Laman

Monday, November 26, 2018

Hidup Yang Berketeladanan

Sebuah Refleksi Pribadi.
Sekedar Perenungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-332 tanggal 26 November 2018 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan Kontemplasi : Matius15:7-20.

Selamat malam dan salam sejahtera bagimu.

Sahabatku....
Sampai sekarang saya tetap merasa  terusik dengan pertanyaan seorang warga jemaat: "Pak pendeta, sudah berapa banyak orang yang anda jadikan Kristen?".

Melalui percakapan dengan yang bersangkutan, saya dapat memahami jalan pikirannya bahwa: "Tanggung jawab setiap pengikut Yesus adalah mengkristenkan orang".

Saya bertanya:
Apakah seperti itu yang dikatakan Alkitab?.

Apakah perintah Yesus dalam Mat. 28:19 menunjuk pada tanggung jawab untuk menjadikan seseorang Kristen lalu namanya teregistrasi dalam keanggotaan Gereja?.

Saya justru menantang yang bersangkutan dengan sebuah pertanyaan:
Apakah menurut anda, Yesus itu beragama Kristen?.

Apakah Yesus dibesarkan dalam Keluarga Kristen sehingga tumbuh menjadi seorang yang sangat fanatik dengan kekristenanNya, sehingga dengan itu, Ia memerintahkan anda untuk menjadikan sebanyak mungkin orang menjadi Kristen?.

Tidakkah Ia sampai mati tetap menyandang profesi sebagai seorang Rabbi Yahudi?.

Sahabatku...
Saya sendiri tidak berani mengklaim bahwa saya sudah berhasil mengkristenkan orang.
Saya hanya dapat mengatakan bahwa saya akan terus berusaha walau dalam segala keterbatasan, untuk mengajak setiap orang mengenal dan merasakan kasih Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus. Saya hanya sebatas penyabung lidah untuk memperkenalkan kedahsyatan kuasa Allah yang menyelamatkan manusia. Saya sama seperti seorang guru di depan murid-muridnya, berusaha untuk membuka belenggu ketidak-tahuan (kebodohan), sehingga para murid mengerti dan atau menjadi tahu, maka dengan menjadi tahu itulah, mereka sendiri yang akan mengambil keputusan untuk menentukan masa depannya di dalam Tuhan.

Bagi saya, mengantar seseorang untuk mengenal Yesus dan menjadi muridNya tidak sama dengan "mengkristenkan orang". Persoalan "Mengenal Kristus dan Percaya PadaNya" lebih pada persoalan "PEMURIDAN". Pemuridan lebih menekankan perubahan karakter dari seorang yang jauh menjadi sangat dekat dan sangking dekatnya sehingga tidak mau terpisahkan lagi, yang tidak tahu menjadi tahu, dan yang kemudian berkomitmen untuk melakukan apa yang ia tahu. Pemuridan adalah merubah karakter seseorang menjadi serupa dengan Yesus (Meneladani hidup Yesus). Sedangkan Kekristenan hanyalah LABEL (standarisasi agama: Halal atau Tidak Halal), yang cenderung menonjolkan bungkusannya atau capnya namun tidak dapat menjamin isinya itu baik untuk dilakoni dan dinikmati.

Dalam konteks masyarakat sekarang ini, fanatisme terhadap agama lebih menggema dibanding apa yang menjadi esensi agama itu sendiri. Saya prihatin karena justru konsep seperti ini membuat kita mengkotak-kotakkan orang lain; ada Kristen dan non-Kristen, ada Yahudi dan non-Yahudi, ada Muslim dan non-Muslim, ada orang Mukmin dan ada orang Kafir. Akibatnya, mereka yang sejalan adalah KAWAN, lalu yang berseberangan jalan adalah MUSUH yang harus dihindari atau kalau perlu disingklirkan dan dibinasakan.

Sahabatku....
"Apakah sebabnya jemaat mula-mula yang notabene masih menjalankan syariat agama Yahudi, namun mereka sangat disukai banyak orang dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka (Kis. 2:46-47)?".

Tidakkah mereka disukai karena keteladanan Yesus mewarnai cara hidup mereka; bukan karena mereka Kristen, -(dan memang pada saat itu mereka belum mendapat label Kristen, karena mereka masih bagian dari agama Yahudi).

Mother Theresa dicintai semua orang lintas agama bukan karena label KRISTEN yang disandangnya, tetapi karena keteladanan Yesus nampak dalam karya dan pelayanannya. Ia tidak pernah meminta kepada orang yang dilayaninya untuk mengganti label mereka; tetapi ia hanya memperkenalkan kasih Yesus yang merangkul semua orang.

Bagaimana sekarang dengan mereka yang mengklaim dirinya sebagai anak-anak Tuhan?.

Apakah keteladan Yesus sudah mewarnai kehidupan anak-anak Tuhan zaman now?
.

Dan jujur harus kita akui bahwa kehidupan kekristenan sekarang ini lebih menonjolkan label dari pada isi. Asesoris lebih dipentingkan daripada pengajarannya. Bangunan fisik terlihat megah, tetapi bangunan iman sangat keropos. Kekudusan menjadi barang yang langka; kemunafikan, ketidakjujuran, hoaks, fitnah dan segala bentuk kejahatan justru semakin berkembang.

Coba anda perhatikan mereka yang datang bergereja;
"Rumah Tuhan bukan lagi Rumah Doa, tetapi telah berubah menjadi sarang penyamun dan rumah gosip. Datang ke gereja bukan lagi menyembah Tuhan, tetapi datang rame-rame untuk bertemu teman atau sekedar kebiasaan. Gereja telah menjadi ajang pamer kekayaan, kedudukan, jabatan dan kekuasaan; bukan lagi tempat untuk menyatakan cinta kasih satu dengan yang lain".

Jika ke dalam saja, Gereja tidak dapat mempertontonkan karakter Yesus, bagaimana mungkin mereka dapat memperkenalkan kasih Kristus kepada dunia luar.

Camkan ini:
"Menjadi Kristen itu memang baik, tetapi lebih mulia dan berkenan bagi Allah jika anda menanmpakkan kwalitas diri anda yang memancarkan keserupaan dengan Yesus dalam kata dan tindakan. Label memang baik, tetapi yang lebih utama adalah ISINYA. Tak jadi soal anda memakai asesoris, tetapi jangan anda lupakan yang lebih utama yakni kwalitas iman anda dalam karakter yang berketeladanan".

Ingat:
"Kekristenanmu sama sekali tak berarti ketika perilaku hidupmu bejat. Karena itu, kekristenan anda akan nampak dengan jelas melalui keteladanan hidup yang benar di tengah angkatan yang bengkok ini".

Selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkatimu.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love