
Sekedar Perenungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-311 tanggal 6 Novemver 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan Kontemplasi : Yakobus 1:2-4.
Ane' ma'akhal lekha laila tov. Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
Saya berharap bahwa malam ini anda dapat beristirahat dengan hati penuh damai.
Sahabatku....
Dari sekian banyak doa yang saya dengar bahkan yang saya baca, mungkin inilah doa yang paling nyeleneh, doa dari seorang Jenderal yang menjadi pemimpin tentara Sekutu wilayah Asia-Pasifik pada masa Perang Dunia II, dan doa yang dituliskannya itu ditujukan kepada puteranya. Sang Jenderal itu bernama Douglas Mac Arthur.
Demikian doanya:
Tuhanku....
Bentuklah putraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya.
Dan berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.
Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap jujur dan rendah hati dalam kemenangan.
Bentuklah putraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya,
dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang putra yang sadar bahwa;
mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.
Tuhanku....
Aku mohon,
janganlah pimpin putraku di jalan yang mudah dan lunak.
Namun tuntunlah dia di jalan penuh hambatan dan godaan,
kesulitan,
dan tantangan.
Biarlah putraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai,
dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi,
sanggup memimpin dirinya sendiri,
sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.
Berilah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria,
tanpa melupakan makna tangis duka.
Putra yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah,
namun tak pernah melupakan masa lampau.
Dan, setelah semua menjadi miliknya....
berilah dia cukup kejenakaan sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh,
namun tetap mampu menikmati hidupnya.
Tuhanku.....
Berikanlah ia kerendahan hati.
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki,
pada sumber kearifan,
kelemah-lembutan,
dan kekuatan yang sempurna.
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud,
hamba,
ayahnya,
dengan berani berkata:
"Hidupku tidak sia-sia".
Doa ini tadi saya katakan "Nyeleneh", karena Sang Jenderal berharap agar putranya diberi jalan yang susah bukan jalan kesenangan, hidup dalam bayang-bayang kengerian bukan hidup yang serba nyaman dan damai. "Nyeleneh", karena saya sungguh yakin bahwa setiap kita, pastilah kita berdoa agar anak-anak kita diberi jalan yang mudah dan nyaman untuk menggapai masa depannya; dijauhkan dari segala kesulitan dan pencobaan hidup. Bahkan dalam Doa Bapa Kami yang diajarkan Tuhan Yesus, di sana dikatakan demikian:
"Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat....".
Sahabatku....
Cukup lama saya merenungkan apa makna di balik doa Sang Jenderal ini?
Pada akhirnya saya berkesimpulan bahwa doa ini merupakan cerminan seorang ayah yang berharap agar kelak putranya menjadi manusia yang berakhlak mulia, memilihki iman yang kuat, mampu menjadi manusia yang tegar, tidak cengeng, tidak manja dan sungguh-sungguh menunjukkan tanggung jawab yang besar atas kehidupannya sendiri dan dengan itu dapat menghargai kehidupan orang lain.
Dan dari sinilah saya dapat memahami mengapa jalan yang Tuhan pilih untuk mengantar bangsa Israel tiba di Tanah Perjanjian justru jalan yang penuh hambatan, tantangan bahkan bayang-bayang kematian. Pun demikian, mengapa Tuhan justru memilih Via Dolorosa (Jalan Penderitaan) untuk menyelamatkan manusia, padahal Dia sendiri adalah Tuhan yang mampu melakukan segala sesuatu yang lebih terhormat dan lebih bermartabat dibandingkan kematian yang konyol itu (Salib). Semua itu menjadi pilihan Tuhan agar kita belajar untuk membentuk karakter yang tangguh, tidak mudah menyerah, dan melalui ujian demi ujian yang berat itu akan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri manakala kita berhasil melewatinya dengan baik; sebagaimana Yesus Kristus yang berhasil menjalani Via Dolorosa itu, maka: "Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumiu, dan segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa (Flp. 2:9-11)".
Dengan demikian anda sekarang dapat memahami apa maksud dari nasehat Yakobus:
"Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatu ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian atas imanmu itu menghasilkan ketekunan dan biarlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tidak kekurangan sesuatu apapun".
Karena itu saya hendak mengingatkan anda tentang hal ini;
"Tidak ada satupun orang besar dalam dunia ini yang muncul begitu saja tanpa melewati tekanan dan kesulitan hidup. Seorang menjadi besar karena mereka berani menghadapi tantangan dan mereka menjadi pemenang karena mereka tidak mengenal perkataan KALAH. Sebab KEKALAHAN yang sesungguhnya ialah ketika seorang merasa diri takut MENGALAMI KEKALAHAN, dan jika hal ini terjadi maka yang bersangkutan tidak berani terjun ke medan peperangan. Jadi di balik semua kesulitan dan atau pencobaan hidup, selalu Tuhan menyediakan berkat yang terbesar bagi mereka yang berani menghadapinya".
Selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkatimu.
No comments:
Post a Comment