Laman

Thursday, March 7, 2013

Tetap Tegar Di Tengah Prahara

Bacaan Alkitab: 1 Petrus 3 : 13 - 17
Bahan Renungan Kebaktian PWGT Jemaat Samarinda
Jumat, 8 Maret 2013

|
Pengarang menyebut dirinya sebagai "PETRUS", Rasul Yesus Kristus (1 Ptr. 1:1); ia juga menyebut dirinya sebagai "Teman Para Penatua" dan sekaligus menyatakan dirinya sebagai "Saksi Hidup" dari penderitaan Yesus Kristus (1 Ptr. 5:1). Namun di sini kita tidak akan memperdebatkan apakah ia benar-benar Petrus, salah seorang dari 12 murid Tuhan Yesus; namun kita diajak untuk melihat dan memahami wibawa kerasulan dari surat ini seperti tulisan lainnya. Wibawa kerasulan dari tiap-tiap tulisan dalam Alkitab dirumuskan oleh Rasul Paulus sebagai berikut: "Segala tulisan yang diilhamkan Allah bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran serta memperlengkapi tiap-tiap manusia kepunyaan Allah untuk setiap perbuatan yang baik (1 Tim. 3 : 16 - 17)".

Umat Kristen saat surat ini dituliskan sedang berada di bawah tekanan baik dari pihak pemerintah Romawi maupun dari kelompok-kelompok Yahudi. Data sejarah tentang penindasan tersebut terungkap dalam 1 Ptr. 1:6, 1 Ptr. 3:13-13, 1 Ptr. 4:12-19 dan 1 Ptr. 5:9. Secara khusus di daerah Pontus, Kaisar Trayanus menunjuk Plinius sebagai Gubernur. Semua orang Kristen tanpa terkecuali, ditangkap dan kemudian diadili. Praktik Plinius dalam mengadili seseorang ialah menanyakan apakah mereka Kristen atau tidak. Jika "YA", maka Plinius akan memberi pengampunan bila mereka mempersembahkan korban kepada roh Kaisar, tetapi jika menolak maka hukuman berat akan ditanggung. Kondisi inilah yang mendorong Petrus untuk menuliskankan Surat ini agar jemaat tidak merasa gentar sedikit pun untuk menghadapi cobaan tersebut. Petrus menegaskan: "Lawanlah ia dengan keteguhan iman (1 Ptr. 5:9a)".

Konsekwensi dari panggilan iman kita adalah penderitaan. Hal ini jauh-jauh hari telah diungkapkan oleh Tuhan Yesus: "Barangsiapa yang mau mengikut AKU, ia harus memikul salibnya. Barangsiapa yang tidak memikul salibnya dan mengikut AKU, ia tidak layak bagiKU (Mat. 10:38). Lihat, sesungguhnya AKU mengutus kamu seperti anak domba di tengah-tengah serigala (Mat. 10:16)". Dan Yesus sendiri telah membayangkan apa yang akan dialami oleh pengikut-pengikutNya dengan berkata: "Jika dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci AKU dari pada kamu. sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan AKU telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu (Yoh. 15:18-19)".

Berhadapan dengan pencobaan yang mengharuskan anak-anak Tuhan menderita, ada beberapa hal yang ditekankan oleh penulis untuk menjadi senjata yang ampuh dalam mematahkan semua serangan musuh:

Pertama: Kuduskanlah Kristus dalam hatimu sebagai TUHAN.

"Hati" menjadi perhatian sang penulis, sebab peran atau fungsi hati dalam dunia Hellenistis maupun dunia Yahudi dipandang sebagai "Pusat Kendali Kehidupan". Ketika Hati telah dikuasai oleh rasa takut, maka manusia akan menyangkali kodratnya sebagai makhluk yang mulia. Itulah sebabnya, sang penulis mengajak jemaat untuk menguduskan Kristus sebagai Tuhan. Menguduskan berarti "menempatkan Kristus di atas segala-galanya". Kata "Kudus" berasal dari bahsa Ibrani: "Qadosh" yang artinya: "lain dari yang lainnya, atau ditersendirikan". Yesus memang lain dari dunia ini, IA tidak dapat disamakan dengan sesuatu yang ada dalam dunia ini. Karena IA lain, maka IA harus menjadi prioritas (Yang Diutamakan). Karena IA lain, maka IA ditersendirikan. Sesuatu ditersendirikan berarti hal itu sangat istimewa. Ia memiliki nilai lebih dari pada yang lainnya. Jadi ketika kita menguduskan Kristus sebagai Tuhan, maka kita menjadikan DIA segala-galanya dalam hidup, hidup kita tidak memiliki makna jika tanpa DIA, dan karena itu kita akan siap mengorbankan apa pun juga termasuk hidup itu sendiri demi DIA. Dengan demikian maka segala bentuk ketakutan dan kegentaran tidak akan menguasai hati kita lagi.

Kedua: Kesediaan untuk mempertanggungjawabkan Iman dan Pengharapan Kepada Semua Orang.

Konsekwensi pengudusan Kristus sebagai Tuhan adalah kesiapan menanggung resiko iman dalam segala waktu dan tempat. Sebagaimana Yesus dibenci oleh dunia, demikian juga orang percaya akan dibenci oleh dunia. Karena itu, tidak mungkin orang percaya luput dari pencobaan. Tetapi bagi penulis surat I Petrus ini, ditekankan bahwa hendaknya pencobaan itu semakin mendorong orang percaya untuk tidak sungkan-sungkan mengakui imannya di hadapan setiap orang yang memfitnah mereka. Setiap orang percaya dalam mempertanggungjawabkan iman dan pengharapannya, mereka harus bercermin pada penderitaan Yesus Kristus (1 Ptr. 3:18, 1 Ptr. 4:1).

Ketiga: Pertanggungjawaban Iman dan Pengharapan Dalam Kelemah-lembutan.

Dalam mempertanggungjawabkan iman dan pengharapan, orang percaya diingatkan agar selalu berhati-hati, jangan sampai Iman dan Pengharapan itu tercemar hanya karena sikap dan perbuatan yang salah dalam mempertanggungjawabkannya. Ada peringatan agar fitnah jangan dibalas dengan fitnah, kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan. Di sini penulis tetap berpedoman pada peringatan Tuhan Yesus dalam Mat. 5:38-41, demikian: "Kamu telah mendengarkan firman, mata ganti mata, gigi ganti igi, tetapi AKU berkata kepadamu; janganlah kamu melawan oran yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yan menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu; dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Siapa pun yang memaksa engkau berjalan satu mil, berjalanlah bersama dengan dia sejauh dua mil". Bahkan lebih jauh dalam Mat. 5:43-44 Tuhan Yesus berkata: "Kamu telah mendengar firman, kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.Tetapi AKU berkata kepadamu; kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu".

Berangkat dari ucapan-ucapan Tuhan Yesus ini maka penulis menasehati kita bahwa dalam mempertanggungjawabkan iman dan pengharapan, sikap kita haruslah penuh dengan kelemah-lembutan, dengan hormat dan dengan hati nurani yang murni. Setiap orang Kristen diajak untuk tidak menanggapi segala bentuk fitnahan dengan emosi yang meluap-luap, tetapi kita dinasehati untuk menanggapinya dengan roh kasih, roh kelemah-lembutan dan dengan jiwa besar bersyukur jika kita harus menderita karena berbuat baik bukan karena melakukan kejahatan.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love