Refleksi atas Kej. 2 : 23 & Kej. 3 : 20
By : Pdt. Joni Delima
Kudedikasikan secara khusus buat pasangan hidupku.
By : Pdt. Joni Delima
Kudedikasikan secara khusus buat pasangan hidupku.
"Lalu berkatalah manusia itu: Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.......manusia itu memberi nama HAWA kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu dari semua yang hidup".
Sang musafir sedang berjalan-jalan di Taman Tuhan,
diitarinya jalan-jalan firdaus, disusurinya lorong-lorong Eden,
Diselaminya karya Sang Maestro Agung
Sejenak ia merasa lelah, lalu ia pun duduk dengan santainya,
melepas kepenatan di di bawah rimbunnya pohon Arasy Libanon,
dinikmatinya nyanyian alam, dan diresapinya bisikan sang bayu
Pandangan matanya serasa tiada henti memandang hamparan bunga
Terpesona pada warna-warninya, menebar aroma menabur keindahan
Kupu-kupu dan kumbang tiada henti menikmati madunya,
ditimpali kicau sang murai, melantunkan nada cinta pada Sang Khalik,
diiringi musik alam dari sang bayu menerpa dedaunan,
menyatu dalam harmoni, terjalin dalam nuansa kasih.
Sang musafir terbuai oleh indahnya pesona alam,
membangkitkan gairah cinta...........
ya......gairah cinta pada dia yang dirindukan,
teman hidup untuk berbagi kasih, sejawat dalam merajut benang-benang asmara.
Sang Maestro Agung menuntun segala karyaNya ke depan sang musafir
Diperintahkannya agar diberi nama, sepasang demi sepasang,
sungguh.....jantan dan betina datang menghadap padanya,
sang musafir menorehkan nama pada segala karya Sang Maestro,
satu demi satu diberi nama; namun tak satu pun sang musafir menemukan si dia.......
si dia yang lain dari yang sudah ada, si dia yang sepadan dengannya.
Sang musafir tenggelam dalam lamunan, lelap dalam pencarian cinta
Sang musafir menyandarkan kepalanya,
dengan berbantalkan batu, diempaskan tubuhnya di atas permadani rerumputan,
menatap langit yang bertabur bintang gemintang,
memandangi angkasa yang berhiaskan sinar sang rembulan.
Seketika jiwanya melayang dalam lamunan,
pikirannya mengembara menembus batas awan,
mencari si dia di antara mayapada,
ya......sang buah hati dicarinya di antara bimasakti,
Di nantikannya dengan sabar,
sang pelipur lara, penghibur jiwa nan gundah
Hai engkau yang merindu sang kekasih, menanti si buah hati......
Pejamkanlah mata dan tidurlah dalam mimpi-mimpi indahmu
Sebab tangan DIA yang menciptakanmu sedang bekerja,
hatiNya pun gundah gulana menyaksikan engkau dalam kesendirian,
hatiNya pun resah.....galau merasakan kesepianmu
Dia....Sang Khalikmu tak ingin melihat engkau hidup dalam derita,
terpuruk karena pencarian cinta, menarungi samudera rindu yang tiada bertepi
Terlelaplah hai sang musafir............
Biarkanlah tangan Sang Khalik mengambil bagian dari dirimu,
untuk menempa dia yang hadir dalam hayalmu
Biarlah dalam ketidak-tahuanmu, Sang Khalik menjenun si dia.......
membangun dari tubuhmu juga, sang kekasih dambaan jiwamu
Terlelaplah hai sang musafir.........
