
Bahan Khotbah Untuk Disampaikan via TVRI Samarinda
Minggu, 31 Maret 2013
Datangnya hari PASKAH sangat dinantikan oleh umat Kristiani, sama seperti penantian akan datangnya hari NATAL. Bahkan persiapan untuk menyambut PASKAH dijalani selama 7 minggu yang kemudian dikenal dengan "Masa-masa Pra-Paskah". Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa PASKAH adalah hal yang sangat fundamental dalam perjalanan iman umat Kristiani. Namun demikian, Paskah yang diperingati oleh umat Kristen merupakan hasil interpretasi atas peristiwa PASKAH umat Allah dalam Perjanjian Lama.
Perkataan Paskah itu sendiri berasal dari bahasa Ibrani (Bahasa Perjanjian Lama), yakni "PESAKH", yang kemudian dialih-bahasakan ke dalam bahasa Yunani (Bahasa Perjanjian Baru) yakni "to paskha", yang mengandung beberapa makna:
1). Sudah Lalu,
2).Sudah Terlampaui atau
3). Sudah Terlewati.
Jadi Paskah dapat digambarkan demikian:
"ada sebuah masalah, atau tantangan atau persoalan; tapi persoalan ini tidak dapat dihindari. Persoalan ini harus dihadapi karena sangat menentukan perjalanan untuk menggapai hidup yang lebih baik. Jadi persoalan ini sangat menentukan eksis atau tidak eksisnya (to be or not to be) perjalanan hidup seseorang atau perjalanan hidup suatu umat atau perjalanan hidup suatu bangsa. Dan ketika masalah itu terselesaikan maka itulah yang disebut Paskah".
Paskah Umat Perjanjian Lama (Israel) diperingati untuk mengenang bagaimana Tuhan berjuang untuk membebaskan mereka dari tekanan hidup yang sangat menyesakkan. Paskah Perjanjian Lama merupakan tonggak sejarah terbentuknya Israel sebagai umat yang merdeka, menjadi bangsa yang bermartabat, terhormat dan disegani. Dan hal ini terjadi bukan karena inisiatif bangsa itu tetapi karena inisiatif Tuhan sendiri.
Hal inilah yang dikumandangkan oleh Malaikat Tuhan yang menampakkan diri kepada Musa di gunung Horeb, di dalam nyala api yang keluar dari semak duri, demikian:
"AKU telah memperhatikan dengan sungguh sengsara umatKU di tanah Mesir, dan AKU telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya...AKU mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu AKU telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang melimpah-limpah susu dan madunya......sekarang seruan orang Israel telah sampai kepadaKU, juga telah KUlihat betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka (Kel. 3:7-9)".
Jadi Paskah adalah peristiwa di mana Tuhan turun dan bertindak membebaskan umatNya lalu menuntun mereka untuk menikmati kehidupan yang lebih baik. Tak heran jika Paskah menjadi hari raya yang terbesar dan terpenting bagi orang Yahudi untuk mengenan kembali bagaimana Tuhan bertindak membebaskan mereka dari kuasa yang menindas + 430 tahun lamanya (Kel. 12:40), menjadi budak bangsa Mesir.
Dan untuk mengalami pembebasan itu maka Israel harus taat pada aturan dan segala ketetapan dari Tuhan. (Kel. 12:1-28 dan Kel. 12:43-51). Demikianlah pada malam yang terakhir Tuhan menjalani seluruh tanah Mesir dan menulahinya, dan apabila IA melihat darah pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu itu, maka Tuhan akan "MELEWATI" pintu itu dan tidak menulahinya (Kel. 12:23). Jadi setiap rumah yang bertanda darah, tidak ada ratap tangis, tetapi rumah-rumah orang Mesir yang tidak bertanda darah, terdengar ratap tangis karena ada kematian (Kel. 12:30).
