Laman

Tuesday, February 19, 2013

Iman dan Kerendahan Hati


Bahan Renungan Untuk Kebaktian Rumah Tangga Jemaat Samarinda
Hari Rabu, Tanggal 20 Pebruari 2013
Disarikan dan dikembangkan dari Buku Membangun Jemaat

Bacaan Alkitab : Lukas 18 : 9 - 14

Sikap "Pongah" dan "Merasa Diri Lebih" dari pada orang lain adalah penghambat utama dalam membangun hubungan bersesama. Atau dengan kata lain, sikap "Pongah" dan "Merasa Diri Lebih" dari orang lain menjadi penghalang bagi kita dalam menjalin dan membangun komunikasi yang intens dengan orang lain. Tuhan Yesus begitu tegas dan keras menegur orang-orang Farisi yang begitu angkuh karena merasa diri mereka lebih benar dan lebih baik dari pada orang lain. Begitu angkuhnya mereka berdiri di hadapan Allah sambil berdoa dan dalam doanya ia berkata: "Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMU, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku".

Perhatikan alur doanya:

Aku mengucap syukur kepadaMU.
Hal ini tidak salah, justru hal ini merupakan tindakan terpuji. Ucapan syukur sangat menyenangkan hati Allah. Rasul Paulus menyampaikan nasehat ini kepada Jemaat di Tesalonika: "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah (1 Tes. 5:18".
Lalu apa yang salah dalam pengucapan syukur orang Farisi ini?.
Ternyata ia melakukan pengucapan syukurnya dengan berharap pamrih.

Aku tidak sama seperti orang lain. Pengucapan syukurnya tidak lahir dari ketulusan, ia melakukannya supaya ia mendapat pujian dari Allah. Pengucapan syukurnya tidak dibarengi oleh kerendahan hati. Karena itu, ia memposisikan dirinya sebagai orang yang benar lalu menghakimi saudaranya. Secara tidak langsung ia menuntut Allah dengan berkata: "Aku pantas dan layak untuk mendapatkan berkatMu, sebab aku tidak seperti orang lain. Aku sudah melakukan perintahMu, karena itu aku berhak atas segala janji-janjiMu. Aku ini orang jujur, bukan perampok; aku ini orang baik, bukan orang lalim; aku menjaga kesucian, bukan pezinah; aku ini orang yang tidak mencari keuntungan dengan memeras bangsaku, tidak sama seperti pemungut cukai yang memeras bangsanya sendiri. Tuhan, Engkau harus memberkatiku karena aku ini berusaha hidup menurut tuntutan hukumMu. Aku berpuasa dua kali seminggu, dan aku tidak lupa memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Jadi Tuhan, Engkau harus membalaskan kepadaku lebih dari pada orang lain".

Lewat perumpamaan ini Tuhan Yesus hendak menegaskan kepada kita bahwa Allah tidak dapat dibujuk rayu dengan segala amal-ibadah kita. Amal-ibadah memang sebuah keharusan, tetapi jangan jadikan hal itu sebagai ukuran untuk memaksa Allah agar IA memberkati hidup kita. Anda mungkin agak kecewa jika IA berkata: "AKU tidak mengenal kamu, enyahlah dari padaKU hai kamu pembuat kejahatan (Mat. 7:23)".

Yang sangat penting dalam pandangan Tuhan Yesus justru orang yang "Rendah Hati", yang datang di hadapan Tuhan dengan hati yang remuk karena sadar akan segala kelemahan dan dosa-dosanya. Seorang yang tidak datang dengan pongahnya memandang ke atas; tetapi datang dengan memukul-mukul diri dan tidak berani memandang ke atas atau menegadah ke langit. Dengan deraian airmata ia berkata: "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini".

Orang yang rendah hati sadar bahwa pada dirinya terdapat begitu banyak kekurangan, ia sadar bahwa tidak ada sesuatu yang dapat dibanggakan pada dirinya apa lagi di hadapan Allah yang kudus. Yang ia butuhkan adalah pengampunan dan kekuatan dalam menjalani hidup. Ia bergantung sepenuhnya pada anugerah, kasih dan pengampunan dari Allah. Inilah sikap yang diharapkan oleh Tuhan dari setiap anak-anakNya. Jangan merasa diri telah menorehkan jasa lalu memaksa Tuhan untuk memberikan ini dan itu sebagai imbalan dari segala yang sudah dilakukan. Kita harus memiliki sikap yang sama seperti seorang yang tersalib bersama Yesus: karena dosanya, ia berkata kepada saudaranya; "kita memang layak untuk dihukum, sebab kita pantas menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita (Luk. 23:41)".

Dan memang benar, tidak ada manusia dalam dunia ini yang dapat menjamin bahwa hidupnya bebas dari segala dosa. Ketika seorang perempuan tertangkap basah melakukan zinah, ia diseret ke hadapan Tuhan Yesus. Hukuman atas perzinahan sesuai dengan Hukum Taurat adalah "dirajam dengan batu". Lalu Yesus berkata: "barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu (Yoh. 8:7)".

Jadi mengandalkan jasa adalah sebuah kebodohan dan hal tersebut sangat keji dalam pemandangan Tuhan. Mengapa? Karena orang yang demikian jatuh dalam dosa keangkuhan dan kesombongan. Dan benar apa yang dikatakan Amsal 16:18: "Kecongkakan (kesombongan) mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan". Dan Allah sendiri telah berfirman: "Kepada dunia akan kubalaskan kejahatannya, dan kepada orang-orang fasik kesalahan mereka; kesombongan oran-orang pemberani akan KUhentikan, dan kocongkakan orang-orang yang gagah akan KUpatahkan (Yes. 13:11)".
Karena itu, a
dalah lebih bijaksana jika kita datang di hadapan Tuhan dengan penuh kerendahan hati sambil berkata: "kasihanilah aku Tuhan". Ini adalah sikap iman dan Tuhan akan memberi jawab sama seperti jawaban kepada salah seorang penjahat yang tersalib bersamaNya: "Hari ini juga engkau bersama-sama dengan AKU dalam firdaus".

Di minggu Censora Morum III dan menikmati Minggu Sengsara II, kita diajak menanggalkan segala bentuk kesombonan diri lalu mengenalkan pakaian kerendahan hati. Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan bagi kita semua. IA meninggalkan segala kebesaran dan kemuliaanNya, datang di tengah-tengah kebusukan manusia, menjadikan diriNya sebagai Hamba, dan sebagai Hamba, IA telah menyerahkan seluruh hidupNya untuk menjadi tebusan atas segala dosa dan kesalahan kita. Ia melakukan semua itu tanpa pamrih; IA melakukan semata-mata karena KASIH.
Karena itu, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain. Barangsiapa merendahkan diri maka ia akan ditinggikan, tetapi barangsiapa meninggikan diri maka ia akan direndahkan.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love