penggenapan dari janji Tuhan tentang kedatangan Sang Mesias. Terlebih ketika Pompey, seorang Jenderal Romawi, dapat mematahkan kekuasaan kaum Makkabe yang telah memberi kemerdekaan kepada kaum Yahudi selama 100 tahun mulai dari pemberontakan yang dilakukan oleh Yudas Makkabe tahun 167 seb.M, maka Pompey menaklukkan Yerusalem tahun 63 seb.M, sehingga Yerusalem sepenuhnya berada di bawah kendali Romawi. Sejak saat itulah kaum Israel mengalami masa-masa suram. Sekali pun pemerintah Romawi berusaha mengambil hati bangsa Israel dengan mengangkat Herodes Agung menjadi Raja pada tahun 23 seb.M, namun ia hanyalah raja boneka yang diangkat untuk memperjuangkan kepentingan pemerintahan Romawi. Karena itu, bangsa Israel sangat merindukan kehadiran seorang Raja yang memerintah mereka dengan penuh keadilan dan kebenaran. Pada masa Herodes Agunglah, Tuhan Yesus dilahirkan di Bethlehem.

Daniel Fanous dalam bukunya: "The Person of the Christ" menuliskan kondisi Israel pada zaman Tuhan Yesus demikian: "Bangsa Israel membayangkan bahwa Mesias itu adalah raja duniawi yang hebat; yang akan membawa mereka ke zaman damai, merdeka dan makmur yang tak berkesudahan. Ketika mereka melihat kuasa dan otoritas Tuhan Yesus yang mampu melakukan banyak mujizat, bahkan keberaniaanNya melawan segala bentuk kuasa yang menindas kaum miskin, maka mereka sangat terkesan sehingga mereka berusaha dengan paksa untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai raja (Yoh. 6:15)".

Namun harapan mereka hanya benar sebagian, dan karena benar sebagian maka cenderung salah kaprah: "Mesias memang akan memerintah sebagai raja untuk selamanya, -(itu memang benar)-, tetapi Ia memerintah selamanya bukan di dunia ini (Yoh. 18:36). Ia memang ada di dalam dunia, tetapi Ia tidak berasal dari dunia ini (Yoh. 8:23). Dan karena itu, kerajaanNya bukanlah kerajaan dunia yang sifatnya sementara, tetapi kerajaanNya adalah kerajaan segala abad yang sifatnya kekal, di mana dalam kerajaan itu tidak akan ada lagi ratapan dan tangisan serta kertakan gigi, sebab bumi ini dan langit ini akan dibinasakan, dan akan tercipta bumi dan langit yang baru di mana di sana akan terbangun Yerusalem yang baru (Wahyu 21:1-2)".

Karena itu, walaupun mereka  berusaha mencari Dia untuk ditinggikan di antara orang banyak, namun Ia menghindar dari maksud mereka; sebab takhta kemuliaanNya bukanlah singgasana istana, melainkan kayu salib, dan mahkotaNya juga bukan terbuat dari emas, tetapi dari lilitan duri yang merobek kulit. Ia bukanlah Mesias yang datang  untuk memaklumkan perang, tetapi Ia adalah Mesias yang datang membawa damai dengan jalan membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan maut melalui kematian dan kebangkitanNya.

Dan dalam konteks inilah maka Paulus menuliskan kata-kata ini:
"Sebab dengan sangat seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia yang telah menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang kita tidak lihat, kita menantikannya dengan tekun (Roma 8:19-25)".

Untuk itulah maka Minggu Adven I dinyalahkan Lilin HOPE dan dilantunkanlah sebuah Himne: "Veni, Veni Emmanuel":

Veni...Veni Emmanuel, Captivum solve Israel,
Qui gemit in exsilio, Privantus Dei Filio,
Gaude...Gaude Emmanuel, nascetur pro te Israel.

Himne ini dapat kita temukan dalam KJ. 81:

O Datanglah Imanuel, tebus umatMu Israel,
Yang dalam berkeluh kesah, menantikan Penolongnya,
Bersoraklah hai Israel, menyambut Sang Imanuel.

Saudaraku...
Penebusan telah kita terima, namun kita menantikan kesempurnaannya saat kedatanganNya yang kedua, di mana kita akan mengalami penggenapan dari ucapan Tuhan Yesus:

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu. Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal....sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada (Yoh. 14:1-3)".

Selamat memasuki Minggu Adven I.
Tuhan Yesus memberkati.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love