Terlelaplah dalam mimpi indahmu
Sebab Sang Khalik mempersiapkan yang lebih elok,
cantik dan rupawan lebih dari pada yang engkau hayalkan
Sang Khalik tak ingin kau kecewa,
di saat si dia berdiri di hadapanmu
Hanya satu yang dirindukanNya.....ya, hanya satu
Yakni engkau menyambut dia dengan hati yang berbunga-bunga,
diiringi nyanyian syukur atas karya indah Sang Maestro
Terbangunlah engkau hai sang musafir dari tidurmu,
tersentaklah dari lamunanmu......
buyarkan segala mimpimu,
pandanglah si dia yang ada di depanmu
sambut dan raihlah dia, buah karya agung dari Sang Khalikmu
Dekaplah dia dalam cintamu,
rangkullah dia dalam hasratmu
Puaskanlah hidupmu bersamanya,
selamanya.....ya, untuk selamanya
Pandanglah hai musafir, si dia yang diambil dari dirimu juga
yang ditempah dari bagian tersembunyi di tubuhmu,
dikerat dari antara rusukmu,
dekat dari bagian vital penentu hidupmu.
Cintailah dia sebagaimana kecintaanmu pada diri sendiri,
basuhlah dia berurapkan ketulusan,
dandani dia dalam kesetiaan,
kalungkan rantai kasih pada lehernya,
letakkan tiara pengabdian di kepalanya.
Pandanganlah..........
Dia sungguh nyata dan bukan bayang di hidupmu lagi.
Tataplah.......
Matanya bening bagai telaga air kehidupan,
dari kedalaman hatinya memancarkan air penyejuk dahaga rindu,
penawar jiwa yang resah karena di mabuk asmara.
Lihatlah dia hai sang musafir,
dengarkan bisikan kalbu
Dia ingin mengisi hidupmu, memaknai hari-harimu
Melangkah bersama menyisir gurun kehidupan,
menyusuri derasnya riam, melawan hempasan gelombang,
berlayar mengarungi samudera,
melabuhkan bahtera di pantai bahagia
Ya....hidup bersama di tengah realita hidup yang menyesakkan
Hai engkau yang merindu pada kekasih hati,
yang merana dalam penantian belahan jiwa
Tataplah dia sang dambaan hatimu,
peluk dia dalam kemurnian cintamu
Alangkah eloknya dia yang hadir dalam hidupmu,
cantik dan paras dia yang menghiasi hari-harimu
Kesemarakan rupanya yang dibalut keindahan,
memancarkan pesona keagungan melebihi mutiara dan permata
Lekuk di tubuhnya melebihi manikam,
aroma cinta di hatinya melebihi semerbak kembang
Pancaran hasrat akan cinta di matanya melebihi emas dan perak
desiran nafas kasmaran di hidungnya,
melebihi hempasan gelombang menghantam karang
Pandanglah.............
Dia sungguh nyata dan bukan ilusi
Tataplah.........
Dia sungguh ada dan bukan fatamorgana
Peganglah tangannya dan genggamlah jemarinya
Jangan lepaskan dia karena dia adalah hidupmu
Jangan biarkan dia, karena dia menuntun langkahmu,
melukiskan setiap jejak kakimu,
'tuk meraih cinta dan cita yang utuh
Ayunkan langkahmu dan susuri hari-hari bersamanya,
berbagi dalam suka, nikmati ceria bersama dalam suka
(Lalu banyak orang terkesima mendengar senandung cinta sang musafir. Sebuah syair yang sarat dengan makna, menyaksikan cinta sebagai anugerah dari Sang Khalik).
Resapilah untaian madah cinta yang dilantunkannya:
Hai engkau yang kucari, hai engkau yang kunanti.
Belahan jiwa penyejuk rindu, curahan hati pelipur lara.
Kusambut engkau dalam hasrat dan cinta, kubelai engkau dalam kasih dan kesetiaan.
Engkau adalah hidupku, diambil dan diciptakan dari tubuhku.
Karena itu kukatakan bahwa engkau tulang dari tulangku, dijenun Sang Khalik dari dagingku.
Oh.........kekasihku belahan hatiku, penyegar dahaga cinta dikala hati merindu
Kusambut engkau bukan sebagai yang asing dalam hidupku,
sekalipun engkau dibentuk dalam ketidak-tahuanku.
Kumateraikan engkau dalam dirik, menjadikan aku lebih bermakna.
Aku tercipta demi engkau, dan engkau dibentuk karena aku.
