Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-210 tanggal 28 Juli 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan : Keluaran 2:1-10.
"Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada putri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya MUSA, sebab katanya: Karena aku telah menariknya dari air (Kel. 2:10)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda terus diberkati Tuhan.
Saudaraku....
Ketakutan dan kekuatiran yang sangat mencekam bagi kebanyakan orang adalah: apakah ia masih dimungkinkan untuk menyambut hari esok dengan kepala tegak. Dan jika seseorang tidak memiliki pegangan atau jaminan untuk menyambut hari esok, maka ia akan terjebak dalam apa yang disebut: Fatalisme, lalu memilih jalan pintas yang dipandangnya baik untuk mengakhiri hidupnya.
Bagian sebelumnya dari perikop bacaan hari ini menggambarkan situasi ketiadaan harapan bagi umat Israel yang berada di bahwa Tirani yang membuat mereka terkondisikan menjadi budak. Segala ruang gerak mereka dipersempit dan dipersulit, bahkan keberadaan mereka dianggap sebagai ancaman bagi keutuhan bangsa Mesir sehingga hal tersebut menjadi pembenaran bagi bangsa Mesir untuk melakukan tindakan kekerasan dan bahkan pembunuhan atas umat Israel. Dan dalam kondisi seperti itu, harapan untuk menikmati hari esok yang lebih baik bagi umat Israel adalah sebuah kemustahilan. Saya pun yakin bahwa jika anda adalah bagian dari umat Israel zaman itu, maka keputus-asaan yang tak bisa digambarkan akan nampak jelas di wajah anda. Tidakkah nast ini menggambarkan siatusia yang demikian: "Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya..segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu. Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani:...apabila kamu menolong perempuan Ibrani, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir; jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah dia hidup (Kel. 1:13-16)".
Pertanyaannya ialah:
"Apakah Tuhan membiarkan kondisi yang demikian harus menjadi realita kehidupan umatNya?".
Saudaraku...
Untuk beberapa waktu lalu, bersama dengan PWGT Jemaat Masale, saya ikut Wisata Rohani Bali-Lombok. Berbicara tentang pulau Lombok, tentu yang terlintas dalam pikiran anda salah satunya adalah: "Mutiaranya". Ya...memang Lombok dikenal dengan mutiaranya. Dan tentu kita sudah tahu bahwa mutiara telah menjadi simbol kecantikan dan kesucian sejak dari zaman dahulu kala. Dan saat kami hendak berlayar menuju ke pulau Gili Trawangan, kami melintasi tempat pembudidayaan kerang mutiara.
Tahukah anda, bagaimana proses terjadinya mutiara itu?.
Mutiara terbentuk dari sebuah proses yang sangat menyakitkan. Pembentukan mutiara secara alami terjadi akibat faktor iritasi, di mana ada pasir atau benda-benda padat yang masuk ke dalam mantel kerang. Benda padat ini tentu menimbulkan rasa tidak nyaman bagi kerang bahkan rasa sakit yang tak terkirakan. Dan untuk menghilangkan rasa sakit tersebut maka kerang maka kerang akan mengeluarkan cairan/lendir yang disebut NACRE, yang merupakan zat unik yang dimiliki kerang sebagai pelindung tubuh untuk mengurangi rasa sakit dan untuk beberapa waktu lamanya, benda asing itu akan terbungkus dengan cairan tersebut dan kemudian berubah menjadi padat sehingga terbentuk bulatan-bulatan mutiara yang tak ternilai harganya.
Apa yang kita dapat petik dari peristiwa terbentuknya mutiara?.
Saya mau mengatakan seperti ini: menyingkirkan atau menghilangkan persoalan yang berupa tekanan ataupun penderitan dalam berbagai bentuknya adalah suatu tindakan yang bodoh dan mustahil. Sebab selama anda dan saya masih menjejakkan kaki di atas bumi yang telah dirusakkan oleh dosa ini, penderitaan atau tekanan tidak akan pernah berhenti memberi warna bagi kehidupan. Berdebat tentang sumber masalah pun tidak akan memberi jalan keluar. Yang hanya kita hasilkan tidak lebih dari keluhan, tangisan bahkan keputus-asaan.
