Laman

Wednesday, April 4, 2018

Ketika Tuhan Memberi Yang Tidak Kuminta

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-94 tanggal 4 April 2018 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan : 2 Raja-raja 5:8-14.

"...Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulihk kembali, sehingga engkau menjadi tahir. Tetapi pergilah Naaman dengan gusar sambil berkata: Aku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang keluar dan berdiri memanggil nama Tuhan, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir? Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati (2 Raja5:10-12)".

Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias),
Semoga hari ini hidup anda diberkati Tuhan.

Saudaraku...
Seberapa sering saya melakukan keteledoran di mana saya memperlakukan Tuhan dengan tidak sewajarnya. Dan boleh jadi, anda pun tidak menyadari bahwa sering pula anda memperlakukan Tuhan tidak lebih dari pada seorang pelayan anda. Anda meminta ini, maka Tuhan harus sesegera mungkin melakukan apa yang anda minta, bukan?. Nah....seperti itulah yang sering tanpa sadar, saya selalu lakukan.

Ya...
Sering saya memperlakukan Tuhan seperti seorang pembantu di rumah atau pelayan di warung makan atau pelayan di toko. Bilamanakah itu? Ketika saya meminta dalam doa:
"Tuhan, berkatilah aku dan karuniakanlah kenyamanan di setiap jalan yang kulalui. Tidakkah Engkau baik, karena itu, jauhkanlah semua hal yang menghalangi kesuksesanku dan berikanlah kepadaku kekuatan untuk menghancurkan musuh-musuhku bahkan setan pun dapat kupatahkan kuasanya. Tidakkah Engkau adalah Allah yang mahamurah dan mahabaik, karena itu kabulkanlah permohonanku dan wujudkanlah semua harapanku".
Coba perhatikan: tidakkah doa seperti ini seolah-olah memaksa Tuhan! Emangnya saya ini siapa yang seenaknya dapat memerintah Tuhan untuk melakukan ini dan itu.

Tetapi, anehnya ketika Tuhan diam dan tidak melakukan apa-apa; lalu kita mengatakan bahwa Tuhan itu tidak adil. Kita lalu bersungut-sungut dan mempersalahkan ini dan itu bahkan mempersalahkan Tuhan. Jujurlah pada diri sendiri bahwa kita terkadang memaksakan Tuhan untuk mengikuti kata hati kita, namun terkadang sangat sulit bagi kita untuk mengikuti apa yang Tuhan kehendaki.

Dan karena itu, inilah fakta yang terjadi dalam kehidupan saya dan bisa jadi kehidupan anda juga, bahwa:
"Bukan yang kuminta itu yang diberikanNya, dan bukan yang kuharapkan, itulah yang kudapatkan sebagai jawaban atas permohonanku. Ya...sering Tuhan memberikan adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang kuminta, dan sering pula Tuhan menempatkan diriku dalam situasi yang membuat diriku terpuruk dalam ketakberdayaan; kuminta kekuatan justru kelemahan yang kutemui, kuminta kuasa untuk mengalahkan musuh dan iblis, justru ketakutan dan kegentaranlah yang menyelimuti jiwa dan ragaku".

Lalu apakah dengan hal tersebut saya harus mengatakan bahwa Tuhan itu tidak baik dan tidak adil bagiku?.

Saudaraku...
Kisah yang dicatatkan melalui Firman Tuhan hari ini hendak membuka tabir rahasia di balik setiap keinginan Allah yang memang selalu bertolak-belakang dengan nalar manusia. Ya...seperti bahasa nabi Yesaya: "Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu...seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu (Yes. 55:8-9)".

Berita tentang adanya nabi Tuhan di Israel telah mengantar Naaman, seorang Panglima Tentara dari kerajaan Aram, seorang yang terpandang dan sangat disayangi oleh Raja Aram; namun sangat disayangkan, ia mengalami penyakit terkutuk (menurut anggapan orang pada zamannya), yakni KUSTA. Naaman dalam hal ini sangat membutuhkan pertolongan Tuhan untuk memulihkan penyakitnya itu, dan hal itu hanya mungkin jika ia berjumpa dengan nabi Elisa.

Sebagai seorang yang terpandang, seorang kepercayaan Raja Aram, atau seorang pejabat negara yang disegani banyak orang dan banyak bangsa, tentu Naaman berpikir bahwa Sang Nabi akan menyambut dia laksana menyambut seorang raja. Sekali pun Naaman sadar bahwa ia sangat membutuhkan Nabi Elisa karena penyakit yang dideritanya, namun wibawa jabatannya itulah yang membuat dia berpandangan agar Nabi Elisa bekerja sesuai dengan apa yang dia pikirkan dan yang dia pertimbangkan.

