Laman

Sunday, April 28, 2013

Ketelanjangan Cinta

Refleksi : Kej. 2 : 25, 25
"Sebab itu, seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang.....tetapi mereka tidak merasa malu"


Ketika sang kelana terjaga dari tidurnya, bagai sang peronda tersentak oleh sirene jaga,
yang terperanjat karena derap langkah di kesunyian malam,
tak berkutik di depan moncong senjata juru tembak,
lunglai tak berdaya di hadapan sang penjagal

Sang kelana terperangah menatap sang kelani,
tersentak dari lamunan memandang wajah ayu si buah hati,
ya.....sang kelana terkesima memandang dia yang lama dinantikan

Diraihnya tubuh sintal tak berbalutkan sehelai benang,
dirangkulnya dia dan dibaringkannya di pangkuan,
jari-jemarinya tiada henti membelai si dambaan hati,
mengusap rambut lambang mahkota kaum perempuan,
terurai bagai kumpulan anak domba yang turun dari bebukitan,
bergelombang bagai riak menyentuh bibir pantai.
Matanya tiada henti memandangi setiap lekuk tubuh sang kelani,
tertata rapi bagai hamparan bunga di taman puspa,
memancarkan nuansa keindahan,
menina-bobokan hati dalam buaian kedamaian.
Lalu ia merebahkan dirinya, terbaring di sisi sang kelani,
tertidur dalam rangkulan tangannya.
Dua insan terbuai dalam cinta, dua hati menyatu dalam kasih,
terombang-ambing dalam gelombang kasmaran,
hanyut dalam lamunan; merajut benang-benang asmara,
memadu cinta 'tuk meraih cita.

Oh.................
Inikah yang dinamakan cinta?

Sang kelana mengarungi samudera cinta tiada bertepi,
bagai burung rajawali terbang bebas melintasi cakrawala,
menukik dari ketinggian menikmati indahnya alam.
Dan dengan pandang yang tajam mencari mangsa,
menjelajah setiap ruang di sela-sela pepohonan dan bebatuan,
mengawasi hamparan savana dan gurun untuk mencari makan,
ia takkan kembali sebelum mendapatkannya.
Lalu dengan cekatan disambarnya mangsa dan dicengkeramnya,
diterbangkan tinggi menuju puncak gunung, untuk dilahap bersama sang kekasih.

Oh.................
Inikah yang dinamakan cinta?

Berjuang bagi sang buah hati, tanpa tolongan dari yang lain.
Berkarya demi dia, tanpa berharap pamrih dari padanya.
Berdaya untuknya, tanpa memohon belas kasihan.
Segala-galanya bagi dia, demi dia dan untuk dia,
karena dia ada untuk dicintai dan dia hadir untuk mencintai

Oh.............
Inikah yang dinamakan cinta?

Menikmati hidup bersama si dia; susah tiada disesali, pahit tiada dipungkiri,
malang tiada dihindari, derita tiada ditangisi.

Sesaknya hidup bukan alasan untuk berpisah,
getirnya cobaan bukan pula alasan untuk tercerai.
Kekurangan bukanlah hal yang mesti diperdebatkan,
kelebihan pun tidak dijadikan dasar untuk menyombongkan diri.

Cinta sang kelana mewujud dalam komitment, diungkapkan dalam ikrar;
dinyatakan dalam tekad, hidup bersama tanpa ketergantungan........
mendayung bahtera kehidupan bersama tanpa sokongan..........
melintasi gurun tanpa tudung...............
menahan haus dan lapar tanpa berharap..........................
ya............perjalanan cinta tanpa berharap belas kasihan dari yang lain;
melepas segala andalan, membuang segala kesombongan dan keangkuhan.

Inilah rahasia cinta, misteri yang tak terkuakkan oleh pihak ketiga.
Sesungguhnya cinta berkecamba dalam kehampaan,
berakar dalam kekosongan jiwa, tumbuh dalam ketiadaan aku,
mekar dalam kepapaan, berbuah dalam kesederhanaan.

Cinta menanggalkan segala kesemarakan dan kemewahan,
ia hanya berjubahkan kerelaan untuk melayani, berikat pinggangkan pengorbanan,
berketopongkan kesetiaan dalam derita,
dan berkasutkan pengabdian dalam kemalangan,
'tuk menabur benih kasih dalam tangisan dan ratapan.

Sang kelana berkisah, kisah perjumpaan dengan kelani:

Tiada sutera membalut tubuhku, tak merasa malu dengan ketelanjangan diriku;
demikian pula si kelani yang berdiri dalam kepolosan; tubuhnya tak tertutupi oleh tabir,
tak risih dan tak tersipu malu dalam kebugilannya.