Tetapi ada cara yang terbaik untuk mengalami ketenangan batin di tengah berbagai persoalan kehidupan.
Apa itu?.
Ya...jika kerang membungkus benda asing yang masuk dalam tubuhnya dengan cairan yang unik, bukan menyingkirkannya, maka hasil akhirnya sangatlah menakjubkan. Tidakkah seharusnya kita pun dapat membungkus setiap persoalan yang terjadi dan dialami dalam hidup ini dengan senjata IMAN, maka hasil akhirnya pun telah pasti yakni: Hidupmu akan diberkati dengan limpah.
Saudaraku...
Erangan, tangisan dan keluhan umat Israel tidak dapat menuntaskan masalah yang terjadi. Tetapi perhatikan bahwa di tengah tekanan hidup, masih ada pribadi yang punya harapan tentang hari depan yang lebih baik. Memang tindakan yang diambil mengandung resiko yang sangat besar. Tetapi karena itu dilakukan dan lahir dari iman; maka Tuhan memberi jalan keluar.
Ini artinya apa buat anda?
Artinya bahwa sepahit apapun hidup yang sedang anda alami, jangan pernah meratapi situasi itu dengan kehilangan harapan akan hari esok yang lebih baik. Tetapi sepahit apapun kondisi yang anda alami, bungkus situasi itu dengan imanmu, dan yakini bahwa dalam situasi yang pahit itu, kuasa Tuhan sedang bekerja untuk menarik anda keluar dari sana dan menempatkan anda pada siatuasi yang penuh dengan sukacita dan sorak kemenangan.
Camkanlah hal ini:
"Iman akan merubah kepahitan hidupmu menjadi Damai Sejahtera".
Selamat untuk terus berpengharapan.
Selamat untuk membungkus segala masalah dengan iman.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-210 tanggal 28 Juli 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan : Keluaran 2:1-10.
"Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada putri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya MUSA, sebab katanya: Karena aku telah menariknya dari air (Kel. 2:10)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda terus diberkati Tuhan.
Saudaraku....
Ketakutan dan kekuatiran yang sangat mencekam bagi kebanyakan orang adalah: apakah ia masih dimungkinkan untuk menyambut hari esok dengan kepala tegak. Dan jika seseorang tidak memiliki pegangan atau jaminan untuk menyambut hari esok, maka ia akan terjebak dalam apa yang disebut: Fatalisme, lalu memilih jalan pintas yang dipandangnya baik untuk mengakhiri hidupnya.
Bagian sebelumnya dari perikop bacaan hari ini menggambarkan situasi ketiadaan harapan bagi umat Israel yang berada di bahwa Tirani yang membuat mereka terkondisikan menjadi budak. Segala ruang gerak mereka dipersempit dan dipersulit, bahkan keberadaan mereka dianggap sebagai ancaman bagi keutuhan bangsa Mesir sehingga hal tersebut menjadi pembenaran bagi bangsa Mesir untuk melakukan tindakan kekerasan dan bahkan pembunuhan atas umat Israel. Dan dalam kondisi seperti itu, harapan untuk menikmati hari esok yang lebih baik bagi umat Israel adalah sebuah kemustahilan. Saya pun yakin bahwa jika anda adalah bagian dari umat Israel zaman itu, maka keputus-asaan yang tak bisa digambarkan akan nampak jelas di wajah anda. Tidakkah nast ini menggambarkan siatusia yang demikian: "Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya..segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu. Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani:...apabila kamu menolong perempuan Ibrani, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir; jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah dia hidup (Kel. 1:13-16)".
Pertanyaannya ialah:
"Apakah Tuhan membiarkan kondisi yang demikian harus menjadi realita kehidupan umatNya?".
Saudaraku...