Secara tidak langsung, sikap Naaman menunjukkan bahwa dia berusaha mendikte nabi Elisa agar menyembuhkan kustanya menurut caranya, bukan menurut cara Tuhan melalui nabiNya. Karena itu, Naaman menjadi gusar dan panas hati ketika apa yang diperintahkan atau disuruhkan kepadanya tidak seperti yang dipikirkannya. Ia tidak disambut seperti layaknya penyambutan besar tamu negara, tetapi ternyata malah orang suruhanlah -(bisa jadi yang bersangkutan itu budak)- yang datang menjumpainya yang jauh dari nuansa protokoler. Ia juga berpikir bahwa seperti seorang ahli sihir yang menggerak-gerakkan tangannya di atas luka orang yang sakit dengan mulut komat-kamit membaca mantera atau menyebut nama Tuhan, maka seperti itulah yang harus dilakukan oleh nabi Elisa. Tapi yang terjadi, justru nabi Elisa menyuruhnya mandi di Sungai Yordan tujuh kali. Dalam pandangan Naaman, tidak ada yang spesial dari Sungai Yordan. Bahkan nampak dalam pandangannya bahwa sungai itu jorok dan tidak layak dijadikan tempat membersihkan diri. Tidakkah sungai-sungai di Damsyik jauh lebih bersih dan indah. Karena itu Naaman mengusulkan agar Sungai Abana atau Parpar yang ditunjukkan oleh Sang Nabi yang tentunya jauh lebih baik dari Sungai Yordan bahkan sungai manapun yang ada di Israel.

Perhatikan bahwa betapa detailnya Naaman hendak mendikte Tuhan melalui Nabi Elisa. Ya...seperti yang terkadang menjadi gambaran nyata dari doa-doa kita yang seolah-olah memaksakan Tuhan untuk melakukan sama persis yang kita minta. Dan apa yang terjadi: ternyata jalan pikiran Tuhan bertolak belakang dengan jalan pikiran kita, dan cara kerja Tuhan bertolak belakang dengan cara kerja kita. Kita menuntut agar saat kita minta maka saat itu pula doa terkabul. Itulah gaya dari doa-doa kita, bukan?

Tetapi, inilah yang Tuhan harapkan agar mujizatnya menjadi nyata:
"Ia mau supaya kita memberi ruang dalam hati dan pikiran kita kepada kuasaNya untuk berkarya menurut metode Tuhan sendiri, bukan menurut yang kita pikirkan. Kita diminta untuk bersabar menanti apa yang akan Tuhan lakukan, bukan hanya sekali atau dua kita harus bersabar; bahkan berkali-kali harus bersabar (sama seperti Naaman diminta untuk bersabar dengan mandi tujuh kali). Kita harus meyakini otoritas Tuhan di atas segala-galanya, dan Dia sendiri tahu apa yang terbaik dan tersempurna bagi orang yang tetap berharap kepadaNya. Kita diajak untuk lebih rendah hati sekali pun kita mempunyai jabatan tinggi, harta yang melimpah bahkan memiliki kehormatan dan status sosial yang tinggi dalam masyarakat; sebab di hadapan Tuhan, semua itu menjadi penghalang bagi Tuhan untuk menyatakan kuasanya jika kita masih tetap ngotot untuk mempertahankannya. Mujizat Tuhan hanya mungkin jika kita menyangkal diri dan membiarkan Tuhan bekerja dalam kehidupan kita menurut maksudNya".

Karena itu, jika Tuhan memberikan yang tidak saya minta atau yang bertolak belakang dengan yang saya harapkan, maka saya akan berusaha untuk tetap percaya bahwa Ia mempunyai cara tersendiri untuk melakukan dan memberikan yang terbaik dalam kehidupan saya. Sama persis dengan Naaman, saat ia berserah diri maka mujizat terjadi; maka demikianlah dalam hidup saya, di mana saya akan belajar terus untuk tetap berserah diri walau sulit kupahami maksud dan rencanaNya. Tetapi saya percaya bahwa: "Rencana Tuhan pastilah Rencana Yang Terbaik bagiku".

Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.

3 comments:

  1. Amin...Amin...Amin...
    Trima kasih atas refleksinya.
    TYM .

    ReplyDelete
  2. Terima kasih pak.. kadang jg sy mendikte Tuhan lewat doa2 dan pikiran sy...smoga ini bisa menyadarkan sy menjadi pribadibyg lebih baik lagi

    ReplyDelete

Web gratis

Web gratis
Power of Love