Dua mata bertemu, dua hati bersua; berpadu dalam keheningan,
ya........tiada kata terucap, tiada senandung terdengar,
yang ada hanyalah desahan nafas, menyatu dalam hembusan sang bayu.

Ketelanjanganku bukanlah kebinalan, kebugilannya pun bukanlah hawa nafsu,
tatapan mata di antara kami bukanlah mengumbar birahi,
tetapi ketulusan untuk tidak merasa malu mengakui kekurangan,
kepolosan menerima kelemahan, dan kearifan mengakui kelebihan yang lain.

Dengan demikian.......
Ada kesediaan untuk saling menerima,
ada ketetapan hati untuk saling melengkapi,
ada tekad untuk saling memberi dan saling menopang,
ada ikrar untuk tidak mempertentangkan perbedaan;
sehingga dalam kemajemukan tumbuh kebersamaan,
menjalin warna-warni dalam sebuah harmoni,
merajut kepelbagaian jadi pelangi, menebar keindahan menghiasi cakrawala.

Kupesankan padamu hai kamu yang mengumbar nafsu,
yang memandang kemolekan tubuh dengan birahi;
sesungguhnya dalam ketelanjangan bertabur sejuta kata maaf,
dalam kebugilan bersemi selaksa pengampunan

Sekali lagi sang kelana bertutur!

Camkanlah perkataanku, dan materaikan dalam hatimu akan ucapanku;
janganlah bangkitkan gairah cinta sebelum waktunya,
janganlah mengumbar nafsu sebelum diingininya.
Sebab cinta laksana agni, berkobar seperti api Tuhan
Panasnya membakar melebihi sengatan sang surya,
teriknya melampaui mentari di kala siang tak berselimutkan mega,
cahaya cinta menembus setiap relung, melintasi segala lorong,
ia menembus jauh, hingga memisahkan tubuh dan jiwa.

Cinta membongkar segala kebusukan, menapik setiap kemunafikan.
Ia menelanjangi kebohongan, membuat kepicikan menjadi jera.

Cinta tidak menutupi kekurangan, tidak menyembunyikan kelemahan.
Ia menjadi titian emas dari kekotoran menuju kemuliaan.

Sungguh............
Cinta adalah bahasa hati, bisikan nurani dan ungkapan kalbu,
ia tidak ingin dibohongi, dan ia melihat dusta sebagai kekejian.

Harkat cinta adalah kepolosan, harapan cinta adalah kejujuran,
kemuliaan cinta adalah dalam ketulusan, keagungannya nampak dalam kasih,
martabat cinta terletak pada pengorbanan,
dan kesuciannya dinyatakan dalam penerimaan,
ya.....menerima dia yang lain apa adanya.

Oh..................
Cinta lebih berharga dari pada emas,
mahal melebihi permata,
keindahannya lebih dari pada kristal

Aku sang kelana, yang merindu pada kelani;
aku tak merasa bersalah, menyebut cinta dengan ketelanjangan.
Tidakkah DIA yang bertakhta dalam kemuliaan,
yang duduk di atas singgasana kebesaran, bersemayam di atas keagungan,
denganNYA segala sesuatu tercipta,
dalam DIA semua jadi hidup, ditata dalam harmoni dan keindahan,
yang olehNYA juga aku ada dan karenaNYA kujumpai kelani.

Tidakkah Sang Khalik melakukan hal yang sama,
menanggalkan pakaian kebesaranNYA, melepaskan jubah kemuliaanNYA,
turun dari singgasana keagungan,
mengosongkan diri dan imanent dalam kemanusiaan,
kemanusiaan yang telah bobrok oleh noda, tercela karena dosa.
Ia tak merasa malu pada ketelanjanganNYA di kayu salib,
tak risih dengan kebugilanNYA;
semua dilakukan demi dia yang dicintaiNYA;

ya..........demi kau dan aku.

Pada DIA tidak ada dendam, direlung jiwanya tak menyimpan sakit hati.
Setinggi langit di atas bumi; demikianlah cintaNYA atas diriku dan dirimu,
sejauh timur dari barat; demikian IA melempar jauh salahku dan salahmu,
seperti seorang ayah yang amat sayang pada anaknya;
demikianlah DIA menyayangi diriku dan dirimu.

Karena itu hendak kukatakan:

"Tak ada kesempurnaan tanpa kekurangan dan kebahagiaan digapai bila ada keterbukaan"

(Kudedikasikan buat isteriku "HERMIATY DAMMA")
(by: Pdt. Joni Delima)

1 comment:

  1. Seorang suami yang bijaksana dan seorang isteri yang sabar berarti sebuah rumah yang nyaman dan kehidupan yang bahagia (Pribahasa Belanda)

    ReplyDelete

Web gratis

Web gratis
Power of Love