Hatiku adalah hatimu dan jiwaku adalah jiwamu.
Yang melekat padaku adalah milikmu, seala yang ada padaku kuharap jadi kesukaanmu.
Terimalah aku sebagaimana adanya, sebab aku ini cacat;
aku terlena dalam tidur, nyenyak dalam impian.........
di kala itu Sang Khalik mengambil tulangku, Sang Penjenun mengerat dagingku,
Sang Creator menciptakan kekurangan dalam diriku,
lalu menempatkan aku dalam kembara,
mencari sesuatu yang hilang dalam diriku, untuk menutupi kecacatanku.
Engkau kasihku, kesempurnaan hidupku.
Tanpamu hidup ini tak berarti.
Denganmu aku melakukan banyak hal, mewarnai hidup dengan keindahan.
Oh kasihku....kumohon padamu
Sambutlah aku dalam ketulusan dan kasih, terimalah aku dalam kesucian dan cinta....
bungkuslah aku dalam dekapan asmara, agar aku terbebas dari belenggu kedirianku,
terlepas dari kutuk kesepianku.
Biarlah kutemukan diriku dalam dirimu, kuraih kesempurnaan hidup dalam buaianmu.
Sebab engkau laksana pohon kehidupan di Taman Tuhan,
tempat perteduhan yang damai di kala tubuh lelah,
tempat bernaung melepas kepenatan, perlindungan dalam kepahitan hidup.
Duhai kasihku, permata hatiku..............
Sembunyikanlah aku di ruang matamu, sebab aku dikejar oleh cinta dan lelah dalam kerinduan.
Sembunyikan aku di relung hatimu,
sebab aku dilanda kegalauan karena asmara, gundah dalam penantian.
Izinkan aku menceduk air kasihmu, meneguk anggur cintamu.
Izinkan aku menghangatkan tubuhku diperapian asmaramu,
membalut tubuhku dengan selimut cintamu.
Sungguh.....
Di dirimu kutemukan diriku,
karenamu kubangunkan hasratku.
Oh....kasihku.
Mari kita bangunkan cinta untuk bakti bagi Sang Pemberi Cinta.
(Catatan buat pembaca: silahkan dishare.....namun ini tetap buah karya saya - Pdt. Joni Delima).
diitarinya jalan-jalan firdaus, disusurinya lorong-lorong Eden,
Diselaminya karya Sang Maestro Agung
Sejenak ia merasa lelah, lalu ia pun duduk dengan santainya,
melepas kepenatan di di bawah rimbunnya pohon Arasy Libanon,
dinikmatinya nyanyian alam, dan diresapinya bisikan sang bayu
Pandangan matanya serasa tiada henti memandang hamparan bunga
Terpesona pada warna-warninya, menebar aroma menabur keindahan
Kupu-kupu dan kumbang tiada henti menikmati madunya,
ditimpali kicau sang murai, melantunkan nada cinta pada Sang Khalik,
diiringi musik alam dari sang bayu menerpa dedaunan,
menyatu dalam harmoni, terjalin dalam nuansa kasih.
Sang musafir terbuai oleh indahnya pesona alam,
membangkitkan gairah cinta...........
ya......gairah cinta pada dia yang dirindukan,
teman hidup untuk berbagi kasih, sejawat dalam merajut benang-benang asmara.
Sang Maestro Agung menuntun segala karyaNya ke depan sang musafir
Diperintahkannya agar diberi nama, sepasang demi sepasang,
sungguh.....jantan dan betina datang menghadap padanya,
sang musafir menorehkan nama pada segala karya Sang Maestro,
satu demi satu diberi nama; namun tak satu pun sang musafir menemukan si dia.......
si dia yang lain dari yang sudah ada, si dia yang sepadan dengannya.
Sang musafir tenggelam dalam lamunan, lelap dalam pencarian cinta
Sang musafir menyandarkan kepalanya,
dengan berbantalkan batu, diempaskan tubuhnya di atas permadani rerumputan,
menatap langit yang bertabur bintang gemintang,
memandangi angkasa yang berhiaskan sinar sang rembulan.
