Laman

Thursday, March 21, 2013

Saksi Kristus: Siap Hadapi Realita Penolakan

Bacaan Alkitab: 2 Korintus 6 : 1 - 10
Bahan Renungan Untuk Ibadah PWGT Jemaat Samarinda
Jumat, Tanggal 22 Maret 2013


Sepanjang Minggu ini dalam lingkup pelayanan Gereja Toraja, kita sedang ada dalam Pekan Pekabaran Injil. Kita diajak untuk merenungkan kembali panggilan pelayanan kita sebagai anak-anak Tuhan sebagaimana yang diamanatkan dalam Matius 28:19-20 demikian: "Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKU dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah KUperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, AKU menyertai kamu senantiasa sampai kesudahan zaman".

Adakah kita menyadari akan hal ini atau tidak?

Saudaraku..................
Satu hal yang hendak saya tegaskan ialah, "setiap orang beriman adalah saksi hidup dari imannya". Jadi sadar atau tidak, kita semua adalah "MARTYR" (bhs Yunani: artinya "SAKSI"). Dan panggilan sebagai SAKSI adalah pilihan yang tidak dapat kita tolak, dan hal ini bukan keinginan kita tetapi keinginan Tuhan sendiri. Tuhan Yesus bersabda: "Bukan kamu yang memilih AKU, tetapi AKUlah yang memilih kamu. Dan AKU telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah (Yoh. 15:16)". Jadi ketika kita menyatakan diri kita atau komitmen kita untuk percaya kepada Yesus bahwa DIAlah Tuhan dan Juruselamat satu-satunya (tidak ada yang lain), maka kita tidak dapat menghindari panggilan untuk menyatakan keyakinan itu kepada dunia di mana kita berada. Kesediaan bersaksi tentang DIA mau tidak mau harus dibarengi dengan kesediaan untuk menanggung resiko yang ditimbulkan dari kesaksian itu sendiri. Kepada siapa Tuhan mengutus kita dan dalam keadaan apa pun, kita harus siap untuk melakukannya.

Paulus sebelumnya adalah penentang Injil. Ia begitu yakin bahwa dengan mandat yang diberikan oleh Mahkamah Agama dan didukung oleh pasukan khusus, maka ia akan mampu mengatasi pertumbuhan dan perkembangan Injil pada zamannya. Tetapi fakta berbicara lain. Ia justru takluk kepada kekuatan Injil dan pada akhirnya ia menyerahkan dan mempertaruhkan seluruh hidup demi Injil. Dan ia menyadari bahwa sebagaimana dahulu begitu hebat dan bersemangatnya Paulus menentang Injil, maka ia pun sadar bahwa hal yang sama akan dia hadapi. Bukan hanya perlawanan dari mereka yang menolak Injil tetapi juga tantangan dari dalam persekutuan anak-anak Tuhan sendiri yang tidak mau menerima Paulus sebagai utusan Tuhan untuk memberitakan Injil. Kondisi inilah yang tergambar dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus. Pelayanan Paulus diwarnai dengan pro dan kontra dan hal ini membawa dampak yang buruk bagi mereka yang masih setia kepada Paulus. Di tenah-tengah situasi seperti inilah maka Paulus menulis kata-kata ini: "Sebagai teman sekerja, kami menasehatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah yang telah kamu terima. (2 Kor. 6:1)".

Paulus mengharapkan agar anak-anak Tuhan di Korintus, khususnya mereka yang masih murni hatinya mengangkat tugas pelayanan demi pertumbuhan dan perkembangan pemberitaan Injil, tidak mudah terprovokasi oleh sekelompok orang yang hanya mencari dan memperjuangkan kepentingan pribadi dan kelompoknya dengan mengatas-namakan "pelayanan demi Injil".  Paulus mengharapkan agar anak-anak Tuhan di Korintus terus belajar kepada Paulus dalam hal menghadapi tantangan, penolakan bahkan fitnah dengan sikap sabar dan penuh dengan kelemah-lembutan. Dan hal inilah yang diungkapkan dalam ayat 3-6. Dalam menghadapi penolakan dari semua pihak, Paulus tidak pernah merasa bahwa ia gagal dalam pemberitaan Injil, justru sebaliknya ia merasa bangga sebab ia merasa telah turut mengambil bagian dalam penderitaan Kristus yang dengan penuh kesabaran, menanggung derita bahkan rela menyerahkan hidupNya untuk mati di kayu salib sebagai bukti dari kesetiaanNya kepada perintah Bapa.

Gaung 100 tahun Injil Masuk Toraja telah menggema di seluruh pelosok negeri di mana Warga Toraja dan Warga Gereja Toraja berada. Obor Injil telah dinyalakan dan disebarkan secara khusus di seluruh wilayah pelayanan Klasis Kalimantan Timur dan Tengah. Ini bukan kegiatan seremonial yang tanpa makna, tetapi sarat dengan makna pelayanan. 100 tahun yang lalu, Allah telah menanamkan benih-benih Injil di Toraja, dan perjuangan demi Injil tidaklah semudah yang kita pikirkan dan juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Para Guru-guru Kristen dan juga tenaga Zending telah mempertaruhkan seluruh hidup, jiwa dan raganya demi secercah harapan bagi masyarakat Toraja yang masih terisolir, miskin dan bodoh. Mereka melakukannya tanpa berharap imbalan. Mereka melakukannya dengan tulus dan murni, bahkan Darah pun harus tertumpah demi sebuah perubahan. Kesabaran, kesetiaan dan pengorbanan mereka demi Injil patut kita contohi.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love