Untuk beberapa waktu lalu, bersama dengan PWGT Jemaat Masale, saya ikut Wisata Rohani Bali-Lombok. Berbicara tentang pulau Lombok, tentu yang terlintas dalam pikiran anda salah satunya adalah: "Mutiaranya". Ya...memang Lombok dikenal dengan mutiaranya. Dan tentu kita sudah tahu bahwa mutiara telah menjadi simbol kecantikan dan kesucian sejak dari zaman dahulu kala. Dan saat kami hendak berlayar menuju ke pulau Gili Trawangan, kami melintasi tempat pembudidayaan kerang mutiara.
Tahukah anda, bagaimana proses terjadinya mutiara itu?.
Mutiara terbentuk dari sebuah proses yang sangat menyakitkan. Pembentukan mutiara secara alami terjadi akibat faktor iritasi, di mana ada pasir atau benda-benda padat yang masuk ke dalam mantel kerang. Benda padat ini tentu menimbulkan rasa tidak nyaman bagi kerang bahkan rasa sakit yang tak terkirakan. Dan untuk menghilangkan rasa sakit tersebut maka kerang maka kerang akan mengeluarkan cairan/lendir yang disebut NACRE, yang merupakan zat unik yang dimiliki kerang sebagai pelindung tubuh untuk mengurangi rasa sakit dan untuk beberapa waktu lamanya, benda asing itu akan terbungkus dengan cairan tersebut dan kemudian berubah menjadi padat sehingga terbentuk bulatan-bulatan mutiara yang tak ternilai harganya.
Apa yang kita dapat petik dari peristiwa terbentuknya mutiara?.
Saya mau mengatakan seperti ini: menyingkirkan atau menghilangkan persoalan yang berupa tekanan ataupun penderitan dalam berbagai bentuknya adalah suatu tindakan yang bodoh dan mustahil. Sebab selama anda dan saya masih menjejakkan kaki di atas bumi yang telah dirusakkan oleh dosa ini, penderitaan atau tekanan tidak akan pernah berhenti memberi warna bagi kehidupan. Berdebat tentang sumber masalah pun tidak akan memberi jalan keluar. Yang hanya kita hasilkan tidak lebih dari keluhan, tangisan bahkan keputus-asaan.
Tetapi ada cara yang terbaik untuk mengalami ketenangan batin di tengah berbagai persoalan kehidupan.
Apa itu?.
Ya...jika kerang membungkus benda asing yang masuk dalam tubuhnya dengan cairan yang unik, bukan menyingkirkannya, maka hasil akhirnya sangatlah menakjubkan. Tidakkah seharusnya kita pun dapat membungkus setiap persoalan yang terjadi dan dialami dalam hidup ini dengan senjata IMAN, maka hasil akhirnya pun telah pasti yakni: Hidupmu akan diberkati dengan limpah.
Saudaraku...
Erangan, tangisan dan keluhan umat Israel tidak dapat menuntaskan masalah yang terjadi. Tetapi perhatikan bahwa di tengah tekanan hidup, masih ada pribadi yang punya harapan tentang hari depan yang lebih baik. Memang tindakan yang diambil mengandung resiko yang sangat besar. Tetapi karena itu dilakukan dan lahir dari iman; maka Tuhan memberi jalan keluar.
Ini artinya apa buat anda?
Artinya bahwa sepahit apapun hidup yang sedang anda alami, jangan pernah meratapi situasi itu dengan kehilangan harapan akan hari esok yang lebih baik. Tetapi sepahit apapun kondisi yang anda alami, bungkus situasi itu dengan imanmu, dan yakini bahwa dalam situasi yang pahit itu, kuasa Tuhan sedang bekerja untuk menarik anda keluar dari sana dan menempatkan anda pada siatuasi yang penuh dengan sukacita dan sorak kemenangan.
Camkanlah hal ini:
"Iman akan merubah kepahitan hidupmu menjadi Damai Sejahtera".
Selamat untuk terus berpengharapan.
Selamat untuk membungkus segala masalah dengan iman.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Amin...Amin...Amin...
ReplyDeleteTrimakasih atas refleksinya.
TYM.
Amin.
ReplyDelete