Sebuah Refleksi Pribadi.
Sekedar Renungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-278 tanggal 4 Oktober 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan Kontemplasi : Lukas 7 : 1 - 10.
Layla Tov. Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Selamat malam. Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga istirahat malam anda tenang dan damai.
Sahabatku...
Penjajah selalu identik dengan kekerasan dan penindasan. Seorang penjajah selalu dipandang sebagai seorang yang memiliki karakter keras, kejam dan tidak memiliki rasa belas kasihan. Ia hanya mementingkan dirinya sendiri, selalu mengorbankan orang lain demi kesenangannya sendiri. Karena itu, seorang penjajah sangat dibenci dan sulit untuk mendapat tempat di hati kaum terjajah.
Tetapi seorang yang satu ini, adalah lain dari yang lainnya. Ia seorang perwira Romawi yang dihormati dan disegani bukan karena jabatannya tetapi karena ia memiliki kelembutan hati. Ia sama sekali tidak mempertontonkan karakter seorang penjajah yang keras dan suka menindas orang lain, tetapi dengan ketulusan ia memperhatikan kebutuhan kaum yang terjajah dan mengasihi dengan sepenuh hati. Ia juga adalah seorang pribadi yang takut akan Tuhan, karena itu ia memberi perhatian terhadap kehidupan peribadahan kaum yang terjajah dengan memberi bantuan bagi pembangunan Rumah Ibadat Yahudi/Sunagoge (ay. 5). Terhadap seorang hamba, ia sangat respek (ay. 2). Rasa empatinya yang begitu kuat mendorongnya untuk datang kepada Tuhan Yesus dan memohon agar hambanya yang sedang sekarat itu ditangani dengan baik dan disembuhkan dari sakitnya oleh Tuhan Yesus.
Ketika Tuhan Yesus datang ke rumahnya, iapun sadar akan ketidak-layakannya untuk didatangi oleh Tuhan Yesus. Ia sadar akan dirinya sebagai pribadi yang tidak pantas untuk mendapat perhatian khusus dan tidak layak untuk mendapat belas kasihan dari Tuhan. Ia menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari kaum penindas sehingga ia merasa tidak layak untuk menyambut Tuhan Yesus di rumahnya. Tindakannya ini bukanlah bentuk "Arogansi" atau "Kesombongan", tetapi gambaran dari sebuah "Kerendahan Hati". Itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat kagum terhadap perwira yang satu ini dan Yesus berkata: "Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel (ay. 9b)".
Sahabatku...
Saya mau menegaskan hal ini kepada anda:
"Kesalehan atau kehidupan ritual yang taat belumlah cukup bagi anda untuk mendapat tempat di hati sesama dan berkenan di hati Tuhan. Anda harus memiliki hati yang lembut, selembut hati Tuhan".
Ya....
Sebuah hati yang memandang orang lain sebagai ciptaan Tuhan yang sangat mulia, dan karena itu siapapun dia maka dia harus dihargai dan dihormati. Pribadi yang memiliki hati yang lembut akan mendapat balasan yang setimpal dari kelembutannya itu. Jika perwira Romawi yang notabene adalah bagian dari kaum penindas justru mampu mempertontonkan kelembutan hati di tengah-tengah kaum yang tertindas, maka saya yakin, anda pun bisa lebih daripada itu.
Inilah pesan saya:
"Nampakkanlah kelembutan hati anda kepada setiap orang tanpa memandang muka, maka hati Tuhan akan tersentuh dan Tuhan akan mewujudkan harapan-harapan anda".
Selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Sekedar Renungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-278 tanggal 4 Oktober 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan Kontemplasi : Lukas 7 : 1 - 10.
Layla Tov. Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Selamat malam. Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga istirahat malam anda tenang dan damai.
Sahabatku...
Penjajah selalu identik dengan kekerasan dan penindasan. Seorang penjajah selalu dipandang sebagai seorang yang memiliki karakter keras, kejam dan tidak memiliki rasa belas kasihan. Ia hanya mementingkan dirinya sendiri, selalu mengorbankan orang lain demi kesenangannya sendiri. Karena itu, seorang penjajah sangat dibenci dan sulit untuk mendapat tempat di hati kaum terjajah.
Tetapi seorang yang satu ini, adalah lain dari yang lainnya. Ia seorang perwira Romawi yang dihormati dan disegani bukan karena jabatannya tetapi karena ia memiliki kelembutan hati. Ia sama sekali tidak mempertontonkan karakter seorang penjajah yang keras dan suka menindas orang lain, tetapi dengan ketulusan ia memperhatikan kebutuhan kaum yang terjajah dan mengasihi dengan sepenuh hati. Ia juga adalah seorang pribadi yang takut akan Tuhan, karena itu ia memberi perhatian terhadap kehidupan peribadahan kaum yang terjajah dengan memberi bantuan bagi pembangunan Rumah Ibadat Yahudi/Sunagoge (ay. 5). Terhadap seorang hamba, ia sangat respek (ay. 2). Rasa empatinya yang begitu kuat mendorongnya untuk datang kepada Tuhan Yesus dan memohon agar hambanya yang sedang sekarat itu ditangani dengan baik dan disembuhkan dari sakitnya oleh Tuhan Yesus.
Ketika Tuhan Yesus datang ke rumahnya, iapun sadar akan ketidak-layakannya untuk didatangi oleh Tuhan Yesus. Ia sadar akan dirinya sebagai pribadi yang tidak pantas untuk mendapat perhatian khusus dan tidak layak untuk mendapat belas kasihan dari Tuhan. Ia menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari kaum penindas sehingga ia merasa tidak layak untuk menyambut Tuhan Yesus di rumahnya. Tindakannya ini bukanlah bentuk "Arogansi" atau "Kesombongan", tetapi gambaran dari sebuah "Kerendahan Hati". Itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat kagum terhadap perwira yang satu ini dan Yesus berkata: "Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel (ay. 9b)".
Sahabatku...
Saya mau menegaskan hal ini kepada anda:
"Kesalehan atau kehidupan ritual yang taat belumlah cukup bagi anda untuk mendapat tempat di hati sesama dan berkenan di hati Tuhan. Anda harus memiliki hati yang lembut, selembut hati Tuhan".
Ya....
Sebuah hati yang memandang orang lain sebagai ciptaan Tuhan yang sangat mulia, dan karena itu siapapun dia maka dia harus dihargai dan dihormati. Pribadi yang memiliki hati yang lembut akan mendapat balasan yang setimpal dari kelembutannya itu. Jika perwira Romawi yang notabene adalah bagian dari kaum penindas justru mampu mempertontonkan kelembutan hati di tengah-tengah kaum yang tertindas, maka saya yakin, anda pun bisa lebih daripada itu.
Inilah pesan saya:
"Nampakkanlah kelembutan hati anda kepada setiap orang tanpa memandang muka, maka hati Tuhan akan tersentuh dan Tuhan akan mewujudkan harapan-harapan anda".
Selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Amin.
ReplyDelete