Seketika jiwanya melayang dalam lamunan,
pikirannya mengembara menembus batas awan,
mencari si dia di antara mayapada,
ya......sang buah hati dicarinya di antara bimasakti,
Di nantikannya dengan sabar,
sang pelipur lara, penghibur jiwa nan gundah
Hai engkau yang merindu sang kekasih, menanti si buah hati......
Pejamkanlah mata dan tidurlah dalam mimpi-mimpi indahmu
Sebab tangan DIA yang menciptakanmu sedang bekerja,
hatiNya pun gundah gulana menyaksikan engkau dalam kesendirian,
hatiNya pun resah.....galau merasakan kesepianmu
Dia....Sang Khalikmu tak ingin melihat engkau hidup dalam derita,
terpuruk karena pencarian cinta, menarungi samudera rindu yang tiada bertepi
Terlelaplah hai sang musafir............
Biarkanlah tangan Sang Khalik mengambil bagian dari dirimu,
untuk menempa dia yang hadir dalam hayalmu
Biarlah dalam ketidak-tahuanmu, Sang Khalik menjenun si dia.......
membangun dari tubuhmu juga, sang kekasih dambaan jiwamu
Terlelaplah hai sang musafir.........
Terlelaplah dalam mimpi indahmu
Sebab Sang Khalik mempersiapkan yang lebih elok,
cantik dan rupawan lebih dari pada yang engkau hayalkan
Sang Khalik tak ingin kau kecewa,
di saat si dia berdiri di hadapanmu
Hanya satu yang dirindukanNya.....ya, hanya satu
Yakni engkau menyambut dia dengan hati yang berbunga-bunga,
diiringi nyanyian syukur atas karya indah Sang Maestro
Terbangunlah engkau hai sang musafir dari tidurmu,
tersentaklah dari lamunanmu......
buyarkan segala mimpimu,
pandanglah si dia yang ada di depanmu
sambut dan raihlah dia, buah karya agung dari Sang Khalikmu
Dekaplah dia dalam cintamu,
rangkullah dia dalam hasratmu
Puaskanlah hidupmu bersamanya,
selamanya.....ya, untuk selamanya
yang ditempah dari bagian tersembunyi di tubuhmu,
dikerat dari antara rusukmu,
dekat dari bagian vital penentu hidupmu.
Cintailah dia sebagaimana kecintaanmu pada diri sendiri,
basuhlah dia berurapkan ketulusan,
dandani dia dalam kesetiaan,
kalungkan rantai kasih pada lehernya,
letakkan tiara pengabdian di kepalanya.
Pandanganlah..........
Dia sungguh nyata dan bukan bayang di hidupmu lagi.
Tataplah.......
Matanya bening bagai telaga air kehidupan,
dari kedalaman hatinya memancarkan air penyejuk dahaga rindu,
penawar jiwa yang resah karena di mabuk asmara.
Lihatlah dia hai sang musafir,
dengarkan bisikan kalbu
Dia ingin mengisi hidupmu, memaknai hari-harimu
Melangkah bersama menyisir gurun kehidupan,
menyusuri derasnya riam, melawan hempasan gelombang,
berlayar mengarungi samudera,
melabuhkan bahtera di pantai bahagia
Ya....hidup bersama di tengah realita hidup yang menyesakkan
Hai engkau yang merindu pada kekasih hati,
yang merana dalam penantian belahan jiwa
Tataplah dia sang dambaan hatimu,
peluk dia dalam kemurnian cintamu
Alangkah eloknya dia yang hadir dalam hidupmu,
cantik dan paras dia yang menghiasi hari-harimu
Kesemarakan rupanya yang dibalut keindahan,
memancarkan pesona keagungan melebihi mutiara dan permata
Lekuk di tubuhnya melebihi manikam,
aroma cinta di hatinya melebihi semerbak kembang
Pancaran hasrat akan cinta di matanya melebihi emas dan perak
desiran nafas kasmaran di hidungnya,
melebihi hempasan gelombang menghantam karang
Dia sungguh nyata dan bukan ilusi
Tataplah.........
