Laman

Thursday, April 5, 2018

Mengatup Luka, Aku Bersuka

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-95 tanggal 5 April 2018 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan : Yesaya 53:1-12.

"Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpahkan kepadaNya, dan oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpahkan kepadaNya kejahatan kita sekalian (Yes. 53:5-6)".

Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda tetap diberkati Tuhan.

Saudaraku...
Tidak kebetulan tapi ini adalah sebuah anugerah dari Tuhan, jika pagi ini saya mendapatkan sebuah puisi yang sudah cukup lama saya mencarinya dan hal ini menginspirasi saya untuk membuat tulisan sebagai refleksi atas firman Tuhan pada hari ini dengan judul: "Mengatup Luka, Aku Bersuka". Puisi ini adalah karya Sang Maestro Penyair Terkemuka yang dimiliki bangsa Indonesia. Dia lahir di Minangkabau tgl. 26 Juni 1922 dan meninggal di Jakarta tgl. 28 April 1949. Ia menghasilkan 96 karya tulis, termasuk 70 puisi. Dia adalah Chairil Anwar yang mendapat julukan: "Si Binatang Jalang", karena puisinya yang diberi judul "AKU", -(Maret 1943)-, dan puisi ini juga menjadi favorit saya. Puisi ini memberi semangat bagi para pejuang untuk pantang menyerah dalam memperjuangkan kemerdekaan dan bagi saya secara pribadi, puisi ini telah memberi motivasi bagi saya untuk berjuang meraih asa. Dan yang sangat membanggakan saya sebagai bagian dari anak bangsa ini, ternyata puisi "AKU" karya Sang Maestro dipajang di dinding kota Leiden (Belanda) dan ada pada nomor urut 31 dari 101 karya puisi dari berbagai negara. Mungkin anda belum mengetahui puisi tersebut, saya mau membagikan buat anda:

A K U...

Kalau sampai waktuku,
ku mau tak seorang 'kan merayu,
tidak juga kau.
Tak perlu sedu sedan itu.

Aku ini binatang jalang,
dari kumpulannya yang terbuang,
biar peluru menembus kulitku,
aku tetap meradang menerjang.

Luka dan bisa kubawa berlari...
berlari...

Hingga hilang pedih perih,
dan aku akan lebih tidak peduli,
aku mau hidup seribu tahun lagi!.

Pesan moral dari puisi ini adalah:
(1). Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun rintangan menghadang.
(2). Manusia harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya menonjolkan kelebihannya saja.
(3). Manusia harus punya semangat untuk maju dalam berkarya dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya.

Tapi bukan puisi ini yang membuat saya bersyukur untuk hari ini, tetapi sebuah puisi yang lain, sebuah puisi yang menunjukkan jiwa ketoleransian Chairil Anwar terhadap sesamanya yang beragama Kristen tetapi sekaligus rasa kagumnya terhadap peristiwa SALIB. Sekali pun Chairil Anwar adalah seorang Muslim, namun dari buah karyanya ini menunjukkan pemahamannya yang sangat dalam tentang karya Tuhan Yesus yang rela mati bagi umat manusia, dan saya sendiri menjadi risih karena Chairil Anwar sangat memahami hal tersebut dibandingkan kebanyakan orang yang mengklaim dirinya sebagai Pengikut Yesus (Kristen). Puisi itu diberi judul ISA. Chairil Anwar sangat terpukau terhadap karya penyelamatan yang dilakukan oleh ISA di atas kayu salib itu. Perhatikan alur pikiran Chairil Anwar tentang karya keselamatan yang sudah dikerjakan oleh Tuhan Yesus melalui SALIB. Chairil Anwar melihat Tubuh ISA (Yesus Kristus) berlumuran darah akibat penyaliban. Tubuh itu bisa patah karena kelelahan yang amat sangat.

Memang Chairil Anwar menulis puisi ini dalam konteks penderitaan dan penjajahan bangsa Indonesia di masa pendudukan Jepang; tetapi bersamaan dengan itu timbullah kesadaran dalam dirinya untuk memandang ke SALIB itu dan berusaha untuk mencari makna dibalik peristiwa Golguta sehingga menjadi inspirasi bagi perjuangan untuk menggapai kemerdekaan. Tubuh ISA yang tersalib dan mengucur darah dan tulang yang bisa saja dipatahkan itu menggambarkan penderitaan yang amat dahsyat dialami oleh anak-anak bangsa; namun dengan peristiwa SALIB, maka tak ada kata MENYERAH. Karena itu, setelah membahas penderitaan ISA, ia mengajak semua orang bersukacita, karena setelah itu akan terbit terang, dan rupa yang menjerit itu akan bertukar dengan senyuman tanda kemenangan. Bagi Chairil Anwar, ISA yang TIDAK MENYERAH itu adalah ISA yang membawa harapan di masa mendatang. Rupa penderitaan yang dialami ISA akan diubah menjadi pengharapan yang menjadikan banyak orang bersukacita.

Inilah puisi yang secara khusus bagi kehidupan spiritual saya, sangat monumental dan saya mau membagikannya kepada anda:

ISA

Kepada Nasrani Sejati...

Itu Tubuh....!.
Mengucur darah,
mengucur darah.

