
Sekedar Perenungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-306 tanggal 1 November 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan Kontemplasi : 1 Timotius 4:1-10.
Ane' ma'akhal lekha laila tov. Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
Semoga malam ini hati anda tetap diliputi syukur dan sukacita.
Sahabatku...
Saya ingin bertanya kepada anda bagaimana pendapat anda tentang:
Apakah membaca Firman Tuhan itu baik atau tidak baik?.
Apakah berdoa itu baik atau tidak baik?.
Apakah beribadah itu baik atau tidak baik?.
Apakah menolong sesama itu baik atau tidak baik?.
Apakah mengasihi sesama itu baik atau tidak baik?.
Apakah berkata jujur itu baik atau tidak baik?.
Masih banyak pertanyaan lain lagi dan jawabannya hanyalah memilih kata: BAIK atau TIDAK BAIK.
Saya hanya punya satu kesimpulan bahwa anda yang membaca renungan ini akan memberi jawaban atas semua pertanyaan itu dengan pilihan kata: BAIK.
Jika ada di antara anda yang mempunyai pilihan yang sebaliknya, yakni: "TIDAK BAIK", maka saya sarankan anda untuk berkonsultasi ke psikiater atau pergi minta tolong kepada seorang konselor, karena hidup anda sesungguhnya sedang bermasalah.
Namun demikian, saya tidak mau berdebat dengan anda tentang masalah tersebut. Yang menjadi fokus saya adalah: bagaimana hal yang BAIK itu anda buktikan dalam TINDAKAN. Sebab begitu banyak orang mengetahui tentang hal yang BAIK tetapi itu hanya sebatas IDE dan OMONGAN DOANG, tetapi dalam kelakuan atau tindakan, ternyata NOL BESAR.
Ya...
Jika anda mengatakan bahwa membaca Firman Tuhan itu BAIK, mengapa justru anda melalaikan hal tersebut? Mengapa anda tidak menyisihkan waktu yang terbaik untuk membaca Firman Tuhan? Dan kalau pun anda begitu tekun membaca Firman, mengapa kelakuan anda justru bertolak belakang dari apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan?.
Jika anda mengatakan bahwa berdoa itu adalah sesuatu yang BAIK, sesuatu yang akan mendatangkan berkat dalam kehidupan anda; tetapi mengapa justru anda melalaikan jam-jam doa anda? Mengapa anda tidak mengatur waktu khusus untuk fokus berdoa kepada Tuhan? Mengapa justru seluruh waktu anda habis dengan rutinitas kerja dan menikmati hobbi atau kesenangan badaniah, lalu anda memandang remeh hal BERDOA? Dan kalaupun anda adalah seorang yang sangat serius dengan jam-jam doa, mengapa mulut anda masih saja mengeluarkan kata-kata kotor dan bernada kebencian terhadap orang lain, bahkan begitu mudah mengkofar-kafirkan sesama?.
Jika anda mengatakan bahwa beribadah itu adalah BAIK, beribadah itu adalah suatu kesempatan dalam mengalami persekutuan dengan Tuhan dan sesama saudara seiman, mengapa justru anda tidak serius dalam mengikuti ritual ibadah anda? Mengapa setiap kali anda mengikuti ibadah, anda masih saja berisik, colek sana colek sini, dan kalau khotbah sudah lebih dari 2 jam, anda mulai gusar sehingga hikmatnya sebuah ibadah itu menjadi buyar?.
Sahabatku....
Saya hanya mau mengajak anda untuk fokus pada tema "IBADAH".
Kata ini berasal dari akar kata ABODAH atau AVODAH, dan kata ini pertama kali muncul dalam Kej. 2:15 ....
"Vayiqakh YHWH (Adonay) 'Elohim 'et-Ha'Adam vayanikhehu vegan-'Eden le'av'dah (Avodah = Abdi) ulesham'rah".
Kata AVODAH dalam teks ini dipakai untuk menunjuk pada penugasan Allah kepada manusia dalam "Mengusahakan" dan "Memelihara" taman Eden. Kata Avodah disejajarkan dengan PELAYANAN manusia untuk "Memelihara Kehidupan seluruh ciptaan" yang diamanatkan Tuhan kepadanya. Jadi Abodah itu bersangkut-paut dengan tindakan manusia untuk menghadirkan "SHALOM" bagi seluruh ciptaan Allah. Jadi tekannya bukan semata hal RITUAL, tetapi tentang hal MELANYANI (Ing: Serve), atau menjadikan diri sebagai ABDI/HAMBA bagi sesama.
Dengan demikian, ketika anda menyatakan ibadah kepada Tuhan maka sesungguhnya anda sedang mengabdikan diri anda untuk sebuah pekerjaan yang diamanatkan Tuhan, yakni "Memelihara dan atau menjaga Kehidupan". Itulah sebabnya, Paulus menekankan perihal IBADAH mengandung unsur JANJI, yakni "DAMAI SEJAHTERA = SHALOM" bagi yang melaksanakannya, dan hal itu bukan hanya berlaku untuk kehidupan kekinian tetapi juga kehidupan yang akan datang.
Konsekwensi dari ibadah yang sesungguhnya adalah, anda harus menjauhkan diri dari segala hal yang omong kosong (Takhayul dan Dongeng) lalu melatih diri anda untuk menjadi pelayanan Kristus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman dan dalam ajaran sehat serta selalu sedia mempraktekkan kehidupan ibadah dalam segala tindakan. Jadi bukan hanya sekedar TAHU bahwa ibadah itu BAIK, tetapi membuktikannya dalam tindakan dengan menjadikan seluruh kehidupannya sebagai saluran berkat bagi orang lain dan bagi alam lingkungannya.
Dan inilah nasehat dari penulis kitab Ibrani yang patut anda dan saya perhatikan:
"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasehati dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Sebab jika kita sengaja berbuat dosa sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada adalah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka (Ibr. 10:25-27)".
Jadi camkan hal ini:
"Jangan anggap remeh kehidupan ibadahmu, sebab akan fatal akibatnya. Tetapi jika anda serius, maka ibadahmu itu mengandung janji; dan Tuhan akan mewujudkan semua janjiNya sesuai dengan apa yang sudah difirmankanNya".
Selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkati.
Amin...Amin...Amin...
ReplyDeleteTrima kasih atas refleksinya.
TYM