Paskah Perjanjian Lama menginspirasi umat Tuhan zaman Gereja mula-mula untuk merenungkan kembali peristiwa yang terjadi disekitar proses penyaliban Tuhan (Jumat Agung) dan peristiwa yang menggemparkan di hari pertama minggu itu, yakni Kubur Kosong (Kebangkitan). Peristiwa salib menjadi sebuah ketetapan dari Allah dan hal ini tidak dapat ditolak oleh Yesus. Di hadapan Petrus, Yohanes dan Yakobus saat mereka ada di Taman Getsemani, Ia mengungkapkan isi hatiNya: "HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan AKU (Mat. 26:38)".
Salib menjadi persoalan yang amat berat untuk diterima begitu saja, dan karena itu Yesus membutuhkan teman berbagi perasaan dan berbagi pergumulan. Bukan hanya kepada muridNya ia menyampaikan suasana hatiNya yang mencekam, tapi hal itu juga dikomunikasikan dengan Allah, BapaNya: "Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarkanlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki (Mat. 26:39)". Jadi salib adalah pilihan yang harus dihadapi dan dijalani dan konsekwensinya adalah: "DarahNya harus tercurah". Tetapi darah yang tercurah ini menyucikan segala dosa, dan setiap orang yang percaya akan hal ini, mereka dibebaskan dari "MURKA" Allah yang menyala-nyala itu. Jaminan keselamatan akan kehidupan yang kekal kemudian diteguhkan melalui peristiwa Kebangkitan. KebangkitanNya hendak menegaskan bahwa Ia telah mengatasi maut dan di sinilah terletak keunikan Iman Kristen.
Rasul Paulus benar dalam hal ini. Kalau hanya soal punya nabi yang memiliki kuasa melakukan ini dan itu, maka Tuhan Yesus tidak ada bedanya dengan nabi-nabi yang lain. Jika Tuhan Yesus hanya dilihat sebagai seorang Rabbi yang berhikmat bahkan tokoh yang berbudi luhur dan baik hati dan dengan penuh kasih bersedia mati demi keyakinannya, maka kekristenan tidak mempunyai keistimewaan dari pada agama-agama yang lain.
Keistimewaan Kekristenan adalah: IA BANGKIT. Itulah sebabnya Rasul Paulus katakan bahwa: "Jika Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sia jugalah kepercayaan kamu (1 Kor. 15:14)". Jadi Alkitab hendak mengatakan bahwa: "Yesus benar-benar bangkit" dan kuasa kebangkitanNya memberi kemenangan bagi orang-orang percaya. Bahkan oleh Roma 8:37 menegaskan bahwa "kita lebih dari pada orang-orang yang menang". Kita bukan lagi budak dosa, tetapi orang-orang merdeka.
Dalam hal ini Paskah mempunyai arti: "yang lama sudah berlalu, yang baru sudah terbit". Kita adalah putra-putri zaman baru. Karena itu jangan mau dibelenggu oleh kenyataan saat ini, kita harus bangkit menyongsong era baru, kemungkinan baru dan paradigma baru. Paskah mengandung arti bahwa yang tidak mungkin ternyata mungkin. Di dalam kebangkitan Kristus, hal-hal yang impossible ternyata possible. Hal ini sangat penting di tengah-tengah kondisi bangsa yang semakin terpuruk. Banyak anak bangsa mulai putus asa dan frustasi melihat kenyataan yang ada. Korupsi merajalela bak jamur di musim penghujan, penyalagunaan kuasa, penegakan hukum dan keadilan yang hanya berpihak pada kelompok tertentu, diskriminasi hak-hak hidup. Mereka yang berjuang demi kebenaran dan keadilan seolah-olah tidak memiliki tempat yang lapang di persada ini. Dalam kondisi seperti ini, untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, maka sebagian orang berkata "MISSION IMPOSSIBLE", ini adalah misi yang tidak akan mungkin berhasil. Tapi melalui Paskah, umat Kristen diajak untuk tidak larut dengan keadaan yang ada. Kita harus meyakini bahwa segala sesuatunya akan mungkin jika kita bergantung pada Tuhan. Karena Yesus bangkit, segala sesuatu menjadi berubah. Ada semangat baru, ada harapan baru dan ada masa depan yang baru bahkan lebih besar dari pada yang sudah lalu.
Selamat Paskah, Tuhan Yesus yang bangkit itu memberkati.
(by: Pdt. Joni Delima).
No comments:
Post a Comment