Dia sungguh ada dan bukan fatamorgana
Peganglah tangannya dan genggamlah jemarinya
Jangan lepaskan dia karena dia adalah hidupmu
Jangan biarkan dia, karena dia menuntun langkahmu,
melukiskan setiap jejak kakimu,
'tuk meraih cinta dan cita yang utuh
Ayunkan langkahmu dan susuri hari-hari bersamanya,
berbagi dalam suka, nikmati ceria bersama dalam suka
(Lalu banyak orang terkesima mendengar senandung cinta sang musafir. Sebuah syair yang sarat dengan makna, menyaksikan cinta sebagai anugerah dari Sang Khalik).
Resapilah untaian madah cinta yang dilantunkannya:
Hai engkau yang kucari, hai engkau yang kunanti.
Belahan jiwa penyejuk rindu, curahan hati pelipur lara.
Kusambut engkau dalam hasrat dan cinta, kubelai engkau dalam kasih dan kesetiaan.
Engkau adalah hidupku, diambil dan diciptakan dari tubuhku.
Karena itu kukatakan bahwa engkau tulang dari tulangku, dijenun Sang Khalik dari dagingku.
Oh.........kekasihku belahan hatiku, penyegar dahaga cinta dikala hati merindu
Kusambut engkau bukan sebagai yang asing dalam hidupku,
sekalipun engkau dibentuk dalam ketidak-tahuanku.
Kumateraikan engkau dalam dirik, menjadikan aku lebih bermakna.
Aku tercipta demi engkau, dan engkau dibentuk karena aku.
Hatiku adalah hatimu dan jiwaku adalah jiwamu.
Yang melekat padaku adalah milikmu, seala yang ada padaku kuharap jadi kesukaanmu.
Terimalah aku sebagaimana adanya, sebab aku ini cacat;
aku terlena dalam tidur, nyenyak dalam impian.........
di kala itu Sang Khalik mengambil tulangku, Sang Penjenun mengerat dagingku,
Sang Creator menciptakan kekurangan dalam diriku,
lalu menempatkan aku dalam kembara,
mencari sesuatu yang hilang dalam diriku, untuk menutupi kecacatanku.
Engkau kasihku, kesempurnaan hidupku.
Tanpamu hidup ini tak berarti.
Denganmu aku melakukan banyak hal, mewarnai hidup dengan keindahan.
Oh kasihku....kumohon padamu
Sambutlah aku dalam ketulusan dan kasih, terimalah aku dalam kesucian dan cinta....
bungkuslah aku dalam dekapan asmara, agar aku terbebas dari belenggu kedirianku,
terlepas dari kutuk kesepianku.
Biarlah kutemukan diriku dalam dirimu, kuraih kesempurnaan hidup dalam buaianmu.
Sebab engkau laksana pohon kehidupan di Taman Tuhan,
tempat perteduhan yang damai di kala tubuh lelah,
tempat bernaung melepas kepenatan, perlindungan dalam kepahitan hidup.
Duhai kasihku, permata hatiku..............
Sembunyikanlah aku di ruang matamu, sebab aku dikejar oleh cinta dan lelah dalam kerinduan.
Sembunyikan aku di relung hatimu,
sebab aku dilanda kegalauan karena asmara, gundah dalam penantian.
Izinkan aku menceduk air kasihmu, meneguk anggur cintamu.
Izinkan aku menghangatkan tubuhku diperapian asmaramu,
membalut tubuhku dengan selimut cintamu.
Sungguh.....
Di dirimu kutemukan diriku,
karenamu kubangunkan hasratku.
Oh....kasihku.
Mari kita bangunkan cinta untuk bakti bagi Sang Pemberi Cinta.
(Catatan buat pembaca: silahkan dishare.....namun ini tetap buah karya saya - Pdt. Joni Delima).
No comments:
Post a Comment