Bahan Pengembangan Khotbah Jumat Agung
Dari Buku Membangun Jemaat
Salah satu ucapan yang tidak asing lagi di telinga orang percaya setiap kali mengenang peristiwa Jumat Agung adalah kutipan dari Mzm. 22:2...
"Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku".
Dalam bahasa aslinya (bhs. Ibrani) berbunyi demikian:
"Eloi, Eloi, Lama Asabakhtani. Rahoq misyuati deber sya'anati".
Ini adalah sebuah erangan dari seorang yang sedang mengalami tekanan. Ia membutuhkan orang lain, namun tidak ada yang datang untuk menolongnya. Bapa yang merupakan gambaran dari pribadi yang mengayomi, pun keberadaannya terasa jauh. Begitu jauh sehingga ia harus berteriak.
Keadaan seperti inilah yang terjadi ketika Yesus tiba di bukit itu. Ia sangat lelah dan membutuhkan orang lain untuk mendampingi diriNya dalam menghadapi beratnya penderitaan itu. Namun apa yang diharapkan tidak seperti itu kenyataannya. Semua orang yang dahulu mencariNya, tak satu pun yang berani mendekat. Tidakkah beberapa hari sebelumnya, mereka dengan sangat antusias mengiring Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem, mereka menghampar pakaiannya di jalan, menjadi permadani bagi Tuhan Yesus memasuki Yerusalem. Bukan hanya itu, mereka meneriakkan yel-yel kemenangan: "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi (Mat. 21:9)". Sungguh amat menyakitkan hati, orang yang sangat besar jumlahnya (Mat. 21:8) yang mengelu-elukan Dia,kini berbalik menjadi lawan, sambil berteriak: "Ia harus disalibkan (Mat. 27:23)". Dan di bukit Golguta tempat Ia disalibkan, setiap orang yang lewat menghujat Dia sambil menggelengkan kepala. Mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diriMu jika Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu (Mat. 27:40)".
Murid-muridNya pun tidak ada yang datang menolong, semua lari mengamankan dirinya. Bahkan sehari sebelumnya, hanya dalam hitungan jam, di depan mataNya, seorang yang selama ini merasa diri lebih superior dari murid yang lainnya, dibarengi dengan kata-kata kutuk dan sumpah serapah; berkata: "Aku tidak kenal orang itu (Mat. 26:74)". Ia tidak lain Simon yang disebut Petrus. Tidakkah ini sebuah pengkhianatan yang langsung menusuk dalam sampai ke pusat kehidupan, sebuah tindakan dan perlakuan yang sama kejamnya dari pada yang dilakukan oleh Yudas Iskariot.
Sungguh berat dan sungguh menyakitkan apa yang dialami oleh Tuhan Yesus. Derita badani yang dibarengi dengan derita psikis; dicambuk, diperlakukan tidak adil dan sewenang-wenang, difitnah, dinista, diludahi dan dikutuki, siapa pun juga yang mengalaminya akan berteriak: "Eloi, Eloi, Lama Asabakhtani".
Namun, sadarkah kita bahwa sesungguhnya semua yang dideritaNya adalah tumbal dari segala dosa dan pelanggaran kita. Ia berteriak demikian karena kita. Di kayu salib itulah dipertontonkan betapa dahsyatnya hukuman atas dosa, dan siapa pun kita tidak akan mampu menanggungnya. Karena itu, Dia yang tidak berdosa telah dijadikan dosa karena kita. Yesaya telah menubuatkan hal hal tersebut ketika ia menyampaikan firman ini:
"Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia dan bagi kita pun Dia tidak masuk hitunga. Tetapi sesunguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungNya dan kesengsaraan kita yang dipikulNya, padahal kita mengira Dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadaNya, dan oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh (Yes. 53:3-5)".
Salib itu adalah bukti cinta kasih Allah kepada kita. Salib itu berisi tiga kata dari Tuhan, yakni: "I Love You". Ia mengatakan kata-kata itu tanpa mempersoalkan keadaan kita. Sekalipun kita adalah salah satu dari orang yang tersalib bersamaNya, seorang penjahat kelas kakap, tapi tetap Ia berkata: "I Love You". Bukankah ini yang Ia ucapkan: "Hari ini juga, engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (Luk. 23:43)". Karena itu, merayakan Jumat Agung tidak lain kita merayakan cinta kasih Allah, yang telah mengorbankan AnakNya sendiri menjadi tebusan atas dosa-dosa kita.
Selamat merayakan Jumat Agung, Tuhan Yesus memberkati.
No comments:
Post a Comment