Laman

Thursday, July 26, 2018

Kecongkakan Membawa Petaka, Tetapi Takut Akan Tuhan Membawa Berkat

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-209 tanggal 27 Juli 2018 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan: Daniel 4:28-37.

"Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi menjadi kota kerajaan... Tetapi setelah lewat waktu yang ditentukan, aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaanNya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaanNya turun-temurun (Dan. 4:30, 34)".

Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda tetap diberkati Tuhan.

Saudaraku...
Anda setuju atau tidak, tetapi inilah yang saya hendak katakan bahwa: Harta, Kuasa dan Kehormatan sering menjadi godaan yang besar bagi setiap orang untuk menyombongkan dirinya (Congkak).

Dan jujur kita harus akui bahwa kitapun akan masuk dalam perangkap kecongkakan saat merasa diri memiliki ketiga hal itu.

Inilah fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa saat memiliki HARTA yang lebih dari cukup bahkan berkelimpahan (seabrek atau tak terhitung lagi jumlahnya), maka godaan untuk menyombongkan diri dengan memandang rendah orang lain (Congkak), sangat terbuka lebar. Dengan harta/uang yang seabrek, maka ada keleluasaan untuk membeli apa saja bahkan mengatur siapa saja. Itulah sebabnya, hanya karena Harta/uang, seseorang tidak peduli pada harga dirinya.

Pun demikian dengan KUASA, maka perangkat untuk lupa diri dengan menyangkali kemahakuasaan Tuhan pun terbuka lebar. Dengan kekuasaan maka kita dapat mengatur hidup atau matinya seseorang; -(yang notabene)-, hal tersebut ada dalam ranah "Otoritas Tuhan". Tidakkah godaan inilah yang menjadi perangkat kejatuhan manusia ke dalam dosa: "pada waktu kamu memakannya, matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah (Kej. 3:5)". Itulah sebabnya, anda jangan heran, jika demi KUASA, orang menghalalkan banyak cara untuk mendapatkannya. Dan benar apa yang disebutkan oleh Lord Acton, sebuah Epigram yang tidak asing bagi para ahli hukum atau politikus serta birokrat: "Power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely = kekuasaan cenderung merusak; kekuasaan yang absulot akan merusak secara absolut". Dan yang paling parah bahwa Gereja pun pernah jatuh dalam kegilaan pada kuasa ketika thn. 1870, Paus Pius IX mengumumkan dogma bahwa: "Dengan kuasa Roh Kudus, Sri Paus dilindungi dari kemungkinan berbuat kesalahan (Papal Infallibility)". Artinya bahwa Paus sebagai Pemimpin Tertinggi Gereja dan Wakil Kristus tidak akan mungkin melakukan kekeliruan atau kesalahan. Karena itu, kekuasaan Paus harus dihormati sama seperti hormat umat terhadap Tuhan. Doktrin ini didefinisikan secara dogmatis di dalam Konsili Vatican I thn. 1869-1870 dalam dokumen "Pastor Aeternus".

Hal yang sama juga berlaku untuk kegilaan pada HORMAT atau PUJIAN atau SANJUNGAN. Dipuji karena sebuah keberhasilan atau kesuksesan tidaklah salah, tetapi jika kecenderungan hati manusia hanya menjurus pada kegilaan pada pujian maka ia akan kehilangan tujuan mulia dari kehidupannya, yaitu melayani dalam kerendahan dan ketulusan hati. Orang yang gila hormat akan begitu mudah memandang rendah sesamanya.

Tidakkah hal-hal yang demikian dijadikan senjata oleh Iblis untuk menjatuhkan Tuhan Yesus: "...Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti (godaan harta); segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepadaMu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki (godaan kuasa); jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diriMu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikatNya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau, supaya kakiMu jangan terantuk kepada batu (godaan kehormatan) - Luk. 4:1-13".

Saudaraku...
Perikop bacaan kita hari ini hendak mengajak kita untuk belajar apa yang terjadi pada diri Nebukadnezar, Raja negeri Babel. Dia membangin patung raksasa yang menggambarkan dirinya setinggi + 27 meter. Dia memastikan bahwa seluruh tubuh patung itu terbuat dari Emas (Dan. 3:1). Lalu ia memandang dari atas puncak rumahnya di Babel. Ia mulai berbicara sendiri pada dirinya. Ia memuji-muji dirinya karena kekuasaan, harta dan kehormatan yang dimiliki. Ia membangga-banggakan kebesaran kerajaannya yang dianggap berdiri kokoh karena kekuatannya: "Bukankah ini Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan".

Apa yang dipertontonkan oleh Nebukadnezar dengan sikap dan karakternya tersebut benar-benar antitesis terhadap doksologi kepada Tuhan (Pengakuan Iman) bahwa: "kerajaan dan kuasa dan kemuliaan adalah bagi Allah, bukan bagi manusia = Ad Meyorem Gloriam Dei". Dan apa yang diungkapkan oleh Nebukadnezar adalah bentuk perlawanan nyata manusia terhadap kemahakuasaan Allah. Dan ingatlah bahwa Tuhan tidak akan pernah tinggal diam untuk membiarkan perlakuan yang demikian. Dari sorga, Tuhan memberikan jawabannya; dengan mengacaukan rancangan manusia. Tidak heran, sebelum ocehan Nebukadnezar selesai, penghukuman Allah jatuh atasnya. Dia kehilangan kerajaannya dan diusir dari istananya. Ia tersingkirkan dan hidup dengan hewan dan makan seperti hewan. rambutnya menjadi seperti bulu burung elang dan kukunya seperti cakar burung. Artinya; hidupnya sangat memprihatinkan; dia menjadi gila.

Baru ketika ia tersadar akan keteledorannya, ia kemudian merendahkan diri dan mengakui bahwa Allahlah satu-satunya Yang Mahatinggi, yang berkuasa atas semua kerajaan manusia dan kekuasaannya itu kekal. Ia kemudian datang dan beribadah kepada Allah yang di sorga, -(boleh jadi di bawah bimbingan Daniel yang sangat bijaksana, sang raja mengenal Allah dan beribadah kepada Allah yang disembah Daniel)-, dan seketika itu pula, kegilaannya itu hilang dan kerajaannya dikembalikan kepadanya.

Saudaraku....
Saya hanya mau mengatakan kepada anda bahwa:
"Tidak ada manfaat yang ditimbulkan dari sikap congkak; justru buah yang hasilkan adalah petaka. Tetapi kerendahan hati di hadapan Tuhan akan mendatangkan berkat dan damai sejahtera".

Selamat berlaku rendah hati.
Tuhan Yesus memberkatimu.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love