Rubuh....
Patah...

Mendampar tanya: Aku salah?.

Kulihat Tubuh mengucur darah
,
aku berkaca dalam darah.

Terbayang terang di mata masa,
bertukar rupa ini segara.

Mengatup luka.
Aku bersuka.

Itu Tubuh...
Mengucur darah,
mengucur darah.

(Jakarta, 12 November 1943).

Saudaraku...
Inilah yang menginspirasi saya sehingga memilih Yesaya 53:1-12 sebagai bahan perenungan dan refleksi pada hari ini. Betapa tidak, jauh sebelum Chairil Anwar menulis puisinya, nabi Yesaya telah menubuatkan tentang fakta penyaliban dan makna di balik peristiwa itu. Yesaya menyaksikan peristiwa menyesakkan yang dialami oleh umat Tuhan selama menjalani kehidupan di tanah pembuangan (Babel), dan ia sangat mengharapkan kedatangan suatu masa di mana Sang Mesias akan tampil untuk membebaskan umatNya. Namun untuk proses pembebasan yang hendak dilakukan oleh Sang Mesias bagi umat Tuhan, ternyata harganya sangat mahal; yakni mempertaruhkan dan mengorbankan hidupNya sendiri. Inilah harga yang dibayar oleh Sang Mesias:
1). Kesemarakan dan keagunganNya dilucuti. Ia dihinakan dan dihindari orang.
2). Kuk penghukuman yang seharusnya ditanggungkan kepada umat, ditanggungkan kepadaNya.
3). Ia teraniaya, tertindas, tertikam dan diremukkan karena keberdosaan umat.
4). Ia disamakan seperti seorang penjahat dan kuburNya ada di antara orang berdosa.

Tetapi buah dari pengorbananNya adalah kesembuhan bagi umat dan pemulihan hubungan umat dengan Tuhan. Dan inilah yang diungkapkan oleh kitab Yesaya:
"Sesudah kesusahan jiwaNya, Ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatNya, dan kejahatan mereka Dia pikul (Yes. 53:11)". Tidakkah ungkapan mempunyai makna yang sama, yang disampaikan oleh Chairil Anwar dalam puisinya:
"Kulihat Tubuh mengucur darah, aku berkata dalam darah. Terbayang terang di mata masa, bertukar rupa ini segara. Mengatup luka, aku bersuka".

Saudaraku....
Jikalau sedemikian orang yang bukan Kristen dapat memaknai Salib, betapa sangat memalukan jika anda yang mengklaim diri KRISTEN ternyata tidak mampu menyelami makna di balik pengorbanan Yesus. Jikalau salib bagi orang yang tidak memberi hidupnya kepada Yesus (non Kristen) dapat menjadi inspirasi bagi sebuah perjuangan untuk menggapai hidup yang berkemenangan, betapa sangat memprihatinkan jikalau banyak orang yang menyebut dirinya Kristen justru kehilangan gairah hidup karena tidak mampu menyelami makna di balik Salib Yesus itu. Saya sangat berharap bahwa anda tidaklah demikian. Saya sangat berharap agar anda merasa bangga dengan apa yang telah dikerjakan Yesus bagi anda, dan anda pun menyatakan hal tersebut sebagai tindakan Allah yang "Sempurna" bagi keselamatan tubuh, roh dan jiwa anda. Jika anda memiliki prinsip hidup seperti itu, maka anda akan saat itu pula anda telah mengatupkan luka-luka Kristus dengan menjadikan seluruh kehidupan anda menjadi berkat bagi sesama. Hidup menjadi berkat bagi yang lain adalah buah dari peristiwa PASKAH, sehingga kelak semua akan bersukacita dengan berlutut di hadapan Sang Maha Agung sambil berseru: "Yesus Kristus itulah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa (Flp. 2:11)".

Mengatup Luka, Aku Bersuka; inilah prinsip hidup yang harus kita kembangkan. Ya...mari kita menutup banyak luka-luka derita yang dialami sesama tanpa memandang muka, mari kita menutup banyak luka-luka di batin kita dengan tidak mengingat orang yang menyakiti hati kita, mari kita menutup banyak luka-luka di lingkungan kerja kita, mari kita banyak menutup luka-luka di tengah keluarga kita, mari kita menutup banyak luka-luka dalam persekutuan bergereja kita, mari kita menutup banyak luka-luka bagi alam lingkungan di mana kita berada; sebab hanya dengan itu "Makna PASKAH" terdengar gaungnya dan hal tersebut akan mengundang banyak orang datang kepada Kristus untuk merayakan kehidupan dengan sukacita. Ingatlah bahwa: "Satu orang berdosa saja yang bertobat, dan seisi sorga akan bergemuruh dengan sorak-sorai para malaikat (Luk. 15:10)"; bagaimana jika dua atau tiga orang yang berhasil anda buat bertobat karena melalui perihidup anda yang baik (menjadi berkat), maka saya yakin; sorga akan bergetar karena gemuruh yang dahsyat.

Selamat mengatup = menutup luka-luka batin.
Selamat menjadi berkat bagi sesama demi kemuliaan Allah.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkati.

2 comments:

Web gratis

Web gratis
Power of Love